Nasional Indonesia

Revolusi Muda Shin Tae-yong

Tim nasional Indonesia akan memainkan tiga pertandingan terakhirnya pada penyishihan Piala Dunia 2022 Juni ini di Uni Emirat Arab. Pelatih kepala Shin Tae-yong tentu sudah bersiap-siap untuk menyongsong pertandingan kompetitifnya yang pertama sejak menjabat sebagai pelatih timnas lebih dari setahun yang lalu.

Namun dari skuat Tae-yong untuk tiga pertandingan yang akan mendatang, ada banyak nama-nama baru yang membuat orang merasa heran.

Dalam menyongsong pertandingan melawan Thailand, Vietnam, dan UEA yang akan datang, Tae-yong akan menurunkan skuad yang didominasi oleh pemain-pemain muda. Kebanyakan dari pemain tersebut akan mendapat debut di timnas senior dalam kesempatan ini.

Tersingkirnya Indonesia dari kualifikasi Piala Dunia sudah terkonfirmasi sebelum Tae-yong dilantik pada Desember 2019. Di bawah asuhan Simon McMenemy, Indonesia kalah 4 kali dari 4 pertandingan kualifikasi mereka.

Sementara itu, di bawah asuhan caretaker Yeyen Tumena, Indonesia kalah 2-0 dari Malaysia di Stadion Nasional Bukit Jalil, sebuah kekalahan yang menghanguskan harapan Piala Dunia skuad Garuda.

Akan tetapi, peringkat terakhir setiap grup penyisihan Piala Dunia akan menjalani babak play-off untuk masuk ke dalam kualifikasi Piala Asia yang akan diadakan tahun 2023 mendatang. Timnas Indonesia pastinya akan berjuang keras untuk berusaha masuk ke turnamen tersebut.

Dengan pengetahuan bahwa timnas tidak akan rugi terlalu banyak dalam situasi ini, Tae-yong langsung saja bekerja. Dia harus membuat skuad dari nol yang bisa bersaing di kualifikasi Piala Asia.

Shin Tae-yong ingin memanfaatkan pangkalan bakat muda sepak bola Indonesia yang besar dan mengingat Piala Dunia U-20 yang akan diadakan di Indonesia ditunda ke akhir tahun ini akibat pandemi, Tae-yong ingin menggunakan tiga pertandingan yang akan datang ini untuk mengasah para talenta muda ini demi perkembangan jangka panjang.

Dalam skuad Tae-yong yang dibawa ke UEA, tidak ada nama-nama lawas seperti Stefano Lilipaly, Irfan Bachdim, Riko Simanjuntak, Beto Goncalves, Ilija Spasojevic, Osas Saha, dan Yanto Basna. Yanto sendiri tidak dibawa oleh Tae-yong akibat cedera yang dialami oleh pemain PT Prachuap tersebut.

Marc Klok yang baru saja mendapat paspor Indonesia juga tidak ikut dipanggil. Padahal, pemain keturunan Belanda tersebut diharapkan menjadi jendral lini tengah timnas di tiga pertandingan yang mendatang ini. Sayangnya, urusan keluarga yang mendesak memaksa Klok untuk mengundurkan diri dari skuad Tae-yong.

Praktis, tinggal nama Evan Dimas saja yang tersisa dari para “langganan” timnas di skuad Tae-yong. Dengan 25 caps, Evan menjadi pemain paling berpengalaman di skuad tersebut. Osvaldo Haay dan Egy Maulana Vikri, dua pemain yang baru-baru ini sering menghiasi timnas, juga turut dipanggil oleh Tae-yong.

Selain itu terdapat nama Ryuji Utomo dalam daftar pemain Tae-yong. Meskipun sering tampil gemilang untuk Persija Jakarta, PTT Rayong, dan Penang FC, Ryuji hanya memperkuat timnas satu kali saja di tahun 2017. Kehadiran defender underrated ini dapat memberikan angin pengalaman yang segar bagi para pemain belakang muda Indonesia.

Asnawi Mangkualam yang tampil gemilang bersama Ansan Greeners di kasta kedua Korea Selatan juga dipanggil oleh Tae-yong. Begitu juga dengan dua pemain luar negeri lainnya – Witan Sulaeman (FK Radnik Surdurlica, Serbia) dan Syahrian Abimanyu (Newcastle Jets, Australia).

Dengan munculnya bintang-bintang muda baru pada pagelaran Piala Menpora yang lalu, Tae-yong memanfaatkan kesempatan ini untuk memanggil para rising star dari turnamen tersebut ke timnas untuk ditempa lebih lanjut menjadi talenta masa depan.

BACA JUGA: Shin Tae-yong Akrab dengan Timnas Usia Muda, tapi…

BACA JUGA: Pelatih Korea Selatan: “Orang Barat akan Susah Mengawasi Kami karena Muka Pemain Kami Terlihat Sama bagi Mereka”

Para bintang tersebut adalah Pratama Arhan (PSIS Semarang), Braif Fatari (Persija Jakarta), Saddam Gaffar (PS Sleman), dan Yakob Sayuri (PSM Makassar). Tidak seperti ketiga rekannya, potensi Sayuri sudah terlihat sejak tahun lalu.

Winger tersebut mencuri perhatian bersama PSM di kancah AFC Cup 2020 dan penampilan gemilangnya di Piala Menpora menarik lebih banyak lagi perhatian kepadanya.

Dua pertandingan persahabatan terakhir Indonesia memang berakhir dengan kekalahan – 3-2 di tangan Afghanistan dan 3-1 di tangan Oman.

Namun ini adalah tanda bahwa tim Shin Tae-yong masih membutuhkan waktu untuk saling bersinergi bersama. Namun mereka harus cepat nyetel, karena lawan-lawan Indonesia siap menurunkan para pemain terbaik mereka meskipun ditinggal beberapa pemain kunci mereka.

Thailand, misalnya. Theerathon Bunmathan dan Chanathip Songkrasin tidak dapat pergi ke UEA karena aturan karantina di Jepang, sementara Teerasil Dangda harus menepi karena cedera.

Namun Changsuek masih memiliki Supachok Sarachat, Thitiphan Puangchan, serta sang debutan Nattawut Suksum. Suksum berhasil mencuri perhatian dengan tampil impresif bersama Bangkok United di Thai League 1 musim 2020-21.

Vietnam harus rela kehilangan Do Hung Dung yang cedera dan Dang Van Lam yang menjalani karantina COVID-19, namun mereka masih punya Nguyen Quang Hai dan Nguyen Tien Linh yang mematikan.

Selain itu, duo Hoang Anh Gia Lai yaitu Nguyen Cong Phuong dan Nguyen Van Toan harus diwaspadai. Keduanya tampil on fire dalam membawa HAGL memuncaki klasemen V.League 1 musim ini.

Dan UEA masih memiliki Ali Mabhkhout, pencetak gol terbanyak sepanjang sejarah mereka. Dia mencetak sebuah hat-trick ketika UEA menang 5-1 atas Yordania di pertandingan persahabatan terakhir mereka.

Ya, memang perjuangan Indonesia ke depannya sangatlah berat. Namun dengan semangat nothing to lose dan dengan kualifikasi Piala Asia di depan mata, Shin Tae-yong bisa fokus mempersiapkan fondasi yang kuat demi masa depan timnas.

Dengan rencana jangka panjang di benaknya, Tae-yong siap melempar anak-anak muda asuhannya ke dalam sebuah ujian maha berat yang akan membentuk mereka menjadi pemain-pemain yang lebih baik untuk timnas yang lebih kuat.

Revolusi muda sudah dicanangkan.