Persija Jakarta akan menjamu tamu dari Palembang, Sriwijaya FC, di pekan ke-11 Liga 1 Go-Jek Traveloka besok (16/6) malam. Sayangnya, Macan Kemayoran harus terusir dari Stadion Patriot, Bekasi. Persija harus ”bergeser” ke Cikarang menggunakan Stadion Wibawa Mukti untuk melakoni laga kandang. Lebih mirisnya lagi, mereka harus menjalani laga tanpa penonton.
Baca juga: Romantisme Persija Jakarta dan The Jakmania
Ini karena kejadian saat beberapa laga lalu ada suporter Macan Kemayoran yang berusaha memaksa masuk stadion tanpa tiket saat menjamu Perseru Serui Selasa (13/6) lalu. Bahkan kejadian ini membuat petugas kepolisian terluka.
Hal ini juga memengaruhi tim tamu. Media Officer SFC, Haryanto, kepada Football Tribe Indonesia mengatakan bahwa dengan laga dilangsungkan di Cikarang, otomatis membuat skuat asuhan Osvaldo Lessa ini jadi pindah hotel.
“Iya ini ribet sekali karena kita harus pindah hotel. Karena ada kejadian rusuh waktu Persija lawan Perseru Serui akhirnya jadi tidak bisa main di Patriot,” ujarnya.
Sementara CEO PT. Liga Indonesia Baru (LIB), Tigor Shalom Boboy, seperti yang diberitakan, mengatakan bahwa Persija awalnya menyiapkan dua alternatif, yaitu laga dijadwal ulang (pindah hari lain) atau pindah ke Cikarang. LIB memutuskan opsi kedua yang paling mungkin karena sudah sulit jika harus memindah jadwal terlebih sudah menjelang libur Idul Fitri.
Persija saat ini tengah mengalami kenaikan performa penampilan di lapangan setelah beberapa kali periode buruk. Nah, saat tim tengah on fire tapi harus berlaga tanpa penonton, tentunya mengurangi motivasi tim, bukan?
Tentang kedewasaan suporter
Suporter adalah pemain ke-12 di lapangan. Tim jelas membutuhkan kehadiran suporter untuk terus memotivasi mereka menang. Tetapi, jika ulah suporter sudah kebablasan dan mengarah ke tindakan kekerasan, yang rugi adalah mereka dan tim kesayangan.
Sering lihat arak-arakan suporter saat menuju ke stadion mendukung tim kesayangannya? Terbayang jika mereka tidak bisa mendatangi stadion karena ulah mereka sendiri? Yang ada mereka juga rugi, tim juga rugi.
Saat Timnas U-22 melakoni uji coba pertama melawan Myanmar di Stadion Pakansari Maret lalu, suporter Indonesia sempat berulah dengan menyalakan suar. Pihak PSSI sendiri panik karena sebelumnya mereka harus membayar denda akibat suar di final AFF tahun lalu. Kala itu, PSSI harus membayar denda yang jumlahnya tidak main-main: 65 ribu dolar AS atau sekitar 860 juta rupiah.
Kalau kejadian serupa terulang lagi, sanksinya jelas lebih tidak main-main: Berlaga tanpa penonton. Tidak seru bukan menonton pertandingan dengan stadion yang tanpa penonton? Tidak ada nyanyian-nyanyian yang membakar semangat dan memanjakan telinga penonton di layar kaca
Memang sudah ada kemajuan, seperti laga Timnas U-22 melawan Puerto Riko Selasa (14/6) lalu di Sleman. Betapa suporter memadati stadion tetapi mereka mengantri dengan tertib. Tidak ada kerusuhan atau bunyi petasan dan berbagai jenis gangguan ketertiban lainnya. Bahkan, pelatih Timnas U-22, Luis Milla, sampai terharu dan kagum atas dukungan suporter kepada Garuda Muda.
Baca juga: Pemenang Indonesia Melawan Puerto Riko adalah Masyarakat Sleman
Diharapkan juga para klub bisa memberikan edukasi kepada para suporter agar mentaati peraturan yang berlaku. Mereka datang untuk menikmati pertandingan sepak bola, bukan untuk cari rusuh. Mari jadi suporter yang lebih dewasa, kawan-kawan. Denda ratusan juta rupiah itu merugikan dan satu yang pasti, berlaga tanpa penonton juga menutup pendapatan klub karena tak mendapat income dari penjualan tiket. Masih mau rusuh?
Author: Yasmeen Rasidi (@melatee2512)