Suara Pembaca

Umuh Muchtar dan Cintanya kepada Persib Bandung yang Terlalu Dominan dan Otoriter

Kontroversi kembali terjadi pada kompetisi teratas sepak bola Indonesia. Pertandingan antara Persib Bandung dan Persija Jakarta di Stadion Manahan, Solo, harus dihentikan pada menit 83 setelah Persib Bandung terindikasi tidak mau melanjutkan pertandingan. Tim kebanggaan warga Jawa Barat tersebut disinyalir mogok karena tidak tahan lagi menerima beberapa keputusan wasit Shaun Evans yang kerap melakukan kesalahan yang merugikan Persib Bandung.

Salah satu aktor utama, yang ditengarai menjadi penyebab mogoknya tim Maung Bandung tersebut, adalah sang manajer yaitu, H. Umuh Muchtar. Sesaat setelah Vladimir Vujovic mendapat kartu kuning kedua, pria yang kerap disapa Wak Haji Umuh tersebut menyerukan kepada skuatnya untuk menepi ke tepi lapangan. Entah apa tujuan Wak Umuh kala itu, yang jelas sesaat setelah kejadian tersebut, wasit Shaun Evans langsung meniup peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan meski baru menit ke-83.

Keputusan Umuh itu tentu sangat berisiko, Persib kini terancam degradasi karena dianggap melanggar regulasi Liga 1 Pasal 13 Ayat 1 b dan c. Andai hal ini terjadi (semoga saja tidak), tentunya Wak Haji Umuh menjadi salah satu pihak yang harus bertamggung jawab dan patut disalahkan.

Berkaca pada kasus ini dan melihat sepak terjang Wak Haji selama ini, memang kehadiran pria yang identik dengan kumis tebalnya ini seolah menjadi dua sisi mata uang bagi Persib. Terkadang, beliau hadir menjadi seorang malaikat penyelamat, tak jarang pula beliau menjadi pihak yang sangat dibenci Bobotoh.

Baca juga: Drama dan Kontroversi di Manahan

Medio 2000-an, tatkala klub-klub era perserikatan masih menyusu pada dana APBD, berita keterlambatan klub membayar gaji  para pemainnya sering menjadi tajuk utama di media massa. Hal ini berlaku juga terhadap Persib. Keterlambatan cairnya dana APBD, membuat Persib menunggak gaji beberapa bulan.

Di saat seperti ini muncul sosok Umuh Muchtar. Saat itu dia hanyalah seorang Bobotoh biasa seperti kebanyakan Bobotoh lainnya, belum masuk jajaran manajemen PT. PBB. Namun, karena kepeduliannya terhadap klub yang dicintainya, beliua tak segan-segan menggelontorkan dana pribadi untuk menalangi sebagian gaji pemain Persib yang belum terbayar. Tak hanya sampai di situ, saat Persib meraih kemenangan-kemenangan penting, Wak Haji tak ragu pula memberikan bonus puluhan juta untuk dibagikan kepada pemain Persib (suatu kebiasaan yang tampaknya masih beliau lakukan hingga sekarang).

Berkat keroyalannya terhadap Persib, pada kompetisi Liga Indonesia 2007/2008, Umuh mulai menjadi bagian dari manajemen Persib dengan jabatan sebagai Asisten Manajer. Sejak itu, jasanya terhadap Persib sangat terasa. Saat akhirnya regulasi melarang penggunaan APBD bagi klub-klub Liga Indonesia, banyak klub yang kesulitan mencari investor hingga mengalami krisis keuangan. Hal ini tidak berlaku bagi Persib.

Berkat kepiawaiannya dan beberapa pengurus lainnya, Wak Haji Umuh yang ketika itu menjadi Direktur Utama PT. PBB, berhasil membawa konsorsium yang bisa menjadi investor bagi Persib. Di bawah bimbingan Wak Haji Umuh, Persib menjelma menjadi tim yang mapan hingga berbuah gelar juara pada Liga Indonesia 2014 dan Piala Presiden 2015.

Namun, istilah menyatakan semakin besar pengorbanan, semakin besar pula rasa memiliki. Mungkin hal ini juga terjadi pada Wak Haji. Bila Raja Louis XIV dari Prancis menyatakan “L’etat c’est moi” yang berarti “Negara adalah Saya”, Wak Haji mungkin menganggap ‘L’Persib c’est moi” yang kurang lebih bermakna bahwa Persib sudah dianggapnya sebagai miliknya sendiri.

Kewenangannya di tim Persib lebih dari seorang manajer. Jika mendatangkan pemain dan pelatih adalah tugas manajer, maka meracik pemain di lapangan adalah tugas dari seorang pelatih. Nah, pada beberapa kesempatan, ditengarai beberapa kali Wak Haji melakukan intervensi terhadap taktik tim asuhannya.

Dalam setiap Persib bertanding, Wak Haji selalu berada di bench pemain bahkan seringkali kedapatan memberikan instruksi dari pinggir lapangan. Hal yang seharusnya menjadi tugas pelatih kepala, bukan manajer.

Tak jarang pula ia berkonflik, baik itu dengan jajaran manajemen, pelatih, pemain, bahkan hingga dengan pentolan Viking. Dejan Antonic, Daniel Darko Djanakovic, Djadjang Nurdjaman, Carlton Cole, hingga Heru Joko adalah beberapa orang yang pernah merasakan konflik dengan Wak Haji.  Hal ini kadang membuat Bobotoh jengah hingga beberapa waktu lalu Bobotoh melakukan aksi damai untuk menuntut Wak Haji Umuh mundur dari PT.PBB. Teriakan “Umuh mundur” sering terdengar ketika bobotoh melakukan aksi.

Teranyar, keputusannya mengumpulkan pemain di tengah pertandingan melawan Persija bisa berakibat fatal. Semoga saja PSSI tidak menganggap ini sebagai pelanggaran atas Pasal 13 Ayat 1 b dan c yang menyebabkan Persib harus degradasi, walau apapun itu, hukuman yang diberikan sebaiknya memang harus sesuai regulasi yang disepakati dari awal.

Disclaimer: Tulisan di atas adalah murni opini penulis secara pribadi tanpa ada maksud untuk mencemarkan nama baik seseorang.

Author: Faizal Dwi Aulia (@Faiz_DA)
Pengasuh @SerieA_Lawas dan penikmat segala hal tentang Italia terutama sepak bolanya