Pertandingan antara Bali United dan PSM Makassar diwarnai aksi ricuh, yang justru dilakukan oleh rekan satu tim. Stefano Lilipaly dan Sylvano Comvalius menjadi dua figur yang bertikai di laga itu, ketika babak pertama memasuki menit pertengahan.
Kejadian bermula ketika Lilipaly melakukan penetrasi di sisi kanan pertahanan PSM. Mendapat ruang tembak yang cukup lebar, pemain bernomor punggung 87 ini melakukan tendangan dari luar kotak penalti, tapi justru melambung tinggi di atas gawang Rivky Mokodompit.
Tak lama kemudian, Lilipaly terlibat argumen dengan Comvalius, tapi tak disangka adu mulut tersebut hampir berujung perkelahian. Dilihat dari gerak-geriknya, Comvalius mungkin sangat kecewa dengan keputusan Lilipaly yang menembak langsung, padahal masih ada dirinya yang berdiri lebih bebas.
Di sisi lain, Lilipaly mungkin membantah komplain sang pemegang rekor top skor Liga Indonesia itu. Entah apa yang mereka bicarakan selanjutnya, yang pasti tensi tinggi kedua pemain ini sangat mirip dengan dua pemain beda tim yang sedang berseteru. Bahkan, sebuah tamparan sempat melayang dari tangan Comvalius ke kepala Lilipaly.
Kejadian ini sontak menjadi pusat perhatian seisi stadion. Wasit beserta beberapa pemain kemudian bergerak cepat untuk memisah dua legiun asing berdarah Belanda tersebut agar pertikaian tidak menjadi semakin parah. Namun, amarah Lilipaly tampaknya sangat sulit diredam sehingga ia harus diseret beberapa rekan lainnya untuk menjauh dari Comvalius.
Pertengkaran antara dua pemain asal Belanda ini awalnya ditakutkan akan membuat Bali United semakin tertekan di Stadion Mattoanging. Hampir sepanjang pertandingan mereka dikepung tim tuan rumah, tapi hebatnya, anak asuh Widodo Cahyono Putro dapat keluar dari tekanan dan memenangkan laga melalui kombinasi Comvalius dan Lilipaly.
Pernah dialami Bhayangkara FC
Meski pertikaian antara Lilipaly dan Comvalius menjadi salah satu “momen menarik” di awal pekan ini, namun alur cerita serupa sebelumnya juga pernah diperagakan oleh Bhayangkara FC musim ini.
Kejadian tersebut bertempat di Stadion Haji Agus Salim, ketika Semen Padang menjamu Bhayangkara FC di pekan ke-24. Skor saat itu sama kuat 1-1, dan tim tamu tampak masih bernafsu mencari gol kemenangan demi mengamankan posisi di puncak klasemen.
Jelang akhir pertandingan, peluang emas sempat didapat Ilham Udin Armaiyn. Menerima bola di depan kotak penalti Semen Padang, ia melakukan tendangan voli namun bola melesat jauh ke udara. Tak pelak, Paulo Sérgio yang berdiri lebih bebas dan dalam posisi on-side mendatangi Ilham dan menyatakan kekecewaannya.
Sayangnya, tindakan tersebut dibarengi dengan emosi yang tak terkontrol, terlihat melalui ekspresi sang marquee player yang sangat kesal. Beruntung insiden lebih parah dapat dihindari, karena Ilija Spasojević dengan sigap melerai kedua rekannya tersebut.
Pentingnya kematangan dalam membuat keputusan
Jika dicermati lebih lanjut, dua pertikaian tersebut diawali dengan keputusan yang salah dari pemain yang memegang bola. Ketika sang pemain sebenarnya dapat mengoper ke rekan lainnya yang lebih bebas, ia justru terlalu ambisius dengan mengeksekusi peluang itu sendiri, dan ternyata tidak gol.
Itulah mengapa para pemain, terutama di Liga Indonesia, harus lebih giat mempelajari keputusan untuk menentukan dua pilihan dasar: menembak langsung atau mengoper. Dengan keputusan yang lebih matang, hasil maksimal dapat dicapai, tanpa perlu mengecewakan rekan satu tim.
Para pencinta sepak bola nasional tentu sudah paham betul dengan karakter beberapa pemain yang hobi berlama-lama dengan bola seakan tak peduli dengan posisi rekannya. Kebiasaan inilah yang harus dihilangkan, agar tidak ada lagi perasaan kecewa yang muncul dari rekan satu tim akibat melihat peluang emas terbuang sia-sia akibat salah mengambil keputusan.
Selain itu, para pemain di Liga Indonesia juga sebaiknya pintar-pintar menahan emosi, agar kejadian serupa tak terulang lagi. Mereka boleh kesal dengan keputusan rekannya, tetapi keharmonisan tim tetap harus terjaga dengan baik.
Semoga ke depannya pertikaian yang melibatkan pemain-pemain dengan seragam klub yang sama tidak terjadi lagi, karena sangat disayangkan jika perkelahian besar seperti Kieron Dyer yang bertikai dengan Lee Bowyer terulang kembali.
Author: Aditya Jaya Iswara (@joyoisworo)
Milanisti paruh waktu yang berharap Andriy Shevchenko kembali muda dan membawa AC Milan juara Liga Champions Eropa lagi.