Nasional

Dan Terjadi Lagi, Lemparan Batu yang Terulang Kembali

Aksi-aksi di luar batas masih saja terjadi. Atas nama rivalitas, apa yang mereka lakukan bukan lagi tentang sepak bola. Bahkan sangat jauh dari sepak bola yang berlandaskan fair play.

Setelah sebelumnya Persija Jakarta, kini giliran Persib Bandung yang mengalami hal tidak mengenakkan. Teror mereka terima. Batu seukuran kepalan tangan orang dewasa melayang, menhantam bus pengangkut pemain dan anggota tim saat hendak meninggalkan Stadion Pakansari, Cibinong, Kabupaten Bogor.

Sebelumnya kejadian serupa menimpa Persija Jakarta. Saat hendak meninggalkan Stadion Andi Mattalatta usai official training jelang final leg 2 Piala Indonesia, serangan dialami. Kaca-kaca pecah, beberapa pemain dan ofisial tim terluka. Karena insiden tersebut partai final yang mempertemukan Macan Kemayoran dengan Ayam Jantan dari Timur harus tertunda.

Tidak jauh berbeda. Kejadian di Cibinong juga melukai pemain. Febri Hariyadi dan Omid Nazari menjadi korban. Terparah untuk Nazari, mantan gelandang Ceres-Negros FC menderita sembilan jahitan di wajahnya.

Tidak ada yang tahu persis siapa pelaku pelemparan. Di jalan yang sepi dan gelap menuju hotel, tiba-tiba saja lemparan batu menerobos kaca bagian kanan bus dan mengenai kedua pemain.

Baca juga: Sepak Bola, Medan Perang yang Terpinggir Melawan Arogansi Metropolitan

Menurut Nazari yang baru saja bergabung dan baru menjalani dua laga bersama Maung Bandung, kejadian yang menimpanya sangat tidak layak dalam sepak bola. Sudah seharusnya hal-hal serupa dijauhkan dari dunia sepak bola.

“Saya hanya ingin bermain bola, bermain bagus dan membuat penonton menikmati permainan. Saya tidak suka. Ini sangat tidak layak di sepak bola. Hal seperti ini harus dijauhkan dari dunia sepak bola,” tegas Nazari, melansir laman persib.co.id.

Lebih lanjut gelandang berkebangsaan Filipina tersebut menyebut bahwa sepak bola adalah tentang mempertemukan semua orang secara bersama-sama dan membuat semuanya bisa menikmati sebuah pertandingan.

Sedangkan manager Persib Bandung, Umuh Muchtar, memberi reaksi berbeda. Masih melansir laman yang sama, Wak Haji, sapaan akrabnya, cukup menyesalkan kinerja Panitia Pelaksana pertandingan tim tuan rumah. Ia mengatakan, Panpel seharusnya bisa mengantisipasi dan melakukan pencegahan agar situasi tetap aman dan terkendali. 

“Ya, cuma saya menyayangkan sama Panpel. Harusnya panpel yang lebih aktif dan cekatan meminta (penambahan personel pengamanan). Selanjutnya silakan saja tanyakan ke Panpel,” kata Umuh.

Baca juga: Ketika JakMania Seolah Kehabisan Cara

Apa yang dikatakan Umuh tentu beralasan. Karena di Regulasi Liga 1 2019 terdapat pasal yang khusus membahas perihal ini. tepatnya di Pasal 4 Regulasi Liga 1 2019. Dalam pasal tersebut menyebutkan bahwa klub tuan rumah harus menjamin keamanan dan kenyamanan  semua orang yang terlibat dalam pelaksanaan pertandingan.

Bukan hanya saat pertandingan, tetapi sebelum dan sesudah pertandingan. bukan hanya di stadion, bahkan hingga lapangan latihan dan hotel tempat klub tamu dan perangkat pertandingan menginap.

PASAL 4 

KEAMANAN DAN KENYAMANAN 

  1. Klub tuan rumah bertanggung jawab untuk memikirkan, merencanakan dan menjalankan sistem keamanan dan kenyamanan yang baik dalam pelaksanaan LIGA 1 di semua tempat yang terkait (termasuk control access areas) dan melindungi semua personel dan peralatan termasuk tetapi tidak terbatas pada: 
    1. Pemain dan Ofisial;
    2. Perangkat Pertandingan;
    3. awak pers/media;
    4. sponsor dan commercial partners;
    5. fans dan penonton. 
  2. Klub bertanggung jawab terhadap tingkah laku dari Pemain, Ofisial, personel, penonton dan setiap orang yang terkait dengan Klub tersebut selama penyelenggaran Liga 1. 
  3. Klub tuan rumah bertanggung jawab untuk menjamin keamanan dan kenyamanan sebelum, pada saat dan setelah berlangsungnya Pertandingan. Klub tuan rumah dapat dijatuhi sanksi sesuai dengan Kode Disiplin PSSI apabila terjadi segala bentuk insiden dalam Pertandingan atau tidak terpenuhinya ketentuan-ketentuan keamanan yang berlaku. 
  4. Klub tuan rumah wajib untuk membuat rencana pengamanan (security plan) yang berisi pernyataan dari seluruh pihak yang terkait dengan ruang lingkup pengamanan termasuk tetapi tidak terbatas pada Stadion, lapangan latihan dan hotel tempat Klub tamu dan Perangkat Pertandingan menginap. Rencana pengamanan ini dibuat dengan merujuk kepada FIFA Stadium Safety and  Security Regulations dan Regulasi, Edaran PSSI yang berlaku. Klub wajib berpartisipasi dalam tiap program pelatihan yang diadakan oleh PSSI dan/atau LIB terkait aspek-aspek yang diatur dalam Pasal ini. 

Bambang Pamungkas, pemain senior Persija Jakarta sekaligus legenda hidup sepak bola Indonesia yang beberapa waktu lalu mengalami hal serupa turut memberikan pandangannya. Melalui media sosial pribadinya, Bepe mendesak kejadian tersebut harus segera direspon tegas oleh pihak terkait. Karena menurutnya kekerasan dalam ruang lingkup sepak bola sudah tidak dapat ditoleransi lagi.

“Kejadian ini harus segera direspon secara tegas dan keras oleh PSSI, operator liga, dan juga kepolisisan. Karena apapun alsannya, kekerasan dalam ruang lingkup sepak bola sudah tidak dapat ditoleransi lagi.” ujarnya di akun @bepe20.

Jika terus dibiarkan tanpa tindakan tegas pihak-pihak terkait, entah itu oleh PSSI, operator liga, bahkan kepolisian, pemain yang identik dengan nomor punggung 20 itu khawatir apa yang menimpa Persija Jakarta dan Persib Bandung akan terus berulang dan menimpa tim-tim lain.

Baca juga: Bambang Pamungkas, dari Getas, ke Eropa, dan Jakarta

Bagi pemain yang telah mencatatkan 200 gol untuk Macan Kemayoran, fanatisme suporter Indonesia yang luar biasa merupakan aset berharga. Namun di saat bersamaan juga dapat menjadi bahaya dan merugikan sepak bola itu sendiri.

“Fanatisme suporter di Indonesia memang luar biasa, ini adalah aset yang sangat berharga bagi sepak bola kita. Namun jika hal tersebut sudah melampaui batas, maka dapat berujung anarkis, dan pada akhirnya akan merugikan kita semua,” imbuhnya.

Bambang Pamungkas juga mengingatkan, secara prestasi sepak bola Indonesia ini belum belum memiliki sesuatu yang dapat dibanggakan. Jadi jangan lagi ditambah dengan hal-hal yang sifatnya memperburuk citra sepak bola Indonesia.