Cerita

Bundesliga yang Nyaman untuk Penggawa Muda dari Inggris

Walau dikenal sebagai liga sepak bola paling bonafide di penjuru Bumi, ada sebuah masalah klasik yang tak kunjung bisa diselesaikan oleh Liga Primer Inggris. Hal itu berkaitan dengan kesempatan minim dari para pemain belia Inggris untuk membuktikan diri di kampung halamannya.

Industri sepak bola (baca: uang) yang berputar amat kencang di sana plus gengsi dari seluruh kontestannya (utamanya klub papan atas), membuat mereka lebih gemar mencomot pesepak bola asing dengan harga tinggi yang sudah terbukti kualitasnya ketimbang memberi kesempatan pemain muda asli Inggris yang minim pengalaman untuk beraksi.

Berdasarkan data dari CIES Football Observatory, tiga kesebelasan papan atas Liga Primer Inggris yaitu Arsenal, Manchester City dan Chelsea secara berurutan hanya memberi kesempatan bermain untuk pemain lokal (khususnya produk akademi mereka sendiri) dengan rasio masing-masing sebesar 23 persen, 17 persen dan 16 persen saja.

Alhasil, nyaris di setiap musim kompetisi, nyaris tidak ada pemain muda Negeri Ratu Elizabeth yang benar-benar mengilap di Liga Primer Inggris. Pengecualian tentu bisa dialamatkan kepada Dele Alli, Harry Kane, dan John Stones.

Situasi ini juga yang kemudian memaksa para pemain muda Inggris untuk mencoba peruntungan di sejumlah divisi bawah sepak bola Inggris (Championship, League One hingga League Two) guna menimba ilmu sekaligus memantapkan kemampuannya sebagai pesepak bola. Mereka pun tak ragu buat hijrah ke utara buat membela salah satu kesebelasan di Liga Primer Skotlandia.

Namun sebuah tren cukup menarik justru lahir belakangan ini karena para penggawa belia Inggris tidak ragu untuk benar-benar keluar dari Kepulauan Britania alias merumput di sejumlah liga dari negara-negara Eropa daratan. Salah satu di antaranya adalah Bundesliga Jerman.

Setidaknya, ada tiga pemain belia Inggris yang kini tengah menikmati petualangan mereka di Negeri Bavaria. Mereka adalah Ademola Lookman (RB Leipzig), Reece Oxford (Borussia Mönchengladbach), dan Jadon Sancho (Borussia Dortmund).

Baca juga: Petualangan Menantang Reece Oxford di Tanah Jerman

Dua nama yang disebut pertama berstatus sebagai pinjaman dari Everton dan West Ham United. Sementara figur terakhir memang kepunyaan Dortmund usai diboyong dari Manchester City.

Pilihan untuk merumput di Bundesliga tampaknya tidak salah karena tiga nama di atas memperoleh kesempatan yang cukup buat unjuk gigi di lapangan.

Lookman, Oxford, dan Sancho lumayan sering diturunkan oleh pelatih dari klub mereka masing-masing walau belum sepenuhnya jadi pilihan utama. Tapi setidaknya, hal tersebut bikin ketiganya merasa lebih nyaman dan percaya diri bahwa kemampuan mereka diakui serta bisa diberdayakan di level teratas. Sebuah hal yang mungkin sulit mereka cicipi di kampung halaman.

Bahkan, Sancho bisa saja memperoleh peluang lebih besar untuk bermain bareng Mario Götze dan Marco Reus kalau tidak dihantam cedera ligamen beberapa waktu lalu.

Terlepas dari alasan apapun, iklim yang ramah bagi para pemain muda Inggris yang terlihat di Bundesliga, sejatinya bisa menyentil klub-klub Liga Primer Inggris maupun otoritas yang membidani kompetisi agar memberi ruang gerak yang lebih luas untuk para pemain belia Inggris.

Sebab dengan begitu, para penggawa muda Inggris bisa memaksimalkan kemampuannya di negeri sendiri dan tetap dekat dengan keluarga, sebuah aspek yang acapkali membantu perkembangan pemain belia.

Toh, dengan membuat Liga Primer Inggris jadi kompetisi yang semakin ramah untuk para pemain muda lokal, tim nasional Inggris pun takkan kesulitan buat mencari sumber daya berkualitas yang dapat mereka andalkan selama bertahun-tahun.

Author: Budi Windekind (@Windekind_Budi)
Interista gaek yang tak hanya menggemari sepak bola tapi juga american football, balap, basket hingga gulat profesional