Suara Pembaca

Sepak Bola Desa, Satu Olahraga Aneka Cerita

Sepak bola merupakan alat pemersatu. Sepak bola bukan hanya tentang menang dan kalah, tetapi dalam sepak bola kita belajar apa arti persaudaraan dan kekeluargaan.

Keterbatasan bukan menjadi penghalang kita untuk bermain di lapangan. Sepak bola tidak pernah melihat siapa kamu, dari mana kamu berasal, dan warna kulit kamu.

Sepak bola adalah pemersatu. Sepak bola itu olahraga yang cukup menyenangkan di mana kita hanya hanya membutuhkan bola sepak semata.

Kemudian lahan yang cukup besar untuk pemain yang banyak, atau hanya memanfaatkan jalanan untuk pemain yang berjumlah sedikit. Ini dikarenakan tidak adanya lahan yang cukup besar untuk dijadikan lapangan.

Berikutnya kita hanya membutuhkan minimal sandal jepit, batu atau kayu bila ada, dan bisa ditancapkan.

BACA JUGA: Oleh-oleh dari Wonosobo: Sepotong Cerita Sepak Bola Tarkam

Lalu masalah pemain yang utama dan penting. Pemain merupakan sosok penting dalam permainan sepak bola bahkan dengan bermain kita bisa mempunyai banyak teman.

Bahkan di desa-desa sepak bola merupakan alat pemersatu, dikarenakan di desa belum terlalu mengenal gawai.

Mulai dari anak anak, remaja, sampai orang tua setiap sore berkumpul di lapangan. Mereka ini datang dengan sendirinya.

Permainan dimulai bila yang datang sudah banyak. Ada yang bersepatu, ada yang tidak memakai alas kaki sama sekali atau bahasa Ngawi-nya “nyeker”

Dikarenakan banyaknya pemain dan bahkan belum ada yang saling mengenal, maka ada keunikan dalam membedakan tim A dan tim B, yaitu siapa yang kebobolan terlebih dahulu maka mereka harus melepas baju.

BACA JUGA: Kenikmatan Sepak Bola Pinggiran

Mungkin terdengar jorok atau bahkan tidak sopan, tetapi karena mereka tidak memikirkan itu maka sudah menjadi hal biasa bagi para pemain.

Aturan itu dibuat sebelum pertandingan dimulai. Permainan pun dimulai dengan masing-masing pemain berjumlah sebelas. Terdiri dari anak-anak. remaja, dan orang tua.

Dengan lapangan yang tidak rata, banyak berlubang karena musim kemarau, bahkan ada tumbuhan putri malu.

Dalam permainan ini tidak ada wasit, jadi pelanggarannya pun tergantung dari banyaknya yang menjadi saksi dan banyaknya yang melancarkan protes.

Kemudian handball-nya bila banyak pemain lawan yang melihat bola terkena tangan. Dilanjut dengan permainan keras pertandingan pun tetap aman dan tidak ada yang merasa tersakiti, karena semua pemain tahu ini hanya untuk bersenang-senang.

BACA JUGA: Mungkin, Tarkam adalah Sepak Bola Sesungguhnya

Bahkan ada beberapa pemain yang tidak memegang bola sama sekali karena biasanya mereka ini hanya mengobrol dengan teman lain, dan biasanya hanya datang untuk menganalisis permainan kawan mereka sendiri.

Pemain yang bertipikal seperti ini biasanya tempatnya di belakang atau berposisi bek atau kiper. Saat tim mereka menyerang pertahanan tim lawan, para bek ini asyik mengobrol di depan gawang mereka sambil menunggu serangan dari lawan.

Sembari menunggu kiper dan bek-bek ini menganalisis permainan tim mereka sendiri dan membicarakan temannya sendiri, mereka duduk-duduk santai seperti tidak mengetahui kalau mereka ini juga pemain.

Alhasil orang yang lebih tua pun tak jarang menasihati atau bahkan memarahinya, karena pemain lain bermain dengan sungguh-sungguh, mereka hanya duduk-duduk semata.

BACA JUGA: Persita, Napas Baru Sepak Bola Kota Industri

BACA JUGA: Seksisme di Sepak Bola, Perkara yang Tiada Habisnya

BACA JUGA: PS Daygun dan Harapan Sepak Bola Lombok Utara

*Penulis adalah anak desa yang setiap sore bermain sepak bola di desa dan merasakan kebersamaan yang indah. Bisa disapa di akun twitter @sepakbolangawi.