Dia adalah satu dari sembilan pemain asing lawas yang kembali berlabuh di Liga Indonesia. Setelah menjalani masa perantauan di Liga Super Malaysia, Makan Konate akhirnya kembali ke liga di mana kariernya mulai meroket, walau musim ini mengenakan seragam tim yang berbeda.
Nama Makan Konate sangat identik dengan Persib Bandung. Wajar, karena di sanalah ia menjuarai Indonesia Super League (ISL) 2014, sekaligus mengakhiri puasa gelar Pangeran Biru yang berlangsung selama 19 tahun lamanya.
Performa Konate saat itu memang sangat bagus, dan membuat mata klub-klub Asia Tenggara melirik padanya. T-Team di Liga Super Malaysia kemudian yang beruntung mendapatkannya, beserta pelatih kawakan asal Indonesia, Rahmad Darmawan.
Dua musim membela T-Team pada 2015-2017, Konate mengalami pasang surut performa. Sempat tampil bagus, tapi cedera lutut parah yang menimpanya jelang akhir musim 2017 membuat kontraknya diputus T-Team. Situasi yang mengawali kembalinya sang jenderal lapangan tengah ke Indonesia.
Baca juga: Siapa Mau Makan Konate?
Kreator serangan Sriwijaya FC
Bursa transfer awal musim Go-Jek Liga 1 2018, Sriwijaya FC meniru apa yang dilakukan AC Milan pada bursa transfer awal musim 2017/2018. Melakukan belanja pemain besar-besaran, agar meningkatkan kualitas tim secara signifikan. Itu semata-mata demi memupus luka di musim 2017 karena Laskar Wong Kito hanya mampu finis di peringkat 11 klasemen akhir.
Konate pun digaet, beserta gerbong pemain mewah yang berisi Manuchekhr Dzhalilov pemain terbaik Piala AFC 2017, Esteban Vizcarra dan Adam Alis motor serangan Arema FC, Hamka Hamzah kapten PSM Makassar, dan Mahamadou N’Diaye bek asing yang tangguh.
Di Sriwijaya FC, Konate bertugas menjadi kreator serangan. Ia diberi keleluasaan bergerak untuk memberi umpan atau membuka ruang, karena gelandang berusia 26 tahun ini memang memiliki mobilitas tinggi.
Disertai kemampuan mengeksekusi bola mati yang ciamik, jadilah Konate sebagai sosok sentral dalam alur serangan Sriwijaya FC. Tak kurang 9 asis yang diukirnya bersama Laskar Wong Kito di putaran pertama, bahkan di pekan 10 saat menang 4-0 lawan PSIS Semarang, Konate membukukan tiga asis!
Sayangnya, masa-masa indah itu tidak berlangsung lama. Akibat persoalan finansial, sejumlah pemain pilar Sriwijaya FC hengkang ke klub lain, termasuk Konate. Ia pun berlabuh di Arema FC, dan mendapat apa yang tak pernah dirayakannya selama putaran pertama, yaitu gol.
Sumber gol Arema FC
Betul, gol. Sebab walau Konate bertabur asis di Sriwijaya FC, tapi dia tak sekalipun mencatatkan gol di klub kebanggaan warga Palembang itu. Sumber gol Laskar Wong Kito mayoritas berasal dari Vizcarra, Beto, Dzhalilov, dan duet bek tengahnya yakni Hamka serta N’Diaye.
Namun segalanya berubah usai Konate mendarat di Malang, mengenakan seragam Arema FC. Gol demi gol lahir dari kakinya, membuktikan bahwa dia memang gelandang yang sangat komplet. Lihai memberikan asis dan jago mencetak gol.
Sejauh ini sampai pekan 26, Konate telah menyumbang 6 gol. Namanya bahkan sempat tercatat di papan skor selama tiga pekan beruntun, pada pekan 18-20. Saat itu Konate mencetak satu gol ke gawang Mitra Kukar, sebiji gol melawan Persija Jakarta, dan sepasang gol saat berjumpa Borneo FC.
Pundi-pundi gol Konate kemudian bertambah di pekan 22 saat Arema FC mengalahkan Madura United 2-0, dan yang terbaru eksekusi tendangan bebasnya menghujam gawang Bali United dalam kemenangan 3-1 di pekan 26. Jangan lupakan juga, free kick Konate mengawali gol kemenangan Ahmad Nur Hardianto di Derbi Jatim putaran kedua kontra Persebaya Surabaya.
Konate menjadi oase di tengah keringnya kran gol lini kedua Arema FC. Ia datang menggantikan Balsa Bozovic, karena legiun asing eks Persela Lamongan itu gagal menduplikasi performanya di masa lalu. Keputusan tepat dari manajemen, karena sekarang Singo Edan tak harus terus bertumpu pada duet Rivaldi Bawuo dan Dedik Setiawan.