Cerita

Ukiran Tinta Emas Makan Konate di Piala Presiden

Gelaran Piala Presiden 2019 baru saja usai Jumat (12/4) malam, Stadion Kanjuruhan jadi saksi bisu gagahnya Singo Edan yang kembali menggondol trofi Piala Presiden untuk kedua kalinya.

Namun ada satu sosok yang tak boleh terlupa karena juga mencetak sejarahnya sendiri malam itu. Ukiran tinta emas Makan Konate di Piala Presiden menjadikannya pemain pertama yang menjuarai ajang ini dengan dua klub berbeda.

Tak ada yang menyangka bahwa gelandang serang kelahiran Bamako, Mali, 27 tahun yang lalu ini akan menjadi salah satu pemain yang mengukir prestasi tersendiri di ajang yang pertama kali digelar di tahun 2015 itu.

Konate yang baru menginjakkan kakinya di Indonesia pada tahun 2012 bersama PSPS Pekanbaru merasakan puncak karier kala membela panji Persib Bandung sejak musim 2014.

Konate berhasil menutup musim dengan gelar juara Indonesia Super League bersama Maung Bandung. Namun petaka datang menghampiri sepak bola Indonesia semusim berikutnya, saat QNB League berhenti di tengah jalan dan PSSI dibekukan oleh FIFA Piala Presiden menjadi salah satu ajang yang digagas untuk menyelamatkan gairah kecintaan masyarakat terhadap si kulit bundar.

Di akhir kisah gelaran perdana piala Presiden itulah Makan Konate mampu menutupnya dengan manis. Satu trofi lagi ia mampu persembahkan bagi para Bobotoh, para pendukung setia Persib Bandung.

Bukan sekedar “Vini, Vidi, Vici“. Konate tak hanya datang, berperang di lapangan dan memenangkan trofi tapi ia ikut mencetak satu gol kemenangan Persib atas Sriwijaya FC yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta.

Baca juga: Kembalinya Dua Jenderal Lapangan Tengah Beda Generasi ke Liga Indonesia

Di hadapan 75.000 pasang mata di kandang Persija Jakarta, eks gelandang andalan Asykar Bertuah ini seakan memastikan kemenangan Persib lewat gol yang dicetak di akhir babak pertama.

Memanfaatkan umpan kapten tim, Atep, dari sisi kanan Konate yang berada di kotak penalti berhasil mengelabui dua bek Sriwijaya FC dan dengan gerakan memutar badan menceploskan bola ke gawang Dian Agus Prasetyo.

Tak ada gol lagi yang tercipta di Senayan, setelah sebelumnya Persib unggul cepat di menit keenam lewat gol tendangan bebas Achmad Jufriyanto. Konate dan kawan-kawan berhasil menyegel gelar Piala Presiden edisi perdana. Namun sayang dua gelar yang diraih bersama Persib tak cukup lama menahan kaki-kaki lincahnya lebih lama di kota Kembang.

Konate sendiri memutuskan untuk pindah ke Malaysia dan bergabung bersama T-Team FC per Januari 2016 setelah dua musim berseragam ‘biru barat’ dan mencetak 14 gol dari 30 pertandingan yang ia lakoni bersama Maung Bandung, termasuk kala klub kebanggaan warga Jawa Barat itu bermain di kompetisi Piala AFC. Namun ternyata tak butuh waktu lama bagi dirinya untuk kembali menjejakkan kakinya kembali di Nusantara.

Di saat yang bersamaan sebelum Konate kembali meniti karier di Indonesia, Arema FC baru saja ditahbiskan menjadi juara Piala Presiden 2017 usai menekuk Borneo FC dengan skor 5-1. Ketika Tuhan bekerja dengan cara yang unik, entah bagaimana Makan Konate akhirnya kembali berbaju zirah biru.

Kali ini ia menjadi jenderal lapangan si ‘biru timur’ Arema FC di musim 2018, dan ukiran tinta emas Makan Konate di Piala Presiden dimulai kembali.

