Southeast Asia

JDT dan JDT II Lahir dari Rahim yang Berbeda

Manuver transfer Johor Darul Ta’zim II (JDT II) cukup menyita atensi pencinta sepak bola Tanah Air bulan ini. Sebab, klub Malaysia tersebut baru saja mendatangkan dua eks pemain Liga 1, yakni Fernando Rodriguez dan Kei Hirose.

Beberapa orang menyebut JDT II merupakan tim reserve dari JDT, dan fakta itu tidak salah. Tapi kalau menyebut JDT II adalah tim bentukan JDT, pendapat itu kurang tepat.

JDT dan JDT II lahir dari rahim yang berbeda. JDT II dulunya adalah klub yang berdiri sendiri, bernama Johor FA yang didirikan tahun 1955. Johor FA sendiri termasuk klub lawas di sepak bola Malaysia, setelah Selangor FA dan Kedah FA.

Kejayaan sempat diraih Johor FA di tahun 1980-an. Di bawah arahan Datuk Suleiman Mohd Noor yang menjabat presiden klub dan manajer, Johor FA sukses merengkuh Piala Razak 1983, Piala Malaysia 1985, dan Piala Sultan Haji Ahmad Shah (sekarang bernama Piala Sumbangsih) di tahun 1986.

Kehebatan Johor FA pun masih berlanjut saat Liga Malaysia memasuki masa semi-pro di tahun 1989. Johor FA menjadi tim Malaysia pertama yang mengawinkan Piala Liga dengan Piala Malaysia, di tahun 1991. Akan tetapi, setahun kemudian nasib Johor FA langsung berbalik 180 derajat.

BACA JUGA: Pertemuan Semu Johor Darul Ta’zim dan Persija Jakarta

Johor FA hanya sanggup finis di peringkat 7 musim 1992, dan selama lima tahun berikutnya mereka paceklik trofi. Baru di musim 1998 Johor FA pecah telur dengan menjuarai Piala FA pertamanya, dan musim berikutnya meraih tiket promosi ke kasta tertinggi. Saat itu bernama Premier One League.

Nasib Johor FA di Premier One League tidak bagus. Mereka hanya bertahan dua musim di sana, dan tahun 2001 terdegradasi ke Premier Two League. Singkat cerita, peruntungan Johor FA mulai berubah di musim 2006/2007, ketika mereka mendapat suntikan dana dari perusahaan Pasir Gudang.

Johor FA berganti nama jadi Johor PBT Pasir Gudang (atau diringkas jadi Johor Pasir Gudang) mengikuti nama sponsor, dan perubahan nama ini direstui FAM pada 9 Januari 2007. Walau sempat terjadi pertentangan, karena dalam perubahan nama itu Johor FA harus merger dengan Pasir Gudang FC, tapi pihak Johor Pasir Gudang tetap bergeming.

Hingga akhirnya, Tunku Ismail Idris datang dengan proposal rebranding-nya pada 2013, menawarkan Johor Pasir Gudang untuk menjadi tim reserve Johor Darul Ta’zim. Sejak itulah namanya berubah jadi JDT II, dan tetap berkompetisi di kasta kedua Liga Malaysia.

Dengan demikian, FAM mengizinkan JDT dan JDT II melakukan perpindahan pemain di antara keduanya dalam satu musim, tanpa harus menunggu bursa transfer dibuka. Pemain JDT II boleh dipromosikan ke JDT kapanpun, begitu juga dengan pemain JDT yang harus rela diturunkan di JDT II kapan saja.

BACA JUGA: Klub-Klub Asia Tenggara dengan Pencapaian Terbaik di Kompetisi Level Asia

merekrut Roberto Carlos Mario Gomez

Beda cerita dengan JDT

Sementara itu, Johor Darul Ta’zim (JDT) yang kita kenal sekarang, dulunya bernama PKENJ FC yang didirikan tahun 1972. Tahun 1996 klub itu berubah nama jadi Johor FC, setelah diakuisisi oleh perusahaan Johor yang didanai negara.

Johor FC memulai perjuangannya dari bawah. Mereka mendapat tiket promosi ke Liga Perdana 2 (divisi dua Liga Malaysia) tahun 1998, dan tahun 2001 promosi ke Liga Perdana 1. Akan tetapi, setelah dua musim berlaga di kasta tertinggi, Johor FC harus kembali turun ke kasta kedua, yang sudah berganti nama ke Liga Premier.

Menariknya, nasib baik juga sempat menaungi Johor FC. Musim 2006/2007 mereka mendapat tiket promosi gratisan ke Malaysia Super League, lantaran FAM mengekspansi jumlah kontestan MSL menjadi 13 klub, dari yang sebelumnya hanya delapan. Ada lima klub Malaysia Premier League yang dipromosikan, salah satunya Johor FC.

Pergantian nama ke Johor Darul Ta’zim dimulai di tahun 2012. Tunku Ismail Idris adalah sosok penting di balik transformasi ini, yang kelak menjadi awal mula dominasi JDT di Liga Malaysia, dan prestasi di kancah Asia.

BACA JUGA: Klub-Klub yang Tergolong Baru di Asia Tenggara yang Meraih Sukses

Akhir musim 2012, sepak bola Johor berada di titik nadir. Semua klub asal Johor ambruk, tidak ada yang bagus performanya. Johor FC hampir degradasi dari MSL, kemudian Johor FA, Johor Bahru FC, dan Muar FC, babak belur di MPL.

Kemudian, Tunku Ismail Idris yang baru beberapa bulan menjabat presiden di federasi sepak bola Johor, memiliki gagasan untuk menyatukan klub-klub Johor dalam satu komando. Ini dilakukan agar klub-klub Johor bisa lebih kuat di rimba sepak bola Malaysia, dan agar sumber daya sepak bola Johor saling terintegrasi.

Idenya dimulai dengan menyingkirkan Johor Bahru FC dan Muar FC, lalu menyatukan Johor FC dengan Johor FA.

Dari momen itulah lahir Johor Darul Ta’zim yang cikal bakalnya dari Johor FC, dan Johor Darul Ta’zim II dari Johor FA. Mereka berkompetisi di kastanya masing-masing. JDT di MSL, dan JDT II di MPL.

Setelah itu, JDT semakin berkembang. Selain JDT II, di bawahnya ada JDT III untuk tim U-21 dan berkompetisi di Piala Presiden Malaysia, serta JDT IV untuk tim U-19 yang bermain di Piala Belia, nama kompetisi junior di Malaysia.