Kolom

Pemenang Indonesia Melawan Puerto Riko adalah Masyarakat Sleman

Waktu menunjukkan pukul 20.30 WIB, ketika semakin banyak suporter Indonesia yang memasuki Stadion Maguwoharjo. Malam itu terasa lengas, ketika ratusan suporter berdesak-desakan di pintu pemeriksaan tiket. Peluh mengucur deras, hawa gerah coba mereka tepis dengan melantunkan: “Sahur…sahuurr…”

Beberapa personel keamanan nampak bersiaga di pintu pemeriksaan tiket. Mereka memastikan antrian berjalan dengan lancar. Sayangnya, hanya ada satu petugas yang bertugas memindai tiket. Alhasil, antrian menumpuk, saling pepet, untung tak ada yang tergencet.

Dengan sigap, para petugas keamanan menarik anak-anak dan wanita dari ketatnya antrian. Menyelamatkan mereka dari gencetan pemuda tanggung dengan peluh mengucur deras yang hendak merayakan malam bela negara. Antrian tersebut semakin hangat ketika ada satu orang menyeletuk, “Ndang dibuka, pak, lawange! Selak Lebaran!” Sontak tawa riang terdengar mengalun.

Meski di tengah hawa panas, para suporter mengantre dengan tertib.

Hari Selasa (13/06), timnas Indonesia U-22 menjamu Puerto Riko. Setelah mengalahkan Kamboja, skuat asuhan Luis Milla diharapkan tampil lebih baik. Maklum, meski mampu mengalahkan Kamboja, Timnas U-22 belum tampil maksimal. Bermain lebih baik ketika menghadapi Puerto Riko akan menjadi bekal yang berharga untuk menyambut ajang SEA Games pada Agustus nanti.

Untuk menjamu Puerto Riko, Luis Milla memasukkan lima pemain senior ke dalam tim. Mereka adalah Stefano Lilipaly, Fachrudin Aryanto, Kurnia Meiga, Bayu Pradana dan Irfan Bachdim. Kelima pemain tersebut diharapkan mampu mengangkat performa pemain muda seperti Bagas Adi, Gian Zola dan Marinus Wanewar.

Timnas Indonesia
Stefano Lilipaly dan Hanif. Kredit: PSSI

Sajian timnas Garuda

Timnas U-22 tampil dengan skema 4-2-3-1. Di belakang Marinus sebagai ujung tombak tunggal, ada tiga gelandang serang yang diisi Lilipaly, Bachdim, dan Saddil Ramdani. Poros ganda timnas diisi Bayu Pradana dan Hanif Sjahbandi. Empat bek diisi Rezaldi Hehanusa, Fachrudin, Bagas Adi Nugroho, dan Gavin Kwan Adsit.

Sepanjang babak pertama, skuat timnas tak bermain rapi. Dari yang dasar, seperti mengoper bola, banyak kesalahan yang terjadi. Misalnya, bola yang seharusnya berupa umpan datar, menjadi bola setinggi lutut yang tentu sulit dikontrol rekan yang menerima umpan. Kesalahan dasar seperti ini yang akan menyulitkan Luis Milla menerapkan idenya.

Selain itu, banyak umpan diagonal yang tidak dilakukan di tempo yang tepat. Beberapa kali, Indonesia memanfaatkan Bachdim untuk berprogres di sebelah kiri lapangan. Ketika mendapat bola, diharapkan, Bachdim memanfaatkan teknik olah bola untuk cut inside dan melewat lawan. Sayang, beberapa kali juga, ia gagal memaksimalkan bola di kakinya.

Selain karena umpan yang tak terukur, Bachdim juga tak mendapatkan bantuan dari bek kiri atau dari Lilipaly sebagai gelandang serang yang berdiri di belakang penyerang.

Akibatnya, jika mendapatkan bola, pilihan Bachdim menjadi terbatas. Satu kali umpan cungkilnya bisa melewati berikade lawan dan diterima dengan baik oleh Marinus. Sayang, tendangan kaki kiri pemain Persipura Jayapura tersebut bisa diblok kiper lawan.

Di sisi sebaliknya, Saddil tak mendapatkan suplai bola yang cukup. Pemain berusia 18 tahun dari Persela Lamongan tersebut lebih banyak “terisolasi” di sisi kanan ketika Indonesia mulai membangun serangan.

Di babak kedua, pergantian pemain dilakukan Luis Milla. Salah satunya ia memasukkan Yabes Roni dan Indonesia mulai lebih banyak melakukan umpan jauh. Tujuannya, untuk meletakkan bola di belakang bek Puerto Riko sehingga Yabes mampu memanfaatkan kecepatannya. Sayang, keakuratan umpan sangat dipertanyakan, sehingga terlihat terlalu boros.

Ada satu umpan jauh dari Fachrudin yang berhasil masuk ke kotak penalti dan dikontrol Yabes. Sayang, lagi-lagi, peluang satu lawan satu dengan kiper terbuang percuma. Namun, bukan itu masalahnya.

Jika pembaca melihat lagi tayangan ulang proses umpan jauh dilakukan, maka ada satu masalah lain yang justru lebih pelik. Masalah yang dimaksud adalah kebiasaan pemain Indonesia untuk mencari solusi ketika ia ditekan pemain lawan.

Sebelum melepas umpan jauh, Fachrudin tak mempunyai opsi sasaran umpan di sekitarnya. Ada satu sasaran umpan, yang seharusnya juga masuk dalam pikirannya, yaitu kiper. Namun, bek milik Madura United tersebut memilih opsi paling mudah, sayangnya kurang bijak, yaitu melepas bola ke depan sejauh mungkin.

Previous
Page 1 / 2