Kali kedua Makan Konate

Perjalanan karier kedua Konate di Indonesia sempat memiliki jalan terjal. Nasib kurang beruntung kembali menghampirinya kala bekerja sama kembali dengan Rahmad Darmawan, pelatih kawakan yang memboyongnya ke Malaysia, di Sriwijaya FC.

Konate sebenarnya menjadi jantung permainan Elang Andalas di pertengahan musim 2018, namun kesulitan keuangan yang mereka alami membuat eksodus besar-besaran terjadi jelang putaran kedua Liga 1 2018.

Sejumlah pemain memilih undur diri dari klub kebanggaan kota Palembang tersebut, termasuk Makan Konate dan sang juru latih Rahmad Darmawan.

Ibarat kata sebuah roda, nasib Sriwijaya FC yang sedang berada di titik nadir menjadi angin segar bagi klub lainnya yang memanfaatkan situasi tersebut. Maka berlabuhlah Konate ke Malang, kota yang memiliki cuaca lebih sejuk dibanding Palembang atau bahkan kota kelahirannya, Bamako.

Baca juga: Makan Konate: Bertabur Asis di Sriwijaya FC, Bergelimang Gol di Arema FC

Datangnya Konate ke Arema FC benar-benar seperti oase di tengah keringnya gol-gol yang dibutuhkan Singo Edan di Liga 1 2018. Sempat hampir terdegradasi, Arthur Cunha dan kawan-kawan kembali mengaum dengan keras di putaran kedua.

Arema pun berhasil menyelesaikan musim di peringkat keenam dan penampilan baik Konate di putaran kedua membuatnya kembali dipertahankan manajemen.

Entah kebetulan atau tidak, Konate nampaknya memang benar-benar berjodoh dengan tiga hal: warna biru, cuaca yang sejuk, dan Piala Presiden. Terlebih untuk hal ketiga, ajang pra-musim Piala Presiden 2019 jadi momentum pas bagi Konate memberikan trofi pertama bagi Aremania dan Aremanita meski hanya sekadar pra-musim belaka.

Laga final kali ini memang digelar dua leg, berbeda dengan yang ia jalani sebelumnya bersama Persib di 2015. Yang menggembirakan justru Konate mampu menepati janjinya pada para pendukung Arema ketika leg kedua final Piala Presiden 2019 tepat dilangsungkan di Stadion Kanjuruhan Jumat (12/4) malam.

Benar saja, Konate menepati janjinya dan kembali mengukir sejarah di ajang Piala Presiden. Jika kurang lebih empat tahun lalu ia menjadi pencetak gol, maka kali ini ia memberikan asis kepada Ahmad Nur Hardianto untuk mencetak gol pembuka di stadion Kanjuruhan.

Konate yang berdiri bebas di tengah lapangan mengirim umpan datar kepada pemain kelahiran Lamongan 23 tahun lalu, yang berada di sisi kanan. Dengan satu tendangan mendatang Nur Hardianto  menaklukkan kiper Abdul Rohim dan membuka keunggulan bagi Singo Edan di menit ke-43.

Konate bermain penuh di dua laga final yang berbeda, berkontribusi baik bagi tim, dan sebenarnya layak menyandang gelar pemain terbaik, meski dirinya lebih suka menikmati peran sebagai seorang silent hero.

Capaian Konate ini berhasil mengungguli beberapa mantan rekan setimnya yang menghuni skuat juara Persib di Piala Presiden 2015. Mereka adalah M. Taufiq, Dias Angga Putra, dan Ilija Spasojevic yang gagal meraih gelar bersama Bali United di final Piala Presiden 2018 lalu.

Kini nama gelandang asal Mali tersebut akan selalu diingat orang. Ukiran tinta emas Makan Konate di Piala Presiden sebagai pemain pertama yang menjuarai ajang ini dengan dua klub berbeda, hingga saat ini, menjadikannya layaknya legenda Piala Presiden.

Tentunya Konate masih dapat menambah raihan trofi di daftar catatan uniknya dengan gelar juara Liga 1 2019 bersama Singo Edan, Arema FC. Sanggup Konate? Salam Satu Jiwa!

Baca juga: Arema FC: 2018 Hampir Degradasi, 2019 Dapat Trofi