Tribe Ultah

Dari Klub Gurem ke Klub Raksasa: Betapa Berwarnanya Karier Lassana Diarra

Lassana Diarra mungkin salah satu pemain dengan karier teraneh. Meskipun telah berkeliling dunia memperkuat beberapa klub antah berantah, tenaganya ternyata masih dibutuhkan oleh klub kaya sekelas Paris Saint-Germain (PSG).

Pemain yang sedang berulang tahun ke-33 pada 10 Maret 2018 ini sudah hampir dilupakan penggila sepak bola di seluruh dunia setelah meninggalkan Real Madrid pada tahun 2012 lalu. Setelah itu, pria kelahiran Paris ini hijrah ke klub kaya baru Rusia, Anzhi Makachkala, Lokomotiv Moskow, Marseille, dan Al-Jazira di Liga Uni Emirat Arab.

Kepindahannya dari Real Madrid ke Anzhi Makhachkala pada tahun 2012 lalu merupakan salah satu transfer paling menggemparkan dunia sepak bola. Saat itu, ia masih dalam kondisi prima di usia 27 tahun. Anzhi, Lokomotiv dan Al-Jazira bukan satu-satunya klub medioker di daftar riwayat hidup Diarra. Pemain yang akrab disapa ‘Lass’ ini juga pernah memperkuat Portsmouth satu dekade silam.

Sedikit mundur ke masa lalu, kepindahan Lass ke Portsmouth pada awal tahun 2008 juga membuat banyak orang  mengangkat alis. Pada saat itu, pemain yang memulai karier profesional bersama Le Havre ini sudah memiliki pengalaman memperkuat dua klub raksasa, yaitu Arsenal dan Chelsea. Entah, Lass sepertinya memiliki pemikiran sendiri dalam menentukan klub yang ingin dibelanya.

Bagi para pendukung Portsmouth, kedatangan Lass adalah berkah. Ia mengulangi kesuksesannya menjuarai Piala FA 2007/2008 bersama Chelsea ke klub kecil ini. Sampai sekarang, trofi Piala FA 2007/2008 adalah kebanggaan terbesar suporter The Pompeys, terutama mengingat kondisi klub mereka yang sempat dilanda krisis keuangan dan kini berkompetisi di kasta ketiga Inggris.

Yang lebih mengejutkan lagi, setelah Portsmouth, nasib membawanya ke salahsatu klub raksasa dunia, Real Madrid. di sana, ia bermain dalam lebih dari 100 pertandingan selama empat musim. Yang lebih hebat lagi, Lass mengulangi raihan prestasinya di klub besar. Bersama Real Madrid, ia menduplikasi kegeniusan seniornya, Claude Makalele, di posisi gelandang bertahan Los Blancos. Bersama pelatih Jose Mourinho, Lass meraih trofi Cpa del Rey 2010/2011 dan La Liga 2011/2012.

Meski Lass sudah kaya pengalaman, keputusan PSG mendatangkan pemain keturunan Mali ini tetap mendatangkan banyak pertanyaan. Ia hanya tampil empat kali bersama Al-Jazira di UAE Pro-League dan bahkan harus memutus sendiri kontraknya karena tak betah. Statusnya sebagai free agent pun dimanfaatkan pelatih Unai Emery pada bulan Januari 2018. Sang pelatih bergerak cepat menyodorkannya kontrak satu setengah musim.

Emery sepertinya ingin mengikuti kesuksesan pembelian Paulinho ke Barcelona dari Guangzhou Evergrande. Kebutuhan sang pelatih akan kehadiran Lass di PSG sebenarnya jelas, karena Thiago Motta sudah berusia 35 tahun dan semakin rentan mengalami cedera. Apa pun itu, Lass Diarra kini menemukan dirinya kembali berada di salah satu klub paling ambisius di Eropa.

Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.