Sejak Leicester City keluar sebagai kampiun Liga Inggris 2015/2016, nama Jamie Vardy turut melambung ke angkasa.
Pemain yang kini berusia 33 tahun itu baru saja memastikan dirinya sebagai pencetak gol terbanyak Liga Inggris musim 2019/2020 dengan 23 gol, mengalahkan pesaing terdekatnya, Pierre-Emerick Aubameyang dan juga penyerang Southampton Danny Ings.
Lahir dari seorang ayah bernama Richard Gill dan ibu bernama Lisa Vardy. Jamie Richard Vardy tumbuh dengan kesengsaraan dan penderitaan.
Lahir dari keluarga kelas menengah, Vardy muda menjalani masa pertumbuhannya dengan berbagai kesulitan. Rasa sakit yang telah dialaminya sejak muda tampaknya membuat penyerang Leicester City tersebut memiliki mental baja.
Sama seperti cara bermainnya yang tanpa lelah dan bekerja keras tiap kali ia bermain. Hasilnya, ia berhasil membawa The Foxes meraih gelar Liga Inggris 2015/2016 sekaligus menjadi kali pertama sepanjang sejarah klub berdiri dan menciptakan kisah dongeng yang sulit untuk terulang kembali.
Vardy adalah sosok sentral di balik kesuksesan Claudio Ranieri mempersembahkan piala tersebut. Pada musim yang sama. Pemilik 26 caps bersama Timnas Inggris tersebut mampu mencetak gol di 12 pertandingan liga secara berturut-turut yang mampu mengantarkannya memecahkan rekor Ruud van Nistelrooy yang diraih kala memperkuat Manchester United.
Terbaru, ia baru saja memenangkan Golden Boot pertamanya sepanjang sejarah setelah menjadi pencetak gol terbanyak Liga Inggris musim ini. Karier Vardy nampak begitu gemilang. Namun hal itu berbanding terbalik saat kita kembali ke tahun 2003.
Kala itu Vardy berusia 16 tahun. Menimba ilmu bersama Sheffield Wednesday, Vardy muda harus merasakan diputus kontrak. Fisik yang lemah dan kurus menjadi alasan tim yang kini bermain di Divisi Championship itu menolak Vardy.
Tak menyerah, Vardy akhirnya menandatangani kontrak bersama Stocksbridge Park Steels dan bermain di Divisi Satu Selatan yang merupakan kasta ke-tujuh dari piramida sepak bola Inggris.