Kolom

Membayangkan Bundesliga tanpa Bayern München

Kalian pernah dengar lagu berjudul Imagine? Ya, lagu yang diciptakan oleh musisi ternama John Lennon ini adalah salah satu lagu yang paling populer sepanjang masa. Lewat lagu itu, pentolan band legendaris The Beatles ini mengajak kita untuk membayangkan betapa damainya dunia ini apabila kita semua bersatu padu di bawah satu ideologi yang sama.

Ya, semua itu hanya bayangan Lennon belaka yang nyawanya harus meregang karena ditembak oleh Mark David Chapman di tanggal 8 Desember 1980. Namun, Lennon dan karyanya, salah satunya lagu Imagine tetap hidup di dunia ini.

Kali ini, dengan semangat yang ada di lagu Imagine, saya ingin mengajak kalian semua untuk membayangkan bagaimana Bundesliga tanpa kehadiran Bayern München. Ya, senada dengan lagu ciptaan Lennon tersebut, kali ini kita akan mencoba membayangkan bagaimana indahnya, serunya, menariknya Bundesliga, apabila München tak ada di dalamnya.

Sebelum masuk ke dalam imajinasi tersebut, ada baiknya kita membahas München terlebih dahulu. Die Roten telah begitu lama menjadi penguasa Bundesliga. Saat ini, München telah menjadi juara Bundesliga enam kali berturut-turut sejak musim 2011/2012, dan di musim ini, sudah 80% mereka akan kembali mengangkat trofi mangkuk salad tersebut. Hal ini tentunya membosankan, membuat saya pribadi merasakan Schaudenfraude (perasaan senang ketika orang lain terluka) ketika München kalah. Saya yakin tak hanya saya sendiri yang merasakan hal seperti ini.

Meskipun begitu, pada dasarnya, München memang dibangun untuk sukses, dibangun sedemikian rupa dengan cara yang ribuan langkah lebih maju ketimbang klub Bundesliga lainnya. Jadi, rasanya percuma apabila mengharapkan ada klub Bundesliga lain yang mampu menandingi mereka. Kejadian ketika München kalah dari Borussia Dortmund atau ketika Wolfsburg juara di musim 2008/2009, atau bahkan ketika Borussia Monchengladbach mampu menguasai Bundesliga, hal itu hanya seperti selingan saja. Kekuasaan München di Bundesliga tampak akan abadi, atau setidaknya berlangsung begitu lama sampai sekiranya ada force majeure atau kuasa Tuhan yang merenggut kekuasaan tersebut.

Maka dari itu, rasanya percuma apabila kita memikirkan siapa yang akan menjuarai Bundesliga, atau siapa yang mampu mengalahkan München. Lebih baik langsung saja kita membayangkan kalau tidak ada tim yang bernama Bayern München di Bundesliga.

Saya pribadi mengevaluasi perkembangan, pencapaian masing-masing klub, dan kesehatan Bundesliga tanpa ada München di dalamnya, dan benar saja. Bundesliga menjadi lebih menarik hanya dengan menyingkirkan München dari liga.

Sekarang kita lihat bagaimana tabel klasemen Bundesliga tanpa ada München di dalamnya. Jauh lebih seru, bukan? Bahkan, persaingan untuk menuju titel di akhir musim bisa menjadi persaingan paling seru di antara liga top Eropa lainnya. Dari peringkat dua hingga enam hanya berselisih empat poin saja.

Dengan mencoret München, tentu tak mungkin bagi kita untuk menjawab klub mana yang terbaik di Bundesliga saat ini. Namun, tak mampunya pertanyaan ini dijawab, tentu membuat liga semakin menarik. RB Leipzig, Bayer Leverkusen, Borussia Dortmund, dan Schalke 04 adalah tim yang sama kuat. Sementara, Eintracht Frankfurt dan FC Augsburg terlihat begitu bagus musim ini dan mampu untuk merusak pesta tim-tim yang di atas kertas lebih kuat.

Tentu saja, argumen ini dapat menimbulkan opini bahwa kualitas di Bundesliga begitu timpang karena jarak München begitu jauh ketimbang pesaing-pesaingnya yang sepertinya hanya bisa menonton Thomas Mueller mengangkat trofi di akhir musim. Anggapan tersebut tentu saja tak bisa dihindari, mengingat München memang bermain di Bundesliga, dan anggapan tersebut benar apabila München dijadikan sebagai klub standar di Bundesliga.

Namun, saya akan membantah opini ini 180 derajat. Bagi saya, München adalah orang luar yang justru merusak citra Bundesliga. Bukannya saya dengki atau buta terhadap fakta yang ada, namun menilai Bundesliga melalui standar München tentunya tidak masuk akal. Die Bayern saat ini sudah berada di luar jangkauan klub Bundesliga lainnya, dan sepertinya memang tak akan mampu dijangkau.

Jadi, bukannya menutup fakta, namun saya mengakui bahwa memang sudah sebaiknya mengapresiasi dan berfokus pada pencapaian klub Bundesliga lainnya di luar München. Mengeluarkan München dari tabel tampak benar-benar mampu meningkatkan mutu Bundesliga.

Tanpa München, Bundesliga menjadi liga yang paling kompetitif dan mungkin, paling menarik di Eropa. Saat ini, peringkat dua hingga sepuluh dipisahkan oleh hanya tujuh poin. Tak ada yang benar-benar aman, tak ada yang benar-benar nyaman. Spot Liga Champions dan Liga Europa masih bisa didapatkan oleh semua klub. Siapakah yang mampu finis kedua di akhir musim nanti? Pertanyaan ini kini menjadi pertanyaan paling populer di Jerman kali ini.

Apakah Eintracht Frankfurt, bersama Marius Wolf, Sebastian Haller, dan Timothy Chandler, yang mampu mendobrak di musim ini secara mengejutkan? Atau mungkin FC Augsburg dengan Caiuby, Phillip Max, Michael Gregoritsch, dan Alfred Finnbogason yang tak kalah mengejutkan? Atau mungkin Schalke yang bersama manajer mudanya, Domenico Tedesco, yang mampu bangkit? Atau Dortmund yang mampu perkasa di awal musim, terpuruk, dan kini bangkit lagi bersama manajer baru? Mungkin Leipzig yang tak cukup meyakinkan musim lalu namun tetap duduk di peringkat dua saat ini? Atau Leverkusen bersama manajer baru, Heiko Herrlich yang brilian serta Leon Bailey yang fenomenal? Semua klub ini begitu menarik untuk diikuti, dan semakin mudah untuk mengikuti mereka apabila München tak ada.

Tak perlu tatap München saat ini apabila kalian melihat tabel Bundesliga, coba perhatikan lagi setelah kalian coret, dan kalian akan sadar bahwa betapa serunya liga yang satu ini.

Author: Travis Timmons
Penerjemah: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)