Musim 2017/2018 bisa dibilang merupakan musim kebangkitan Ivan Rakitic. Dinilai sempat mengalami penurunan performa selama dua musim terakhir, ‘Rocketic’ kembali bersinar di bawah arahan pelatih Ernesto Valverde di usianya yang hari ini bertambah menjadi 30 tahun.
Gelandang kelahiran Swiss ini kembali tampil taktis dan menjadi pilihan utama di bawah Valverde. Mantan pelatih Athletic Bilbao ini memang merupakan penggemar pola 4-3-3, sehingga Rakitic menjadi bagian tak terpisahkan dari ‘trio’ lini tengah Blaugrana. Bersama sang kapten Andres Iniesta dan Sergio Busquets yang andal, level kinerja Rakitic kembali memuaskan menjelang Piala Dunia 2018.
“Dia (Rakitic) sangat penting bagi kami,” kata Valverde menjawab pertanyaan seorang wartawan yang ingin mengulik kemungkinan Rakitic dijual ke salah satu peminat seriusnya, Liverpool. “Ia memberi keseimbangan ke dalam tim kami. Kami beruntung memilikinya, ia pekerja keras yang piawai dalam bertahan, menyerang, dan bahkan mencetak gol.”
Meskipun Valverde beralih menggunakan formasi 4-4-2 untuk peralihan menyerang ke bertahan, Rakitic memang tergolong aktif dalam membantu pertahanan. Bersama Busquets, kegemilangan dua pemain ini terlihat ketika Barcelona mematikan lini tengah Chelsea dalam laga pertama 16 besar Liga Champions yang berakhir imbang 1-1.
Pemain kelahiran 10 Maret 1988 ini memang baru mencetak empat gol dan empat asis dalam 40 penampilan di semua kompetisi. Namun, statistik kinerjanya luar biasa. Persentase operan suksesnya di atas 90 persen dan jumlah tekel sukses per pertandingan 1,3, jumlah yang terbilang bagus untuk pemain yang bukan bek.
Beberapa kalangan pendukung Barcelona sempat kecewa akan performa mantan kapten Sevilla ini selama dua musim berturut-turut. Namun, jika dianalisis, ritme permainan Rakitic tak pernah stabil karena sering dipinggirkan oleh pelatih sebelumnya, Luis Enrique.
Mantan kapten Sevilla itu berperan penting dalam kesuksesan Barcelona yang meraih treble di musim 2014/2015. ‘Rocketic’ bahkan mencetak gol pertama Barcelona di laga final melawan Juventus. Namun, entah mengapa di bawah Luis Enrique, ia sering dikorbankan untuk keperluan rotasi tim dan perubahan taktik yang seringkali tidak biasa.
Dengan trio on-fire Lionel Messi–Luis Suarez–Neymar di bawah kendalinya, Enrique kelihatan lebih menitikberatkan permainan timnya ke lini ofensif. Alhasil, selama dua musim berturut-turut, pemain Kroasia ini seolah terlupakan. Padahal, ia masih rajin mencetak gol dengan torehan 17 gol dalam dua musim tersebut.
Dengan performa yang semakin panas, penggila sepak bola di seluruh dunia tentu saja tak sabar ingin melihat Rakitic bermitra dengan gelandang Real Madrid, Luka Modric, di tim nasional Kroasia. Piala Dunia 2018 tinggal tiga bulan lagi. Dengan usia yang sudah memasuki kepala tiga, bisa jadi ini merupakan salah satu turnamen internasional terakhir bagi pria yang juga pernah bermain untuk FC Basel dan Schalke 04 tersebut.
Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.