Kabar terkait para pemain keturunan yang ingin membela timnas Indonesia kabarnya sudah menghangat sejak lama, terutama setelah generasi Irfan Bachdim dan Kim Kurniawan pada sekitar tahun 2010 dan 2011. Setelahnya, berangsur-angsur cukup banyak para pemain keturunan terutama yang berasal dari Belanda, datang dan membela timnas Indonesia.
Sebelumnya beredar kabar bahwa Sandy Walsh yang bermain untuk tim Zulten Waregem di Liga Belgia, berminat untuk membela skuat Garuda. Sebernarnya isu ini sudah ada sejak tahun 2012 lalu, tapi mulai menghangat kembali, yaitu soal Navarone Foor, pemain sayap berdarah Belanda yang kini membela Vitesse, berhasrat untuk mengenakan seragam Merah-Putih.
Foor lahir di Opheusden, sebuah kota kecil di selatan Belanda, berjarak sekitar 99 kilometer dari Amsterdam. Sama seperti kebanyakan pemain keturunan lain asal Belanda, Foor mendapatkan identitas Indonesia-nya dari daerah Maluku.
Ada cerita unik terkait nama dari seorang Navarone Foor. Nama depan Navarone, konon diambil dari judul film yang rilis pada tahun 1961 dan dibintangi oleh Anthony Quinn yaitu “The Guns of Navarone.” Sementara itu nama belakang miliknya juga tidak sepenuhnya benar, sebab nama keluarga sebenarnya adalah ‘For’. Namun, ada kesalahan dari petugas pencatatan sipil Belanda jadi nama belakangnya ditulis ‘Foor’ dengan dua huruf ‘O’.
Foor menghabiskan kariernya sejauh ini di level tertinggi kompetisi sepak bola Belanda, Eredivisie. Setelah memperkuat tim kota kelahirnya Opheusden, Foor kemudian bergabung ke NEC Nijmegen, di mana ia berada di sana selama lima musim, termasuk kondisi sulit ketika mereka terdegradasi ke Eerste Divisie pada tahun 2014. Foor bertahan di sana sekaligus membawa kesebelasan tersebut naik kembali ke Eredivisie. Total, ia bermain 167 pertandingan untuk NEC Nijmegen selama lima musim di semua ajang.
Penampilannya kemudian memikat tim Eredivisie lain, Vitesse. Foor mendarat pada musim 2016/2017 lalu dan hingga kini terus menjadi andalan klub feeder milik Chelsea tersebut. Di Eredivisie musim ini, Foor sejauh ini sudah bermain di 14 pertandingan dan berhasil menyarangkan satu gol.
Hampir serupa dengan kasus yang dialami oleh Walsh, Foor sudah membela Belanda di berbagai kelompok usia. Terakhir ia membela Negeri Kincir Angin tersebut di kelompok usia 21 tahun ke bawah pada 2012 lalu. Sebelumnya ia sempat bermain untuk tim U-19 dan U-20.
Terkait apakah Foor layak atau tidak membela timnas Indonesia, itu kembali kepada perspektif masing-masing. Meskipun demikian, ada beberapa poin yang mesti diperhatikan seandainya PSSI berencana memanggil seorang Navarone Foor untuk membela timnas Indonesia.
Navarone Foor bermain di posisi sayap. Posisi ini adalah sektor di mana Indonesia memiliki limpahan bakat yang sangat luar biasa. Tentu tidak perlu disebutkan serta dideskripsikan satu per satu bagaimana Indonesia memiliki kelebihan di posisi sayap. Bahkan, gelandang sayap Indonesia kini sudah mulai menarik minat kesebelasan-kesebelasan luar negeri. Rasanya akan sangat mubazir apabila melakukan proses naturalisasi di sektor di mana bahkan negeri ini mengalami surplus.
Terlebih lagi tidak ada yang betul-betul tahu terkait permainan dari seorang Navarone Foor, kecuali seandainya Anda mengikut sepak bola Belanda dengan intens. Bagaimana nantinya bila kualitas seorang Foor tidak lebih baik dari Febri Hariyadi atau Osvaldo Haay misalnya? Karena tentunya, selain memiliki kesan bagus terhadap para pemain naturalisasi seperti Irfan Bachdim dan Stefano Lilipaly, tentunya kita juga masih ingat betapa buruknya kualitas dari seorang Johnny van Beukering dan Toni Cussel.
Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia