Nasional Bola

Sepak Bola Indonesia dan Pilkada Serentak di 2018

Sepak bola tak pernah bisa dijauhkan dari politik. Sebesar apapun usahanya, politik dan sepak bola adalah dua hal yang tak akan pernah bisa dipisahkan.

Sialnya, sepak bola Indonesia sering mendapatkan getah dari kedekatan sepak bola dan politik. Saat pencinta sepak bola Indonesia berharap politik ditendang jauh-jauh dari sepak bola, eh, Ketua Umum PSSI justru berpolitik.

Ruwet.

Penolakan sepak bola atas politik

Mencalonkan diri sebagai Pemimpin Daerah adalah hak segala bangsa yang diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945. Hak untuk dipilih yang tersurat dalam Pasal 27 ayat (1) dan (2); Pasal 28, Pasal 28D ayat (3), Pasal 28E ayat (3). Tak ada larangan.

Seperti yang disebutkan di atas, bahwa setiap warga negara memiliki hak untuk dipilih, baik dalam Pemilihan Legislatif, Presiden, ataupun Pilkada. Bebas.

Masalahnya adalah, pencinta sepak bola Indonesia sudah muak dengan segala aktivitas politik yang ada di PSSI. Fakta bahwa selama ini jabatan di federasi hanya menjadi kendaraan politik adalah sebuah kenyataan yang tak bisa dibantah lagi.

Hal ini diperkuat dengan majunya Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi, menjadi salah satu calon Gubernur Sumatera Utara. Bahkan, Pak Edy dengan terang menolak untuk mundur dari jabatannya sebagai Ketua Umum PSSI jika nantinya ia terpilih sebagai Gubernur PSSI.

Masih di daerah yang sama, Sihar Sitorus (anak bola Indonesia pasti paham siapa bapak yang satu ini), akan head to head dengan Edy Rahmayadi. Bedanya, Sihar akan menjadi Cawagub dari Djarot Saiful Hidayat.

Sihar Sitorus adalah orang lama di PSSI. Ia sempat dihukum dari PSSI akibat melakukan aksu walk out (WO) saat Kongres PSSI di tahun 2013. Di era Edy Rahmayadi, hukuman dihapuskan dan ia menjadi Wakil Ketua Staf Ahli Timnas.

Pencinta sepak bola Indonesia sudah lelah dengan drama politik di tubuh PSSI yang alih-alih menimbulkan manfaat, drama tersebut justru membuat sepak bola Indonesia tidak beranjak dari dasar laut.

Banyaknya pengurus PSSI yang merupakan anggota partai politik aktif menjadi alasan mengapa PSSI harus dijaga baik-baik dari politik. Perbedaan warna politik membuat adanya tarik-ulur kepentingan yang ujung-ujungnya hanya akan bermanfaat bagi partai tertentu.

Jangan samakan Dewan Perwakilan Rakyta (DPR) dengan PSSI. Jika DPR adalah lembaga politik, maka PSSI adalah lembaga olahraga yang sudah seharusnya lepas dari belenggu politik.

Sepak bola Indonesia dan Pilkada 2018

Pemilihan Kepala Daerah serentak akan terjadi di tahun 2018. Tak hanya partai politik yang harap-harap cemas, pencinta sepak bola Indonesia juga patut cemas. Pasalnya, ada peserta Pilkada yang menjadi presiden klub.

Dody Reza Alex Noerdin, Presiden klub Sriwijaya FC saat ini, menjabat sebagai Bupati Banyuasin. Di tahun 2018, ia akan maju sebagai Calon Gubernur Sumatera Selatan. Dody Reza akan berpasangan dengan Giri Ramanda Kiemas.

Sampai sini mungkin akan terlihat biasa saja. Ada anggota partai yang maju sebagai Calon Gubernur Sumsel. Yakin tidak ada masalah?

Begini, sepak bola hanya akan menjadi alat pemuas nafsu politik politisi. Klub sepak bola tak akan pernah maju jika pemilik klub hanya akan serius mengurus klub pada saat ada Pilkada atau Pemilu. Jika tak ada aktivitas politik, ya klub hanya akan dibiarkan mangkrak, tak terurus bak barang rongsokan.

Belum lagi jika klub sepak bola hanya dijadikan modus baru korupsi. Tubagus Imam Aryadi, yang merupakan Wali Kota Cilegon, sempat tertangkap KPK akibat korupsi. Cilegon United yang pada saat kasus itu terungkap sedang bermain di Liga 2, juga terkena imbasnya. CEO dan bendahara Cilegon United bahkan harus diperiksa oleh KPK, meskipun statusnya bukan sebagai tersangka.

Lihat to, politik membuat esensi sepak bola menjadi hilang dan digantikan dengan aroma anyir kekuasaan.

Mengurus sepak bola itu susah, rumit, dan perlu fokus. Sepak bola tak bisa diurus oleh orang-orang yang masih memikirkan karier politik. Jika tak bisa mendahulukan kepentingan sepak bola nasional, sudah saatnya mereka keluar dari sepak bola dan fokus di dunia politik, dunia yang sejak lama mereka mimpikan.

Author: Alief Maulana (@aliefmaulana_)
Ultras Gresik yang sedang belajar menulis di serigalagiras.wordpress.com