Nasional Bola

Mencari Penerus Boaz Solossa di Timnas Indonesia

Sudah 13 tahun lamanya Boaz Solossa merumput di timnas senior. Kini, di usianya yang menginjak 31 tahun, sudah saatnya timnas mencari penerus Boaz, untuk menyegarkan lini depan Indonesia, juga melanjutkan generasi Papua di tim Garuda.

Tidak mudah mencari sosok penerus Boaz, meskipun banyak talenta muda Papua yang bertebaran di kompetisi domestik. Hingga usia kepala tiga, daya dobrak pemain asal Sorong ini masih menjadi salah satu yang terbaik di Indonesia, meski torehan golnya menurun drastis musim ini.

Jika dilihat dari statistik di klub musim lalu, nama Terens Puhiri layak dikedepankan untuk menggantikan peran sosok dengan nama panggilan Boci di timnas. Enam gol dan sembilan asis yang dibuatnya di Borneo FC adalah pertanda kuat bahwa ia adalah salah satu bakat terbaik dari tanah Papua musim ini.

Ditambah dengan gol solo run yang dicetaknya ke gawang Mitra Kukar, tak heran Terens sempat dijuluki The Next Boaz Solossa beberapa musim yang lalu. Namun, entah mengapa nama pemain mungil yang satu ini tak kunjung tercatat di timnas, baik U-23 maupun senior.

Situasi yang sama juga dialami Prisca Womsiwor. Berbekal predikat pemain U-23 tertajam di Liga 1 dengan torehan tujuh gol dan sekali membuat hattrick, sudah selayaknya ia mendapat kesempatan mengenakan lambang Garuda di dada, minimal di timnas U-23.

Momen terbaik pemanggilan Prisca sebenarnya muncul saat persiapan menjelang SEA Games 2017 lalu. Namun, Luis Milla justru lebih memilih membawa Yabes Roni ke Malaysia. Mungkin karena Persipura sudah mengirimkan Osvaldo Haay dan Marinus Wanewar, atau mungkin karena postur Yabes yang lebih kuat? Entahlah, hanya sang entrenador yang tahu.

Mereka yang gagal memenuhi ekspektasi

Pencarian titisan Boaz Solossa bukan baru-baru ini dilakukan, tapi sudah sejak beberapa tahun silam. Di Piala AFF 2010 misalnya, mencuat nama Okto Maniani yang tampil gemilang, bahkan diapresiasi media asing sebagai salah satu pemain Asia Tenggara yang layak bermain di Eropa.

Dengan larinya yang luar biasa kencang, ia juga dilebali sebagai penerus Elie Aiboy. Namun. yang terjadi kemudian justru jauh panggang dari api, Nama Okto perlahan meredup, setelah sempat melejit sebagai bintang iklan dan pemain sinetron. Ia pun kini hanya bermain di Liga 2 bersama Madura FC.

Setali tiga uang dengan Okto, Yohanis Nabar dan David Laly juga mengalami nasib serupa. Keduanya sempat digadang-gadang sebagai generasi baru juru gedor Papua. Kebetulan, usia mereka sama yakni 26 tahun. Namun, segala puja-puji yang mereka dapatkan di awal karier seolah tak berbekas musim lalu.

Anis Nabar tampil mengecewakan di Sriwijaya FC. Dari 15 kali turun ke lapangan, tak ada satupun gol atau asis yang dibuatnya. David Laly tak jauh berbeda. Di Barito Putera, hanya sebiji gol dan satu asis yang diukirnya dalam 21 kali kesempatan tampil.

Memang, beberapa kali mereka sempat berkontribusi besar untuk membuka ruang bagi pemain lain atau mengobrak-abrik pertahanan lawan dengan kecepatannya, tapi tetap saja indikator utama dari penyerang adalah gol, dan mereka gagal menunaikannya musim lalu.

 

penampilan Osvaldo

Mereka yang melesat musim lalu

Absennya Peter Odemwingie di awal putaran kedua Liga 1 membawa berkah bagi pemain Madura United lainnya. Dialah Engelberd Sani, sayap lincah yang melesat kencang di sisi kiri Laskar Sapeh Kerrab, dan telah mendapat perpanjangan kontrak.

Di usia 27 tahun, ia memang belum sekalipun mencicipi caps di timnas senior, tapi jika performanya musim depan semakin meningkat, bukan tak mungkin eks pemain Arema Cronus ini bisa menerukan tugas Boaz di tim Garuda. Apalagi, Engelberd juga lahir di Sorong, kota kelahiran Boaz.

Nama lain yang layak disebut kanidat baru penerus Boaz Solossa adalah Osvaldo Haay. Performa yang telah ia perlihatkan di Persipura, Timnas U-23, maupun timnas senior, sudah membuat kita terpukau dan tak perlu diragukan lagi kualitasnya. Namun, perlu diingat bahwa Valdo adalah pemain sayap murni. Ia lebih bertugas sebagai kreator serangan dan mungkin sumbangsih golnya tidak akan banyak.

Terakhir, Ricky Kayame juga muncul menemani dua nama di atas sebagai calon titisan Boaz di timnas. Kontribusinya di Persebaya Surabaya amat besar musim lalu, dan turut membantu Bajul Ijo meraih tiket promosi ke Liga 1. Jika bisa terus mendapat menit bermain yang mencukupi, bukan tidak mungkin pemain berusia 24 tahun ini bisa lebih tajam lagi dan menjadi legenda Papua juga idola rakyat Indonesia.

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.