Nasional Bola

Foto Tak Bertepi Stefano Lilipaly

Oktober 2011 lalu ia mengucapkan sumpah untuk menjadi Warga Negara Indonesia. Kini di tahun 2018, ia hampir menggapai mimpinya. Bermain untuk negara kelahiran ayahnya, dan dua kali hampir menggenggam gelar juara.

Momen pertama terjadi di Piala AFF 2016. Lilipaly saat itu dua kali menjadi pahlawan kemenangan, dengan satu gol ke gawang Singapura yang meloloskan Indonesia dari fase grup, dan satu gol lagi saat melawan Vietnam yang menerbangkan tim Garuda ke partai puncak.

Kemudian di final kontra Thailand, Lilipaly ikut berpartisipasi dalam kemenangan 2-1 di Pakansari, tapi harus rela melihat tim Gajah Putih merayakan gelar juara, setelah Indonesia takluk dua gol tanpa balas di Rajamangala Stadium.

Meski demikian, secara keseluruhan Lilipaly tampil prima. Ia memerankan posisi nomor 10 dengan sangat baik, sehingga layak mendapat satu tempat di Tim Terbaik Piala AFF 2016. Menjadi satu dari empat wakil Indonesia bersama Kurnia Meiga, Rizky Pora, dan Boaz Solossa.

Moncernya penampilan Lilipaly juga turut diapresiasi media asing FOX Sports Asia, yang memilih Lilipaly sebagai salah satu gelandang di susunan pemain terbaik versi mereka, bersanding dengan dua pemain Thailand, Chanathip Songkrasin dan Sarach Yooyen. Padahal, tahun itu adalah kali pertama ia mengikuti turnamen akbar bersama timnas Indonesia.

Momen kedua ketika Lilipaly kembali nyaris meraih trofi adalah di Liga 1 musim lalu bersama Bali United. Lilipaly yang baru didatangkan di paruh musim, tak butuh waktu lama untuk beradaptasi, dan segera menjadi idola baru Semeton Bali. 4 gol dan 4 asis ia cetak dari 15 penampilannya.

Salah satu pertandingan yang mungkin takkan dilupakan Lilipaly adalah tiga poin Bali United di kandang PSM Makassar. Lilipaly saat itu menjadi pahlawan kemenangan dengan gol tunggalnya, memanfaatkan asis Sylvano Comvalius. Padahal, sebelumnya mereka berdua sempat terlibat pertikaian di atas lapangan.

Jelang akhir babak pertama, Lilipaly yang memaksa menembak dari sudut sempit disinyalir menjadi penyebab murkanya Comvalius. Sebab, sang penyerang berdiri lebih bebas, dan Bali United sangat butuh kemenangan untuk menjaga peluang juara.

Namun sayangnya, poin penuh yang dibawa pulang dari Stadion Mattoanging gagal menempatkan Bali United sebagai kampiun Liga 1. Mereka harus merelakan gelar tersebut diraih Bhayangkara FC, lewat drama di luar lapangan yang penuh kontroversi.

Meski demikian, Lilipaly menolak menyerah. Ia tetap menunjukkan sikap profesionalnya, dan tidak berlebihan memperlihatkan kekecewaannya. Sebuah contoh yang baik tentang bagaimana seharusnya atlet profesional berperilaku.

Etos kerja itu pula yang membuat hati SC Cambuur melunak saat Lilipaly mengutarakan niatnya untuk kembali ke Indonesia. Saat itu Cambuur sebenarnya masih membutuhkan jasa Lilipaly, tapi karena ia ingin kembali ke Indonesia bersama keluarganya, maka pihak klub mengabulkan keinginannya. Dengan alasan kemanusiaan, kontestan Eerstedivisie itupun mempersilakan Lilipaly menjalin kesepakatan dengan Bali United.

Sebuah gambaran kehidupan yang sangat lengkap dari pemain yang kerap dipanggil Fano ini. Dari dirinya, kita bisa melihat kerja keras. Dari dirinya, kita bisa melihat sosok ayah sekaligus suami yang berkomitmen pada keluarganya. Dari dirinya, kita juga bisa mencontoh kebangkitan yang dilakukannya setelah kegagalan.

Dari Lilipaly, kita hampir bisa melihat semua fragmen kehidupan. Tak seperti hasil foto yang sudut pandangnya dibatasi oleh garis tepi, potret kehidupan Lilipaly tidak memiliki batasan. Semua ada di situ, segala aspek dan kategori, tanpa garis tepi.

Selamat ulang tahun yang ke-28, Fano! Semoga di tahun ini prestasi terbaik dapat mengiringi jalan kariermu.

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.