Cerita

Profesionalitas Johor Darul Ta’zim yang Jadikan Mereka sebagai Klub Dominan di Malaysia

Liga Super Malaysia boleh dikatakan sebagai liga sepak bola yang paling membosankan di Asia Tenggara beberapa tahun belakangan ini. Seperti layaknya Bundesliga di Jerman, hanya ada satu klub yang mendominasi liga selama beberapa tahun, tepatnya empat tahun belakangan. Adalah Johor Darul Ta’zim (JDT), klub yang berbasis di Johor Bahru, yang menjadi ‘tersangka’ atas membosankannya Liga Super Malaysia.

Ya, dalam empat tahun terakhir (2014-2017) Liga Super Malaysia berjalan, JDT selalu finis di puncak klasemen dan menjadi juara. Klub-klub yang dahulu sempat dominan seperti Selangor FA, Pahang FA, dan Kedah FA, tak mampu mematahkan dominasi JDT dalam beberapa tahun belakangan. Menariknya, trofi liga yang didapatkan oleh JDT adalah trofi pertama yang mereka dapatkan semenjak berdiri dari tahun 1972 lalu.

Ya, JDT pada awal mula mereka berdiri bukanlah klub papan atas di Liga Super Malaysia. Jangankan papan atas, dianggap bersaing secara kompetitif pun tidak. Pada awalnya ketika dibentuk di tahun 1972 lalu, JDT dinamakan PKENJ FC. Di tahun 1996, PKENJ berubah nama menjadi Johor FC. Johor FC sempat terdegradasi ke kasta kedua Liga Malaysia, sebelum akhirnya promosi kembali di tahun 2006.

Akuisisi oleh HRH Tunku Ismail Sultan Ibrahim, Putra Mahkota Johor, di tahun 2012 lalu mengubah segalanya. Johor FC yang kala itu tengah terpuruk, akhirnya diubah kembali namanya di akhir tahun oleh sang pemilik anyar dengan nama Johor Darul Ta’zim. Memasuki awal tahun 2013, JDT mengawali dominasi mereka di Liga Super Malaysia.

Sebagai Putra Mahkota Johor, Tunku Ismail tentunya ingin meilihat klub yang merepresentasikan daerahnya mampu berjaya dan membanggakan Johor. Berangkat dari situ, ia pun menyuntikkan dana yang begitu besar untuk JDT. Pemain-pemain dengan profil besar serta kualitas papan atas pun didatangkan, baik dari luar negeri semisal Daniel Guiza, mantan penyerang timnas Spanyol, atau yang lokal seperti Safee Sali, penyerang legendaris Malaysia. Stadion Larkin yang menjadi markas JDT pun direnovasi dan menjadi salah satu stadion terbaik dari sudut pandang fasilitas di Asia Tenggara.

Dana besar yang disediakan oleh Tunku Ismail tak bisa dipungkiri memegang faktor besar dalam kesuksesan JDT. Setelah perombakan besar-besaran dilakukan, mereka berhasil menjuarai Liga Super Malaysia dari tahun 2014 hingga 2017, menjadi klub pertama yang memnjadi juara Liga Super Malaysia selama empat kali berturut-turut. Tak hanya itu, mereka juga mampu membanggakan publik Malaysia dengan menjuarai Piala AFC 2015, dan menjadi klub Malaysia pertama yang menjuarai turnamen level regional.

Meskipun begitu, menurut penuturan chief editor Football Tribe Malaysia, Keesh Sundaresanan, profesionalitas dalam cara mengelola klub lah yang menjadi kunci utama kesuksesan JDT, hingga menjadi sisi yang dominan di Malaysia dalam beberapa tahun terakhir. Uang yang disuntikkan oleh Tunku Ismail memang memberi kesuksesan yang instan, namun, apa yang terjadi sebenarnya lebih dari itu.

JDT berhasil menaruh fondasi yang kokoh untuk kesuksesan mereka selama beberapa tahun kedepan setelah mereka berhasil meraih trofi pertamanya. Tak hanya membeli pemain-pemain yang berkualitas, namun pengelola JDT juga tak melupakan hal-hal yang fundamental.

Hal fundamental pertama yang telah diperbaiki oleh Tunku Ismail setelah akuisisi adalah fasilitas latihan. Berdasarkan perkataan Keesh, mereka memiliki fasilitas latihan level dunia dengan dua lapangan, terbuka dan tertutup. Lebih dari itu, mereka juga memiliki perlengkapan kebugaran yang menyokong kualitas pemain di atas lapangan, seperti salah satu contohnya adalah treadmill anti-gravitasi yang tergolong mahal namun begitu efektif. Ditambah dengan fasilitas di Stadion Larkin yang sudah kelas dunia, dengan adanya fasilitas latihan yang begitu baik tentunya memudahkan staf pelatih untuk mengeluarkan kemampuan terbaik dari para pemainnya.

Tak hanya melulu soal fasilitas, mereka juga paham tentang betapa pentingnya pengelolaan pemain dengan profesional. Inilah hal fundamental kedua yang mampu mereka lakukan dengan baik. Semua pemain digaji dengan layak, tanpa ada penunggakan atau pembayaran upah yang terlambat. Hal fundamental ini memastikan pemain yang bermain bagi JDT memiliki mood yang baik ketika bertanding.

Karena adanya level profesionalitas tinggi yang dilakukan oleh pengelola klub, JDT tentunya mudah untuk menggaet pemain bintang, selain tentu karena dana yang mereka miliki begitu besar. Guiza dan Safee disusul oleh pemain-pemain berkualitas lainnya seperti Safiq Rahim, Safawi Rashid, Natxo Insa, Luciano Figueroa, hingga Jorge Pereyra Diaz.

Tak hanya pemain, mereka juga menggaet pelatih kepala seperti Mario Gomez, yang kini menjabat sebagai pelatih Persib Bandung, dan kini Raul Longhi, yang sempat menjabat sebagai asisten pelatih di Villareal dan Getafe. Pemain dan pelatih papan atas tentunya ingin bermain bagi Harimau Selatan karena mereka mampu memberikan jaminan akan gaji dan fasilitas tinggi.

Dengan uang yang banyak untuk membeli pemain, bukan berarti JDT melupakan pengembangan pemain mudanya. Alih-alih, Harimau Selatan memiliki sistem pengembangan pemain muda yang terbaik, tak hanya di Malaysia namun juga di Asia Tenggara. Tunku Ismail memutuskan untuk membangun akademi sepak bola di Johor, sekaligus membuat fasilitas latihan dan pengembangan pemain di Spanyol. Tak hanya itu, mereka juga menjalin kerja sama dengan klub-klub luar negeri seperti Consadole Saporro, Valencia, dan Borussia Dortmund.

Di satu sisi, Tunku Ismail memang gemar melakukan intervensi terhadap kebijakan klub, mulai dari transfer hingga taktik. Salah satu penyebab mengapa Mario Gomez mundur meskipun ia terbilang sebagai pelatih tersukses JDT adalah perbedaan pendapat menyoal taktik yang dengan Tunku Ismail.

Meskipun begitu, secara keseluruhan, masuknya Tunku Ismail mampu memberikan perubahan yang sangat positif bagi lawan Persija Jakarta di Piala AFC 2018 ini. Satu hal yang berhasil ia tanamkan adalah level profesionalitas yang tinggi, dan itulah yang menjadi alasan utama mengapa JDT begitu sukses dan dominan di Malaysia saat ini.

Author: Ganesha Arif Lesmana (@ganesharif)
Penggemar sepak bola dan basket