Suara Pembaca

Diaspora Pemain Inggris di Tanah Eropa

Menjadi sebuah hal yang biasa saja jika sebuah klub Liga Inggris membeli pemain non-Inggris. Baik klub top six maupun medioker, dalam semusim setidaknya akan merekrut seorang pemain asing. Peningkatan kualitas tim menjadi alasan umum yang diutarakan manajer tim–tim Liga Primer Inggris.

Bahkan tak jarang pemain tersebut bergabung di klub ketika usianya masih belia. Cesc Fabregas, Paul Pogba, dan Brahim Diaz adalah sederet pemain yang meninggalkan tanah kelahirannya untuk bermain di Inggris saat masih berumur belasan tahun. Ada yang berhasil dan menjadi legenda seperti Fabregas, banyak pula yang gagal dan akhirnya kembali ke negaranya atau berpindah–pindah klub.

Lalu bagaimana dengan pemain muda Inggris sendiri?

Dari masa ke masa, pemain Negeri Ratu Elizabeth yang berhasil di klub top Eropa bisa dihitung dengan jari. Selain banderol mahal, kebanyakan pemain Inggris yang lebih mengandalkan fisik dan tidak berteknik tinggi dianggap menjadi faktor minimnya jumlah englishmen yang berkarier di luar tanahnya sendiri.

Jangankan mencatat ratusan penampilan dan puluhan gol, sekedar mengisi bangku cadangan di tim Eropa pun kesulitan. Saking jarangnya ada pemain Inggris bermain di luar tanah Britania, rasanya aneh jika ada nama berbau Inggris di starting line-up liga Italia, misalnya. Namun hal berbeda mungkin akan terjadi di musim–musim mendatang.

Baca juga: Agenda Setting ala Sepak Bola Inggris

Setidaknya dalam dua tahun terakhir terjadi cukup banyak transfer pemain muda berpaspor Inggris ke tim-tim di liga top Eropa. Jadon Sancho menjadi orang pertama yang memulai eksodus ini. Sancho dibeli Borussia Dortmund dari Manchester City pada tahun 2017 dengan mahar 8 juta paun dan sejauh ini telah membukukan 39 penampilan serta 8 gol dan 16 asis untuk tim utama.

Sebuah catatan yang cukup impresif bagi pemain berusia 18 tahun jika melihat lini tengah Dortmund yang dipenuhi pemain kaya pengalaman seperti Mario Goetze, serta harus bersaing dengan wonderkid lain dalam diri Christian Pulisic.

Kisah sukses Sancho akhirnya mengilhami pemain-pemain muda Inggris lain untuk merasakan atmosfer sepak bola kontinental. Berturut-turut Reiss Nelson, Ronaldo Vieira, Sheyi Ojo, dan yang terbaru permata muda Arsenal, Emile Smith-Rowe.

Rhian Brewster dan Callum Hudson-Odoi nyaris masuk gerbong eksodus setelah masing-masing diminati Borussia Mönchengladbach dan Bayern Munich, namun Brewster lebih memilih memperpanjang kontraknya di Liverpool sementara Chelsea menolak tawaran 20 juta paun dari Bayern untuk Hudson-Odoi.

Baca juga: Reiss Nelson: Ia yang Berlari Kencang

Nelson yang dipinjam Hoffenheim dari Arsenal, berhasil membantu timnya duduk di posisi 8 dengan catatan 13 penampilan dan 6 gol. Sheyi Ojo sejauh ini mengemas 13 penampilan dan membawa Reims ke peringkat 8 Ligue 1. Di pertengahan musim lalu, Ademola Lookman berhasil mencetak 5 gol dari 11 penampilan untuk RB Leipzig sebelum kembali ke Everton.

Mulai lakunya produk sepak bola Inggris di pasar Eropa bertepatan dengan keberhasilan tim muda The Three Lions di tahun 2017. Tidak tanggung-tanggung merengkuh gelar juara Piala Dunia U-17, Piala Eropa U-19, dan Piala Dunia U-20. Baik Sancho, Smith-Rowe, Brewster, mapun Hudson-Odoi adalah bagian tim Inggris U-17 yang berkompetisi di India 2017, sementara Sheyi Ojo adalah salah satu winger di skuat Piala Dunia U-20.

