Cerita

Ketika JakMania Seolah Kehabisan Cara

Dukungan penuh telah diberikan. Kritik keras telah dikirimkan. Namun Macan Kemayoran seolah masih enggan meraih kemenangan. Situasi yang membuat JakMania, kelompok suporter setia Persija Jakarta, seolah tidak tahu lagi harus melakukan apa untuk tim kebanggaannya.

Tidak seperti biasanya, Macan Kemayoran harus terkapar di zona degradasi. Dari 15 pertandingan yang dijalani, Andritany Ardhiyasa dan rekan-rekan hanya mampu meraih dua kemenangan dan membuatnya terpuruk di posisi 17 klasemen sementara. Keadaan ini tentu saja membuat pendukung setianya kecewa. Padahal segala cara telah mereka lakukan.

Untuk masalah dukungan, publik sepak bola Jakarta tidak perlu diragukan . Dalam situasi apapun sangat jarang pertandingan Persija Jakarta sepi penonton. Meski harga tiket di atas rata-rata klub lain, tribun tetap saja penuh sesak. Harapan mereka yang datang hanya satu, dengan kehadirannya Macan Kemayoran segera bangkit dan kembali ke habitatnya.

Tidak hanya itu. Meski dalam keadaan sulit, mereka tetap berdiri dan bernyanyi selama 90 menit pertandingan. Bahkan satu chant khusus disiapkan. Chant yang sekaligus menjadi kritik terhadap permainan di atas lapangan.

Baca juga: Ismed Sofyan, 40 Tahun dan Terus Berlari

Dukungan sudah, tapi juga belum mampu mengembalikan penampilan Persija Jakarta seperti yang diharapkan. Maka selanjutnya kritikan mengiringi. Banner-banner berisi kata-kata tegas terpampang di pagar tribun. Mulai dari Tolak Kalah atau Seri, permintaan agar pelatih undur diri, hingga cacian pada presiden klub menjadi mudah ditemui.

Pernah di satu pertandingan dukungan-dukungan menghilang. Semua berganti kritikan. Hasilnya, kemenangan diraih di akhir laga. Sayangnya kemenangan tidak berlanjut di pertandingan berikutnya. Situasi yang kembali membuat JakMania seolah tidak tahu harus melakukan apa lagi. Seperti lirik chant baru mereka, kalah apa yang mau dibanggain, siapa lagi yang harus disalahin.

Terlebih, seolah anti kritik, seorang pemain senior bahkan menyebut kritik yang diberikan di awal laga hanya memperberat langkah mereka di lapangan. Yang ia dan teman-teman butuhkan hanyalah dukungan. Padahal kritik adalah bentuk dukungan lain dari mereka yang rindu Persija ditakuti musuh-musuhnya.

Baca juga: Ujian untuk Cinta dan Ketulusan Jakmania

Dukungan tidak berpengaruh, kritik dirasa memberatkan, JakMania masih tetap punya cara. Di pertandingan pertama putaran kedua, sesuatu berbeda kembali hadir di tribun. Tidak ada dukungan, tidak ada kritikan, pagar tribun seolah berubah menjadi tembok-tembok pinggir jalan.

Kredit: Sepakbola Jakarta

Di sana terpampang banner jual rumah dan tanah, himbauan layanan masyarakat, hingga iklan obat kuat pria dewasa. Hal yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan sepak bola dan Persija Jakarta, tapi menjadi pertanda JakMania tetap ada untuk kebanggaannya. Apapun keadaannya, apapun wujud dan caranya.

Kredit: Sepakbola Jakarta

Di tengan pemandangan unik sekitar tribun, Macan Kemayoran akhirnya meraih kemenangan ketiga sepanjang musim ini. Skor 2-1 atas PSIS Semarang diharap menjadi awal kebangkitan.

Mewakili seluruh pemain dalam sesi jumpa media usai pertandingan, Riko Simanjuntak memberi apresiasi kepada JakMania yang tetap hadir meski Persija Jakarta dalam keadaan terpuruk. Dan ia berharap kedepannya dapat sama-sama bangkit dari keterpurukan yang sedang dihadapi.

“Saya apresisiasi buat suporter dan JakMania yang sudah hadir malam ini. Walaupun kita keadaan terpuruk kaya gini mereka tetap datang untuk men-support kita, itu sangat luar biasa. Dan saya harap ke depannya kita harap dukungan dari mereka semua karena kita adalah satu tim dan saya harap kedepannya kita tetap sama-sama untuk bangkit dari keterpurukan ini.”

Pantas memang jika apresiasi tinggi diberikan pada 20.030 JakMania yang tetap hadir di pertadningan Minggu sore (15/9). Saat sebagian memilih menepi, mereka tetap setia memberi dukungan demi harapan Macan Kemayoran kembali ditakuti.