Nasional Bola

2018: Tahun Politik yang Harus Diwaspadai oleh Seluruh Elemen Sepak Bola Indonesia

Kalender sudah berganti dari tahun 2017 ke 2018. Seperti yang diketahui bahwa tahun 2018 ini merupakan waktunya pemilihan kepala daerah di hampir semua tingkat, mulai dari kabupaten atau kota, hingga provinsi. Panasnya pemilihan bahkan sudah terasa jauh-jauh hari. Imbas dari pemilihan kepada daerah ini berpengaruh kepada sisi-sisi lain dalam kehidupan masyarakat. Bahkan, pengaruhnya juga begitu terasa di sepak bola.

Politik dan sepak bola di Indonesia memiliki hubungan yang begitu mesra. Pada era kolonial, sepak bola menjadi salah satu instrumen atau alat perjuangan bangsa ini untuk melawan para penjajah. Presiden Soekarno juga menggunakan sepak bola sebagai alat diplomatic, ketika Indonesia baru saja merdeka, dan mendapatkan tentangan dari Belanda.

Berlanjut ke masa-masa selanjutnya, apalagi ketika kompetisi sepak bola diikuti oleh berbagai kesebelasan yang merupakan perwakilan daerah dalam wadah yang disebut sebagai Perserikatan. Ada aroma politik yang begitu kental mengingat kesebelasan-kesebelasan saat itu merupakan perwakilan dari daerah masing-masing. Bahkan ada pengetahuan umum bahwa seandainya terjadi transfer pemain besar-besaran di sebuah klub, maka kemungkinan besar bahwa di daerah asal klub tersebut sedang terjadi pemilihan kepala daerah.

Potensi sepak bola memang luar biasa. Sebagai olahraga yang paling populer di planet ini, sepak bola bisa menyentuh sebagian besar kelompok masyarakat. Golongan manapun, dari menengah maupun ke atas, banyak yang menyenangi sepak bola. Dari yang mesti menyisihkan uangnya hanya untuk duduk di tribun timur suatu stadion, sampai orang yang bahkan pengeluaran per harinya jauh lebih besar ketimbang harga tiket VIP.

Juga soal kuantitas. Sepak bola tidak seperti basket atau bulutangkis yang masih agak khusus penikmatnya. Menikmati sepak bola bisa dilakukan dalam skala besar. Di stadion, ada puluhan ribu mata yang menyaksikan, belum ditambah ratusan ribu hingga jutaan lain yang menyaksikan melalui layar teve. Maka ketika sebuah pengaruh bisa disalurkan melalui sepak bola, tentu akan menjadi kekuatan besar yang tidak tertandingi. Dunia politik juga tentunya tidak luput untuk mengamati potensi ini.

Baca juga: Ketika Peristiwa Politik Mempengaruhi Sepak Bola

Baru-baru ini muncul sebuah poster kampanye kepala daerah yang mencatut logo sebuah kelompok suporter besar di sepak bola Indonesia. Padahal, tidak ada afiliasi sama sekali antara calon kepala daerah dengan kelompok suporter tersebut. Yang dilakukan oleh calon kepala daerah tersebut adalah untuk menarik suara. Fakta bahwa kelompok suporter memiliki jumlah anggota dalam skala besar, tentunya menjadi kantung suara yang sangat strategis.

Bahkan menurut penulis pribadi, bahwa sebuah klub yang (mengaku) merupakan CSR atau corporate social responsibility dari sebuah pemerintah daerah, sangat rentan dengan muatan politis. Siapa yang bisa menjamin bahwa klub tersebut tidak ditunggangi oleh seseorang untuk menjadi alat politik?

Karena itu, ketika sebuah klub menyebut bahwa terpilihnya seorang pelatih merupakan instruksi seorang pimpinan daerah, harusnya hal tersebut menjadi sebuah pertanyaan besar. Bukankah sejak keluar peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 tahun 2011 yang berisikan penghentian penggunaan APBD untuk membiayai kehidupan klub, tujuan besarnya adalah mengikis pengaruh besar politik praktis dalam sepak bola?

Pengaruh politik dalam sepak bola memang tidak terhindarkan. Seperti yang diketahui bahwa FC Barcelona adalah instrumen rakyat Catalan untuk menyuarakan ide mereka soal memerdekakan diri dari pemerintah Spanyol. Tetapi pembaca yang budiman, Anda sendiri juga bisa melihat bagaimana proses yang dilakukan oleh Barcelona terjadi dengan cara yang sangat halus, terencana, dan tidak asal hantam.

Berbeda dengan yang kemudian terjadi di Indonesia, di mana penggunaan sepak bola oleh dunia politik justru kemudian mencederai kearifan dan nilai-nilai sportif dari olahraga itu sendiri. Maka fenomena yang akan terjadi sepanjang tahun 2018, terutama yang bersinggungan langsung dengan proses pemilihan kepala daerah, mesti ditanggapi dengan sangat tepat oleh seluruh elemen sepak bola Indonesia mulai dari pemain, klub, bahkan hingga suporter.

Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia