Suara Pembaca

Ketika Eropa Dikuasai Empat Singa

Menyimak dua kompetisi elite benua biru musim 2018/2019, tentu kita akan melihat kedigdayaan Liga Primer Inggris yang sangat superior, penuh drama, comeback yang dramatis, semangat pantang menyerah, dan untuk pertama kalinya dua final kompetisi Eropa yaitu Liga Champions dan Liga Europa kontestannya berasal dari satu kompetisi yang sama.

Dengan prestasi tersebut, Liga Primer Inggris layak disebut raja di kompetisi Eropa

Saya akan mencoba membahas keberhasilan Liverpool, Tottenham Hotspur, Arsenal, dan Chelsea ke final kompetisi Eropa, di mana keadaan ini dikategorikan langkah bersejarah dan akan sangat sulit diulangi, karena dengan tingkat persaingan sepak bola modern seperti sekarang.

Di final Liga Champions, terdapat dua nama klub elite Liga Primer Inggris yang akan saling berhadapan, yaitu Liverpool dan Tottenham.

Baca juga: Liga Champions 2018/2019 Melawan Kemustahilan

Liverpool

Keberhasilan Liverpool menembus partai final dua kali beruntun menyamai rekor Manchester United tahun 2008 dan 2009. Prestasi Liverpool kali ini pun masih di bawah arahan manajer yang sama, Juergen Klopp, dengan skuat yang tidak banyak beruba. Masih mengandalkan trio Roberto Firmino, Sadio Mane, dan Mohammed Salah.

Ditopang dengan super-sub gelandang serang asal Belanda, Georginio Wijnaldum, dan striker masa depan Belgia, Divock Origi, menjadi penentu  kemenangan di semi-final dengan menyingkiran Barcelona. The Reds melakukannya secara dramatis lewat comeback 4-0 di stadion kebanggan mereka, Anfield, setelah di leg pertama takluk 0-3.

Ini adalah comeback hebat Liverpool yang kedua, setelah di Istanbul pada final Liga Champions 2005. Kala itu, Steven Gerrard dan rekan-rekannya berhasil menyamakan skor 3-3 setelah tertinggal 3-0 dari AC Milan, dan memaksa pertandingan dilanjutkan ke babak adu penalti. Pada akhirnya Liverpool sukses mengangkat trofi Si Kuping Besar kelima mereka.

Baca juga: Liverpool Mendekati Sempurna, tapi…

Tottenham Hotspur

Di awal musim Liga Champions 2018/2019, Spurs yang sempat tidak diperhitungkan berada satu grup bersama Barcelona, Inter, dan PSV Eindhoven justru berhasil menjadi runner-up grup setelah partai terakhir berhasil mengimbangi Barca 1-1. Dengan 8 poin yang sama dengan Inter, tidak mengahalangi Spurs untuk lolos ke babak gugur, karena menang selisih gol.

Selanjutnya Spurs tidak terbendung untuk memenangi pertandingan di babak 16 besar. Mereka sukses menyingkirkan Dortmund dengan agregat meyakinkan 4-0. Kemudian di babak 8 besar Spurs berjumpa sesama tim Inggris, Manchester City, dan bersusah payah menyingkirkan City dengan agregat 4-4. The Lilywhites lolos karena agresivitas gol tandang.

Di semi-final Spurs mendapatk ujian berat, karena tidak diunggulkan ketika berhadapan dengan Ajax Amstedam, tim yang berhasil membunuh Real Madrid dan Juventus. Tim lawan berisikan talenta muda dengan permainan yang kolektif dan atraktif . Spurs pun takluk di kandangnya sendiri dengan skor 0-1.

Di leg kedua, tak disangka Spurs meniru apa yang dilakukan Liverpool. Armada Mauro Pochettino melakukan comeback, dan heroiknya gol kemenangan dicetak di detik terakhir injury time. Tim asal London ini pun melaju ke final Liga Champions pertamanya sepanjang sejarah.

Baca juga: Para Alumnus Liga Champions di Liga Indonesia

Final Liga Europa: Arsenal vs Chelsea

Ini adalah duel tim yang sedang dalam keadaan mengembalikan kepercayaan diri, karena dua tim tersebut merupakan anggota empat besar di Liga Primer Inggris.

Dua tim tersebut biasanya bersaing ketat untuk mampu menjuarai liga, tetapi di dua musim terakhir seakan-akan hanya mampu bersaing di habitat mereka. Jangankan untuk bersaing juara liga, untuk finis di zona Liga Champions saja mereka sangat terseok-seok. Bisa jadi menjuarai Liga Europa adalah opsi terbaik kedua tim mendapatkan tiket Liga Champions musim depan.

Keberhasilan tim-tim di atas tidak terlepas dari pengelolaan sebuah kompetisi yang baik dan infrastruktur yang menunjang tim. Semoga dengan terjadinya dua All England Final di kompetisi Eropa musim 2018/2019 ini, dapat menjadi motivasi liga-liga di seluruh dunia untuk mencontoh keberhasilan Liga Primer Inggris.

Meskipun sulit untuk menyamai, tetapi setidaknya menjadi role model dalam pengelolaan liga yang terstruktur dan profesional. Terutama Liga Indonesia, yang baru pekan pertama saja ternoda tawuran.

Baca juga: 5 Alasan James Rodriguez Layak Berbaju Arsenal