Eropa Jerman

Potret “The New Normal” Bundesliga

Pandemi COVID-19 membawa peradaban umat manusia pada pola hidup baru yang disebut “the new normal,” begitu juga sepak bola. Potret tersebut sudah mulai terlihat pada pekan teranyar Bundesliga Jerman yang dimulai akhir pekan ini.

Dilansir dari kompas.com menurut Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmita, the new normal adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal namun dengan ditambah menerapkan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan COVID-19.

Dampak massif pandemi COVID-19 mau tak mau juga dirasakan dunia sepak bola. Sudah berbulan-bulan para pencinta sepak bola tak dapat menikmati the most beautiful game in the world ini seperti sedia kala. Tak hanya kita seluruh pelaku sepak bola pun pasti jengah karena pekerjaan mereka harus dihentikan sementara.

Setelah K-League memulai musim 2020 pada awal Mei lalu kini Bundesliga menyusul untuk memainkan pertandingannya dengan “the new normal” yang dilakukan pra, selama dan pasca pertandingan. Menerapkan perubahan perilaku ini mau tak mau harus dilakukan meski tak banyak pula pihak yang menentang.

BACA JUGA: Virus Corona: Heal The World Dulu, Sepakbola Kemudian

BACA JUGA: Solidaritas Sepak bola Jerman Hadapi COVID-19

Langkah berani Bundesliga ibarat kata buah simalakama. Jika tak dilanjutkan klub dan liga bisa merugi, jika diputuskan dengan/tanpa pemenang secara sepihak bukan tak mungkin badai protes akan menerpa seperti yang terjadi di Ligue 1 Prancis.

Olympique Lyon sebagai salah satu klub yang dirugikan menuding metode penentuan klasemen akhir tak memenuhi syarat “sporting merit” UEFA untuk menentukan tim yang layak ke Eropa. Play-off khusus pun dianggap pihak Lyon sebagai cara yang adil.

Bahkan jika Bundesliga dilanjutkan siapa yang bisa menjamin tidak ada kasus baru yang tiba-tiba muncul di Jerman meskipun seluruh pemain, pelatih bahkan awak media yang datang ke stadion telah melakukan self-quarantine dan negara tersebut telah menerapkan lockdown?

Di Jerman sendiri sebenarnya kasus COVID-19 cukup banyak. Per tulisan ini dibuat sudah ada lebih dari 175 ribu kasus yang dikonfirmasi dengan lebih dari 8 ribu warganya meninggal. Dilansir dari CNN Indonesia, Kanselir Jerman, Angela Merkel, bahkan mengatakan pandemi ini merupakan musibah terburuk setelah perang Dunia 2 dan berdampak sangat serius.

Namun di sisi lain lebih dari 152 ribu pasien COVID-19 telah sembuh. Menurut Akhmad Fauzi Nugroho, salah seorang  mahasiswa Indonesia di Jerman yang menjadi narasumber untuk CNN Indonesia ada beberapa kunci sukses yang membuat masyarakat Jerman bisa sedikit lebih lega dengan menurunya penyebaran virus dan menjalankan pola the new normal.

Pertama soal keterbukaan dan ketepatan data dengan perhitungan statistik ke berbagai skenario terhadap sistem kesehatan yang dimiliki, semua berdasarkan data ilmiah dan presisi. Selanjutnya sistem kesehatan Jerman yang bagus, rapid test yang akurat dan massif, jaminan pemerintah dalam memberi stimulus ekonomi pada sektor bisnis yang terdampak. Dan terakhir adalah kepatuhan masyarakat terhadap protokol yang diberlakukan.

Melihat keberhasilan tersebut Bundesliga pun berani mengambil sikap, menjadi “kelinci percobaan” dan bergulir dengan menerapkan protokol the new normal atas nama cinta untuk sepak bola. Menyusul Jerman sejumlah liga top Eropa juga tengah bersiap menyambut “the new era of football” dimulai dengan membuka sesi latihan klub dan melakukan sterilisasi kompleks stadion dan lain-lain.

Berikut sejumlah potret “The New Normal” Bundesliga yang kembali bergulir Sabtu (16/5) malam WIB. Bukan tak mungkin situasi ini akan segera kita temui andai Premier League Inggris, Serie A Italia dan LaLiga Spanyol kembali bergulir. Kalau Liga 1? Entahlah… semoga badai ini cepat berlalu ya, Tribes!

Asosiasi sepak bola, DFB, telah mengeluarkan panduan untuk mengatur jumlah dan jarak aman orang-orang yang terlibat dalam suatu pertandingan. Tak hanya Bundesliga, panduan ini juga akan digunakan di seluruh kompetisi pria dan wanita bahkan timnas Jerman di segala kelompok andai pandemi terjadi hingga waktu yang lama.

Foto: footyheadlines.com

Sebelum menjalani pertandingan para pemain serta staff pelatih harus menjalani final test dari otoritas medis di Jerman. Pengecekan suhu tubuh dan lain-lain juga berpengaruh penting apakah seorang pemain dapat dimainkan pada laga tersebut.

Seluruh bola yang akan digunakan pada pertandingan disterilkan dengan cara disemprotkan desinfektan dan dibersihkan secara berkala oleh para anak gawang. Tentu saja mereka sudah menggunakan masker dan sarung tangan ya, Tribes!

Meskipun ada pembatasan jarak secara ketat di dalam stadion, nyatanya sepak bola tetap tak bisa lepas dari kontak fisik. Menghadapi situasi bola mati, pelanggaran, duel one-0n-0ne, adalah beberapa contohnya. Well, untuk yang satu ini siapa sepakat kalau tensi pertandingan tak akan seru jika hal-hal ini menghilang.

Selebrasi gol sendiri menjadi lebih unik, karena tak ada lagi pemain yang berpelukan dan berkerumun. Tak ada jabat tangan atau tos, demi menjaga jarak aman beberapa hal yang bisa dilakukan saat selebrasi adalah menempelkan siku atau bahkan meneriaki si pencetak gol, hahaha...

Bangku cadangan pun jadi terlihat unik karena pembatasan jarak yang dilakukan. Bench pemain kini menggunakan kursi penonton di stadion dengan jarak antar pemain yang sedemikian rupa. Mungkin di masa pandemi ini kita akan jarang melihat kamera menangkap tingkah usil para pemain di bangku cadangan.

Terobosan unik yang dicoba di Bundesliga adalah menayangkan virtual banner di stadion sehingga para penonton yang menyaksikan dari rumah masih merasakan atmosfer pertandingan meski hanya dari layar kaca dan memendam rindu bercengkrama di stadion. Segera guys, 'til we meet again!

Terobosan lainnya juga adalah pada wawancara pasca pertandingan yang tetap memungkinkan para pewarta media dan pelatih atau pemain yang bersangkutan tak melakukan kontak fisik. Berasa ngeliat tiang boom yang biasa kita lihat di proses syuting film atau sinetron ya!