Suara Pembaca

Kisah Glenn Hoddle dan Pertolongan Pertama

Glenn Hoddle merupakan salah satu pemain terbaik yang pernah membela Inggris. Ia pernah membela tim nasional Inggris dalam berbagai turnamen resmi Internasional.

Hoddle tercatat masuk dalam skuat di dua Piala Dunia dan dua kali Piala Dunia. Hoddle juga “terlibat” dalam aksi mencetak salah satu “gol terbaik” dalam gelaran Piala Dunia tahun 1986. Ia menjadi salah satu dari lima pemain Inggris yang tak berdaya mencegah lolosnya Diego Maradona saat membuat gol tersebut.

Sementara Kiprah bermain Hoddle pada di level klub diawali saat bermain untuk Tottenham Hotspur. Ia sukses menembus tim utama setelah bermain untuk tim junior Tottenham Hotspur. Dua belas tahun Hoddle membela Tottenham Hotspur dengan torehan dua Piala FA dan sebuah Piala UEFA. Hoddle juga beberapa kali masuk tim terbaik Liga Primer Inggris.

Setelah dari Tottenham Hotspur, ia lalu memutuskan berkiprah ke Prancis membela AS Monaco. Di sana Hoddle bermain bersama George Weah muda di bawah asuhan pelatih muda Arsène Wenger. Sebuah gelar Liga Prancis berhasil mereka raih bersama. Setelah lima musim, Hoddle kembali ke Inggris untuk bermain Swindon Town lalu mengakhiri karier bersama Chelsea.

Baca juga: Diaspora Pemain Inggris di Tanah Eropa

Di kedua klub terakhir itulah saat masih bermain, Hoddle juga merintis kepelatihan. Hoddle sebagai manajer -sekaligus pemain sukses membawa Swindon Town promosi ke Liga Primer Inggris via play-off. Kemudian bersama Chelsea, Hoddle juga meneruskan kiprah serupa sebagai manajer-pemain dan sempat membawa The Blues ke final Piala FA. Hal itu terjadi sebelum era Roman Abramovich

Ia lalu dipilih untuk menangani tim nasional Inggris pada Piala Dunia 1998. Langkah Hoddle bersama The Three Lions terhenti di perdelapan-final melawan Argentina, yang juga terkenal dengan insiden kartu merah David Beckham.

Selepas Piala Dunia Piala Dunia 1998, Hoddle masih dipercaya menangani tim nasional. Namun celotehnya yang kontroversial mengenai karma membuatnya terdepak dari jabatan pelatih timnas Inggris.

Setelah itu Hoddle sempat menangani Southampton, kemudian ia kembali ke Tottenham sebagai manajer. Terakhir Hoddle menangani Wolverhampton Wanderers. Semua klub tersebut berkiprah di Liga Primer Inggris.

Baca juga: Agenda Setting ala Sepak Bola Inggris

Hoddle lalu mengelola Glenn Hoddle Academy. Terinspirasi kematian saudaranya pada usia muda, akademi tersebut bertujuan memberi kesempatan kedua untuk pemain yang sedang tak terikat kontrak profesional. Profesi pesepak bola di Eropa boleh dikatakan cukup menjanjikan. Namun banyak pula yang tak sampai ke level profesional.

Glenn Hoddle Academy berbasis di Spanyol tapi banyak mengambil pemain yang berakar bekas pemain di Liga Inggis. Akademi ini relatif mampu menyelamatkan beberapa karier pemain. Kini Glenn Hoddle Academy tak lagi beroperasi.

Glenn Hoddle dan jantung yang terhenti

Pada akhir tahun 2018 Hoddle menginjak usia 61 tahun. BT Sports mengundangnya untuk tampil ke sebuah acara dengan pemandu acara mantan pemain, Robbie Savage. Hadir pula beberapa pengisi acara lain seperti Paul Ince dan Steve Sidwell.

Pada acara tersebut, Hoddle juga diberikan perayaan ulang tahun. Lalu di pengujung acara dilakukan permainan Teqball antara Hoddle dengam Savage. Usai acara permainan sempat dilanjutkan atas permintaan Hoddle sendiri. Suasana di studio cukup meriah hingga terjadi insiden tiba-tiba.

Hoddle mendadak terjatuh tak sadarkan diri. Kepanikan melanda di studio melihat kejadian tersebut. Lalu Simon Daniels, seorang staf bagian audio mendekat, segera mengambil alih keadaan.

Baca juga: Pesepak Bola dan Serangan Jantung

Daniels yang memiliki kemampuan medis memutuskan melakukan CPR dan meminta untuk diambilkan alat bernama defiblirator. Ia juga meminta tim medis dan ambulans segera didatangkan, sembari meminta yang ada di studio untuk tetap menyemangati Hoddle yang masih tak sadarkan diri.

