Nasional Bola

Sylvano Comvalius dan Rajutan Mimpinya yang Menuju Sempurna

37 gol dari 34 laga tak hanya menjadikan Sylvano Comvalius sebagai top skor Liga 1 musim 2017, tapi juga pemain dengan jumlah gol terbanyak dalam semusim, mengalahkan rekor Peri Sandria. Tak ayal, tawaran klub luar negeri pun banyak menghampirinya, dan yang ia pilih adalah Suphanburi FC.

“Yang paling penting bagi saya adalah bermain setinggi mungkin di Asia, itulah tujuan sebelum saya datang ke Indonesia, saya kira ada sejumlah kompetisi bagus di Asia. Impian saya adalah pergi ke Jepang atau Korea Selatan. Atau untuk kembali ke Cina, di mana saya bermain untuk Shijiazhuang Ever Bright pada tahun 2012,” ungkapnya, dikutip dari Goal.

Musim lalu, Suphanburi finis di peringkat 11dengan 43 poin dari 34 laga, dan sempat dua kali melakukan pergantian pelatih yakni dari Sérgio Farias menuju Worrawoot Srimaka lalu ke Adebayo Gbadebo per bulan Mei lalu.

Posisi mereka dari musim ke musim juga hanya berkutat di papan tengah. Sejak promosi ke Thai Premier League pada 2013, raihan terbaiknya adalah peringkat 3 di musim 2015. Namun, secara perlahan Suphanburi semakin merosot dalam dua tahun terakhir, dengan hanya menempati peringkat 10 dan 11.

Bukan tim yang besar memang, tapi bermain di liga sebesar Thai Premier League adalah tantangan yang besar bagi Sylvano Comvalius. Sebuah keberanian besar, meninggalkan segala ketenaran yang telah didapatnya di Bali United dan Liga 1, demi menggapai mimpi bermain di liga besar Asia, walau harus dimulai dari tim papan tengah di antara kerumunan raksasa seperti Buriram United dan Muangthong United.

“Saya juga memiliki sejumlah tawaran dari Malaysia, yang mungkin lebih menarik secara finansial, yang persaingan sebanding dengan kompetisi di Indonesia. Tapi saya berpikir bisa mencapainya (bermain di Jepang atau Korea Selatan) lebih mudah melalui Thailand daripada lewat Indonesia atau Malaysia. Itu ditunjukkan dalam beberapa tahun terakhir, bahwa pemain yang tampil bagus di Thailand lebih cepat dikontrak oleh klub-klub Jepang.” lanjut pemain bercambang lebat ini.

Totalitas

Beberapa dari kalian boleh menganggap Comvalius egois, gegabah, atau terlalu cepat mengambil keputusan, tapi bagi saya keputusan yang diambilnya adalah langkah tepat demi kemajuan kariernya.

Seperti yang telah ditulis sebelumnya, Comvalius adalah seorang petualang. Ia gemar bergonta-ganti klub sepanjang kariernya demi mengejar mimpi terbesarnya. Bisa dibilang aura totalitas terpampang sangat jelas di sampul buku kehidupan Comvalius.

Ia rela kerja sampingan sebagai pencuci mobil dan pramuniaga toko sepatu agar memiliki uang untuk pergi latihan. Ia dengan sabar menghadapi segala kritik yang tertuju padanya di awal musim bersama Bali United. Ia juga selalu fokus menjalankan tugasnya sebagai juru gedor, terbukti dengan jumlah penampilannya yang penuh dalam semusim dan hanya menerima satu kartu kuning.

Sylvano Comvalius, telah mengajarkan pada kita bahwa selama hayat masih dikandung badan, kejarlah mimpi tanpa kenal lelah. Tak peduli apapun rintangan, walau harus meninggalkan kenyamanan, dan memulai kembali kehidupan di tempat baru.

Tribes mungkin akan merindukannya ketika liga berjalan musim depan, saya juga pasti merindukannya, apalagi pendukung Bali United yang akan terus mengingat namanya. Sekarang, hanya doa dan harapan yang bisa kita panjatkan, agar Comvalius sukses di klub barunya, dan dapat mencapai tujuan yang diinginkannya.

Matur suksma, Comvalius!

Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.