Nasional Bola

Apa yang Bisa Diharapkan Borneo FC dari Muhammad Ridhuan?

Semua tim peserta bersiap untuk menyambut gelaran Piala Presiden 2018 yang dimulai pada 16 Januari 2018 nanti. Tim asal Kalimantan Timur, Borneo FC, sudah menunjuk Ponaryo Astaman dan Kurniawan Dwi Yulianto sebagai nakhoda tim Pesut Etam yang akan berlaga di turnamen yang mempertemukan seluruh kesebelasan Liga 1, ditambah beberapa peserta lain dari Liga 2.

Setelah resmi mengontrak beberapa pemain baru seperti, Dirga Lasut, Marlon da Silva, Edy Gunawan, dan mengembalikan Srdjan Lopicic, Pesut Etam juga resmi mendaratkan mantan legiun asing Arema Indonesia asal Singapura, Muhammad Ridhuan. Seperti yang diketahui bahwa Ridhuan bersama penyerang Noh Alam Shah, adalah bagian penting dari kesuksesan Arema meraih gelar juara Liga Super Indonesia pada tahun 2010.

Ridhuan kabarnya hanya akan dikontrak untuk gelaran Piala Presiden saja, meskipun tidak menutup kemungkinan bahwa ia akan dipermanenkan dan masa kerjanya terus berlanjut hingga kompetisi Liga 1 nanti.

Seperti yang diketahui, selepas memperkuat Putra Samarinda, Ridhuan kembali ke Singapura dan bergabung dengan Geylang International (dulu bernama Geylang United). Semusim bermain di sana, Ridhuan kemudian kembali ke klub lamanya, Tampines Rovers. Di sana, sempat terjadi petaka luar biasa untuk kariernya. Eksodus para pemain muda dari LionXII yang “bubar” pada tahun 2015, membuat federasi sepak bola Singapura mewajibkan setiap klub untuk menampung para pemain tersebut.

Ridhuan menjadi salah satu korban. Bahkan karena situasi pelik ini, ia sempat mengikuti kursus lanjutan di bidang perminyakan, sebagai langkah antisipasi seandainya ia mesti pensiun dini.

Sejak Januari 2016, Ridhuan bergabung dengan Warriors FC. Di sana ia bereuni dengan NFA Gang of Four, atau kuartet generasi terbaik sepak bola Singapura yang tediri dari Ridhuan, kiper Hassan Sunny, mantan bek Persija Jakarta, Baihakki Khaizan, dan kapten timnas Singapura saat ini, Shahril Ishak. Selama dua musim di sana, dalam data yang disajikan oleh laman Transfermarkt, Ridhuan total bermain di 17 pertandingan dan berhasil menyarangkan tiga gol.

Ridhuan kini sudah berusia 33 tahun. Yang tersisa adalah kejayaanya satu dekade lalu ketika berhasil meraih gelar juara Piala AFF bersama timnas Singapura, dan berlanjut membawa Arema menjadi juara Liga Super Indonesia. Jelas kecepatan Ridhuan sudah tidak sama lagi seperti dulu.

Tidak masuk akal apabila para penggemar Borneo FC maupun penikmat sepak bola Indonesia mengharapkan Ridhuan berlari dengan kecepatan tinggi dan menyisir pertahanan lawan dari sisi sayap kanan. Yang bisa bisa diharapkan adalah bagaimana dengan kecerdikannya, Ridhuan bisa melewati pemain lawan dan melepaskan umpan-umpan yang akurat.

Dan mesti diketahui bahwa di beberapa tahun terakhir dalam kariernya, Ridhuan juga bisa bermain di posisi gelandang bertahan. Fenomena yang sedikitnya hampir serupa ketika Ryan Giggs yang mulai bermain sebagai gelandang tengah di usia senjanya. Yang pasti, kembalinya Ridhuan ke Samarinda juga akan membuat gelaran Piala Presiden 2018 nanti menjadi semakin semarak.

Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia