Corriere dello Sport memberi cap buruk kepada Aleksandar Kolarov dengan rating 5/10 usai berlaga di Coppa Italia kontra Fiorentina. Kritik pedas harian asal Italia tersebut menyoroti berbagai hal terutama soal kesalahan fatal yang ia lakukan dalam terciptanya gol Kouame.
Nasib Kolarov di Inter memang agak sial. Sejak debut, performa Kolarov dianggap masih di bawah standar. Puncaknya adalah Derby della Madoninna kontra AC Milan di Serie A beberapa waktu lalu dimana tekelnya terhadap Zlatan Ibrahimovic justru berbuah penalti untuk Milan.
Nahasnya ia kembali menjadi biang keladi atas proses gol kedua Ibra yang membuat Inter kalah 1-2 dari sang rival.
Dengan cap buruk yang melekat pada diri Kolarov ia pun baru tampil di sembilan pertandingan hingga saat ini. Melihat situasinya mungkin defender Serbia ini akan sulit menembus starting line-up. Namun apakah penampilan Kolarov seburuk itu?
Harus diakui blunder di laga sebesar derbi sulit termaafkan. Namun bila melihat dari statistiknya secara keseluruhan, Kolarov nyatanya masih bertaji. Setidaknya ada beberapa alasan cap buruk Kolarov sebenarnya kurang tepat sasaran.
Di usianya yang sudah senja ia masih tangguh berduel, mampu membaca permainan dengan baik, serta mengambil peran sebagai ball playing defender di lini belakang Inter.
Masih Tangguh Berduel
Salah satu atribut bertahan Kolarov yang menonjol adalah duel udara. Rata-rata ia memenangkan duel udara sebanyak 2,6 per 90 menit. Persentase keberhasilannya mencapai 64,7%. Angka ini lebih tinggi dibanding musim lalu. Di musim 2019/20, rataannya 1,5 dan success rate 58,4%.
Kemungkinan dari tingginya statistik duel udara Kolarov adalah posisi bermain. Di Inter, ia selalu dipasang sebagai centre back.
Ketika bermain di posisi ini, pemain otomatis akan lebih sering berduel. Mereka juga bertugas untuk menghalau umpan silang (crossing). Maka dari itu, kesempatan untuk berduel udara meningkat. Terutama jika dibandingkan bila Kolarov bermain sebagai bek sayap.
Hal ini juga terjadi di Roma. Paulo Fonseca, pelatih Roma, pernah beberapa kali menggunakan skema tiga bek. Kolarov pun jadi salah satu andalannya. Ketika bermain sebagai bek tengah, catatan duel udaranya meningkat. Rataannya mencapai 2 per laga. Sedangkan angka rata-rata duel udara di posisi lain hanya 1,1.
Kolarov juga terbilang masih tangguh berduel lapang (ground duels). Catatannya adalah 1,9 duel sukses per 90 menit. Persentase keberhasilannya mencapai 53,3%.
Angka ini di bawah rekornya musim lalu, yaitu 2,8 duel. Hal ini disebabkan karena jumlah percobaan duel Kolarov juga menurun. Namun secara keseluruhan, kualitasnya tak jauh berbeda. Persentase keberhasilannya di musim lalu adalah 53,9%.
Rataan tekelnya pun juga tak banyak berubah. Sejauh ini ia mencatat satu tekel per 90 menit. Di musim lalu catatannya adalah 1,3 tekel. Memang ada penurunan tapi tidak signifikan.
Semua catatan di atas adalah indikator untuk mengukur kemampuan individu Kolarov sebagai defender. Terutama dalam hal duel one on one. Ya, bisa disimpulkan bahwa dia sebenarnya masih bermain di level yang sama seperti musim sebelumnya.
Kemampuan Membaca Permainan
Kolarov jelas tak punya fisik yang sama dibanding beberapa tahun lalu. Namun ia menutupnya dengan kematangan dan kemampuan membaca permainan.
Terbukti dari tingginya rataan intersepnya. Kolarov mencatat 1,7 intersep per 90 menit. Uniknya angka ini melebihi catatan para kompatriotnya. Kolarov ada di atas Stefan de Vrij (1,6 intersep per 90 menit), Alessandro Bastoni (1,3 intersep), dan Milan Skriniar (1,1 intersep).
Catatan bertahan lainnya adalah sapuan. Per 90 menit, Kolarov mencatat rataan sapuan sebesar 1,4 sapuan. Bila dibandingkan dengan defender Inter lain, angkanya masih jauh. Namun sepertinya memang Kolarov jarang menyapu bola. Di musim lalu pun catatannya hanya 1,7 sapuan per 90 menit.
Ball Playing Defender
Seperti yang kita tahu, posisi asli Kolarov adalah seorang full back. Dia juga terbilang agresif. Perubahannya menjadi bek tengah sebenarnya adalah hal ideal. Secara fisik, kemampuannya menyisir lapangan otomatis telah menurun. Namun kemahirannya dalam mengolah bola masih efektif.
Conte membutuhkan bek seperti Kolarov. Dengan skillset yang dimiliki, ia cocok jika diberi peran ball playing defender. Tugasnya tak hanya bertahan, tapi juga menginisiasi serangan dari belakang.
Potensi ini terlihat di Kolarov. Sejauh ini, ia telah menciptakan 6 peluang. Ini paling tinggi di antara semua bek Inter. Selain itu, Kolarov juga mencatat 78 percobaan umpan per 90 menit. Akurasinya mencapai 88%.
Inter gemar bermain dengan direct pass. Maka dari itu para bek tengah juga harus mampu melepas umpan-umpan panjang akurat. Sayangnya akurasi long ball Kolarov belum maksimal. Angkanya hanya mencapai 54,8%. Masih kalah dengan Skriniar (66,7%), Bastoni (59%), dan de Vrij (59%).
Sekali lagi, blunder memang sulit untuk dimaafkan. Namun jika melihat secara keseluruhan, Kolarov ternyata tak buruk-buruk amat. Sayangnya, ia terlanjur terhempas ke bangku cadangan sebelum diberi waktu lebih banyak untuk membuktikan diri. Semoga cepat atau lambat ia bisa menghapus cap buruk yang diterimanya.
*Penulis adalah seseorang yang jatuh cinta pada Inter karena Christian Vieri, bisa ditemui di akun Twitter @Lfakhrurozie