“Pada bulan Desember, ada ketertarikan dari Juventus, Borussia Mönchengladbach, Valencia, dan Monaco, akhirnya ia memutuskan pergi di akhir musim,” ujar Badou Sambagué, broker transfer Jonathan Panzo dari Chelsea ke Monaco tahun lalu.

Pernyataan Sambagué menegaskan bahwa pemain muda Inggris mulai dianggap memiliki kualitas yang sejajar bahkan superior dengan pemain muda dari bangsa kontinental. Tengoklah cara bermain Hudson-Odoi atau Phil Foden yang sangat stylish dan tak cuma mengandalkan kekuatan fisik. Gaya bermain ala kick n’ rush kini ditinggalkan dan diganti dengan teknik serta intelegensi.

Baca juga: Victor Moses, dari Sisi Kanan ke Pinggir Lapangan

Kesempatan lebih besar untuk menembus tim utama juga menjadi faktor lain yang mendorong Sancho dkk. menyeberangi Selat Inggris. Sangat sulit bagi pemain muda di Inggris, sehebat apapun dia, untuk bersaing dengan rekrutan berharga puluhan juta paun. Sulit bersaing, sulit pula untuk berkembang.  Bisa dibayangkan, jika Sancho tidak pindah ke Dortmund, mungkin saat ini ia sedang dipinjamkan ke salah satu klub di League One.

Menurut Sambagué, di sistem sepak bola Inggris membuat langkah pemain muda untuk langsung menembus tim utama sangat berat. Di Prancis, Jerman, dan Spanyol, setiap tim memiliki tim B yang berkasta langsung di sistem liga senior di bawah divisi utama, sehingga pemain lulusan akademi dapat bermain bersama mereka yang lebih tua dan berkualitas, di Inggris tidak begitu.

Hal itulah yang mendorong Marcus McGuane untuk lebih memilih bergabung bersama Barcelona B di divisi 3 Spanyol. McGuane yang sebelumnya bermain untuk Arsenal, mendarat di Catalunya pada Januari tahun lalu dengan harapan dapat lebih berkembang di sistem yang lebih ramah, dan “kalau bisa” satu lapangan bersama Lionel Messi di tim utama. Hingga saat ini, satu penampilan di tim utama telah dicatat McGuane di ajang Copa del Rey.

Atensi media Inggris yang sering berlebihan juga sering menghambat pesepak bola Inggris untuk memenuhi potensinya.

Baca juga: Bundesliga: Tujuan Tepat Pemain-Pemain Muda Inggris

“Di Jerman, pemain muda jarang mendapat perhatian media. Pemain dapat fokus dengan permainannya, fokus pada perkembangannya, dan tidak terjebak pada perhatian berlebihan,” tutur Danny Collinge, yang telah berlatih di Jerman sejak 2014 dengan bergabung bersama Stuttgart.

Saat ini terdapat 19 pemain Inggris yang terdaftar di lima liga top Eropa selain Liga Primer Inggris, baik sebagai pemain pinjaman maupun kontrak permanen. Rinciannya dua pemain di LaLiga, empat pemain di Serie A, empat pemain di Ligue 1, dan 9 pemain di Bundesliga. Itu belum menghitung delapan pemain yang bermain di Eredivisie, satu pemain di Primeira Liga Portugal, dan sepasang pemain di Super Lig Turki.

Diaspora pesepak bola Inggris diprediksi akan terus berkembang dari tahun ke tahun. Hudson-Odoi mungkin benar-benar bergabung dengan Bayern musim depan, Aaron Wan-Bissaka yang terlalu bagus untuk Crystal Palace mungkin bisa mencari klub di luar EPL, bahkan Harry Kane sudah seharusnya meninggalkan Tottenham untuk Barcelona, Real Madrid, atau klub lain yang bisa memberinya gelar.

Bukan tidak mungkin dalam lima tahun ke depan jagad Eropa akan dipenuhi pemain berdarah Inggris.

 

*Penulis adalah seorang penikmat sepak bola dan jajanan pinggir jalan. Berselancar di Twitter menggunakan username @val_pradana