Tindakan pertama yang cepat dari Daniels itu sangat penting. Hoddle beruntung karena langsung mendapatkan pertolongan pertama tersebut. Daniels ternyata memang sering melakukan latihan CPR tiap tahun bersama kepolisian. Bahkan ia yang menjadi instruktur kepaltihan tersebut. Hal itu rutin dilakukan untuk penyegaran sekaligus pelatihan atas teknik terbaru yang perlu dilakukan.

Segera tim medis tiba dan siap, Daniels menyerahkan kepada tim medis. Hoddle lalu dibawa ke rumah sakit untuk perawatan lebih lanjut. Kondisinya sempat dikabarkan kritis.

Dukungan pun mengalir dari berbagai pihak utamanya dari komunitas sepak bola Inggris. Syukur Hoddle berhasil bertahan dari masa tersebut. Beberapa bulan kemudian ia diperbolehkan pulang.

Hoddle lalu melakukan wawancara bersama BT Sports. Ia beruntung masih bisa kembali dari masa kritis. Hoddle sendiri tidak bisa mengingat banyak kejadian saat itu. Sementara narasumber lain Paul Ince, Steve Sidwell, bahkan pembawa acara Robbie Savage menceritakan apa yang mereka rasakan. Mereka merasakan ketakutan atas kejadian tersebut.

Baca juga: Luka Milivojevic, Pembidik Maut dan Primadona FPL

Setelah kejadian itu, Hoddle kembali beraktivitas normal. Ia juga makin memperhatikan gaya hidup seperti rutin berjalan kaki. Hal yang sebelumnya tidak banyak dilakukan Hoddle kecuali saat tengah bemain golf.

Ia juga merefleksikan diri atas kejadian tersebut, dan menyatakan sangat berterima kasih kepada Daniels yang cepat dan tanggap memberikan pertolongan pertama.

Pada tahun 2019 ini, Hoddle kembali ke studio. Ia menyatakan menjadi fans Tottenham Hotspur sejak umur 8 tahun. Pasca-laga semi-final Liga Champions Tottenham melawan Ajax Amsterdam, ia berujar beruntung bisa melihat aksi The Lilywhites yang luar biasa. Tak heran karena 2018 Hoddle nyaris meninggal karena serangan jantung.

Simon Daniels dan pentingnya pertolongan pertama

Simon Daniels melakukan hal yang tepat saat Hoddle mengalami serangan jantung. Daniels menyatakan, meskipun melakukan pelatihan CPR tiap tahun, CPR pertamanya dilakukan pada Hoddle. Ia sendiri tidak menyangka akan melakukan CPR dalam situasi yang sebenarnya.

Keberanian melakukan sesuatu yang darurat ditunjang pengetahuannya akan CPR sangat penting. Tentu saja peran tim medis yang datang ke studio BT Sport dan rumah sakit tempat Hoddle dirawat juga penting. Namun tanpa pertolongan pertama dari Daniels tersebut, mungkin Hoddle tidak terselamatkan.

Berkaca dari hal yang menimpa Hoddle. pentingnya pertolongan pertama harus ditanamkan kepada semua orang. Bukan menjadi kewajiban mutlak dan tunggal untuk dunia kesehatan saja. Kejadian Hoddle bisa menjadi pembelajaran bahwa tidak harus bagi dunia kesehatan saja yang bisa melakukan pertolongan pertama. Orang biasa pun dengan pengetahuan yang benar bisa melakukan sebelum tim medis datang.

Baca juga: Ketika Eropa Dikuasai Empat Singa

Simon Daniels yang bukan dokter atau perawat tapi ia sering melakukan pelatihan tahunan CPR. Hal yang pada akhirnya berguna untuk kejadian Hoddle.

Tentu saja pertolongan pertama harus dilakukan secara benar. Tidak boleh pertolongan pertama dilakukan secara asal-asalan. Untuk itulah pemahaman akan pertolongan pertama bisa disosialisasikan. Bukan hanya di dunia kesehatan atau olahraga pemahaman akan pertolongan pertama diberikan.

Warga biasa pun perlu ditanamkan pemahaman akan pertolongan pertama. Bahkan perlu diajarkan sedini mungkin. Bisa diajarkan di sekolah, kantor, atau bahkan disosialisasikan pada arisan warga.

Seorang atau unit yang mengetahui masalah pertolongan pertama tidak bisa setiap saat ada dalam suatu kejadian. Kebanyakan justru warga biasa yang ada di sekitar sebuah kejadian. Mereka yang bisa lebih berperan untuk pertolongan pertama sebelum tim kesehatan datang.

Peran aktif tersebutlah yang bisa jadi langkah pembuka untuk menyelamatkan nyawa satu atau banyak orang yang tertimpa kejadian yang tidak diinginkan.

 

*Penulis bisa dijumpai di akun Twitter @hilmi_masdar