Dinasti Maldini di lapangan hijau kembali berlanjut setelah Daniel Maldini debut di tim senior AC Milan pada Minggu (2/2), dalam lanjutan laga giornata ke-22 Serie A 2019/2020. Daniel sendiri bukan satu-satunya anak legenda yang berlaga di Serie A musim ini.
Kiprah mereka patut dinantikan, terlebih karena memiliki keistimewaan garis keturunan saja tak cukup untuk bisa sintas di rimba sepak bola modern yang keras. Apa lagi Serie A terkenal sebagai liga yang tak ramah ke anak legenda, padahal di masa lampau sangat banyak mengorbitkan pemain legendaris.
Ada pepatah mengatakan, “buah tak jatuh jauh dari pohonnya”. Tak perlu jauh-jauh menengok ke “buah apel dari pohon sebelah,” nyatanya di keluarga Maldini ada satu apel yang kini jatuh menggelinding hingga Serie D.
Buah tersebut adalah putra tertua pasangan Paolo Maldini dan Adriana Fossa, Christian Maldini, yang kini membela S.S.D. Pro Pesto.
Kakak Daniel ini jadi bukti bahwa menjadi anak legenda pasti akan menerima perlakuan dibanding-bandingkan dengan anggota keluarga lainnya.
Christian yang kebetulan berposisi sama seperti ayah dan kakeknya, Cesare, tak bisa sintas di tim junior AC Milan hingga menggelinding jauh ke Serie D.
Mengenyam pendidikan selama 12 tahun di akademi Milan, ia bahkan sempat dipinjamkan ke akademi Brescia dan menjalani debut profesionalnya pada 2016/2017 di tim-tim kecil. Nama-nama klub itu mungkin belum pernah kalian dengar seperti Reggiana, Fondi, dan Fano.
Pengalaman pahit sang kakak yang kini berusia 23 tahun, bisa menjadi pelecut semangat sekaligus lampu kuning bagi Daniel agar bisa mengikuti jejak para pendahulunya.
Daniel Maldini adalah sebuah anomali dalam dinasti Maldini. Berbeda dari tiga nama di atas, ia merupakan seorang gelandang serang yang juga mampu memainkan peran sama baiknya di sisi sayap ataupun menjadi seorang second striker.
Mengawali karier bersama tim U-17 Milan di kompetisi kelompok umur musim 2017/2018, Daniel yang bermain dalam 28 pertandingan mampu mencetak 13 gol dan mengantongi 2.121 menit bermain. Semusim berselang ia naik kelas ke tim Primavera dan mencetak 10 gol serta sebuah asis dalam 26 pertandingan.
Musim ini kesempatan masuk ke tim utama Milan bukan datang begitu saja. Statistik mencatat Daniel yang baru separuh jalan menjalani musim keduanya di tim Primavera, berhasil mencetak delapan gol dan lima asis dalam 12 penampilan di semua ajang.
Hal tersebut tentunya turut menjadi tolok ukur keputusan Stefano Pioli menyertakannya dalam tim utama Milan.
Namun publik jangan terburu-buru menaruh harapan padanya. Beban nama keluarga yang kini ada di kedua bahunya sudah cukup berat dirasakan, belum lagi Serie A yang tak ramah pada para anak legenda.
Ekspektasi itulah yang terjadi pada beberapa nama anak legenda yang pernah dan sedang menghiasi panggung Serie A.
Justin Kluivert mungkin jadi salah satu nama anak legenda yang berhasil sintas di kerasnya Serie A, meski sejak didatangkan dari Ajax Amsterdam awal musim lalu namanya belum bisa dianggap bagian penting Serigala Roma. Raihan tujuh gol dan 10 asis dalam 57 penampilan secara keseluruhan terbilang cukup baik.
Musim ini pemain berdarah Suriname tersebut sudah bermain dalam 22 pertandingan, mencetak lima gol dan dua asis di semua ajang bersama I Giallorossi. Namun, Justin yang kerap bermain sejak menit pertama hanya ikut andil dalam 9 persen gol-gol Roma.
Ini menjadi bukti bahwa pemain berusia 20 tahun tersebut masih harus membuktikan diri untuk benar-benar menjadi bagian penting AS Roma.
Selain Justin, nasib serupa juga dialami Federico Chiesa di Fiorentina yang baru mengemas tiga gol dan empat asis. Padahal ia hampir selalu diturunkan di setiap giornata.
Sejatinya Justin dan Rico harus menikmati sepak bola sebaik-baiknya di masa muda mereka, karena jika terlalu termakan ekspektasi yang diberikan media, suporter dan lainnya, karena keistimewaan nama keluarga, siap-siap karier yang dititi sedemikian rupa bisa rusak di kemudian hari.
Selain Kluivert dan Chiesa masih ada beberapa nama lainnya seperti Ianis Hagi dan Giovanni Simeone yang pernah berseragam Fiorentina, atau Simone Ganz, putra Maurizio Ganz, yang kini bermain untuk tim yang dimiliki pengusaha asal Indonesia, Como 1907.
Simone yang berangkat dari tim junior Milan sempat bermain untuk Hellas Verona, Pescara, dan Juventus sedangkan Giovanni kini dipinjamkan ke Bologna. Ianis malah sudah lebih dulu meninggalkan Serie A, setelah hanya bermain dua kali di tim utama La Viola tanpa menjaringkan satu pun gol.
Reformasi Milan dan masa depan Daniel Maldini
Daniel Maldini sudah melakoni debutnya pekan lalu, dan langkah berikutnya adalah mempertahankan eksistensinya di AC Milan. Namun, upaya itu tidak akan mudah lantaran ia harus bersaing dengan nama-nama senior di posisinya.
Lucas Paqueta, Hakan Calhanoglu, Samu Castillejo hingga Ante Rebic adalah rekan sekaligus kompetitor bagi Daniel Maldini untuk memperebutkan satu posisi di lini depan I Rossoneri.
Senin (10/2) dini hari Milan akan menghadapi Inter dalam Derby della Madonnina. Menarik ditunggu akankah lanjutan kisah Daniel Maldini menjadi lebih indah di laga tersebut?
Ia masuk ke lapangan di menit-menit akhir dan mencetak gol pencuri tiga poin, setelah mendapat bola muntah dari Zlatan Ibrahimovic. Aaahhh… mimpi yang indah bukan, Milanisti?
BACA JUGA: AC Milan Bangkit Bermodal Pemain Cadangan