Cerita

Pertemuan Semu Johor Darul Ta’zim dan Persija Jakarta

Persija Jakarta berhasil mengalahkan Johor Darul Ta’zim (JDT) dengan skor telak 4-0 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, dalam lanjutan penyisihan grup Piala AFC 2018 tadi malam. Sebuah hasil yang sangat membanggakan sepak bola Indonesia tentu saja, tapi menyisakan sedikit ketidakpuasan, karena JDT menurunkan tim lapis keduanya.

Dari sebelas starter yang diturunkan Raul Longhi semalam, hanya dua pemain inti yang bermain yaitu Aidil Zafuan dan Hariss Harun. Tak ada nama-nama pemain top JDT seperti Safiq Rahim, Natxo Insa, Safawi Rasid, Gonzalo Cabrera, dan La’Vere Corbin-Ong. Bahkan kiper JDT, Izham Tarmizi, tidak bisa dikatakan pemain inti karena sering dipasang bergantian dengan Farizal Marlias.

Menurut chief editor Football Tribe Malaysia, Keesh Sundaresanan, keputusan ini dilakukan JDT karena akhir pekan nanti ada laga akbar di Liga Super Malaysia menjamu PKNS FC. Calon lawan JDT tersebut musim ini sangat kuat, dengan menempati peringkat ketiga klasemen dan hanya berselisih dua poin dengan JDT di pucuk klasemen.

Jadwal berat ini membuat Raul Longhi harus memutar otak untuk menyusun skuatnya demi mendapat hasil terbaik di dua laga penting tersebut. Namun dengan sangat mengejutkan, keputusan yang diambil adalah menurunkan tim cadangan saat bertandang ke markas Persija, demi mendapatkan kebugaran maksimal ketika bersua PKNS.

Raul Longhi bahkan memakai formasi 5-4-1 sejak awal laga. Melihat formasi dan susunan pemainnya, ada indikasi bahwa JDT coba mempraktekkan skema parkir bus untuk meredam agresivitas Persija, dan berharap dapat mencuri satu poin dari lawatannya ke Jakarta. Sebuah perjudian yang terbukti gagal total.

Pertandingan semalam merupakan kali pertama JDT memainkan pola lima bek musim ini. Koordinasi antarlini sangat buruk, lini belakang kerap kecolongan, lini tengah tidak mampu meredam serangan Persija, kemudian Darren Lok yang dipasang sebagai penyerang tunggal, otomatis terisolasi di depan.

Performa JDT sempat membaik saat Safiq Rahim dan Azrif Nasrulhaq masuk setelah turun minum, disusul Hazwan Bakri 20 menit kemudian. Akan tetapi, dengan skor yang saat itu sudah tertinggal tiga gol tanpa balas, membuat JDT tak bisa berbuat banyak. Mereka hanya bisa mencoba tidak kebobolan lagi, sembari melakukan serangan balik.

Ulangan pertemuan pertama

Apa yang dilakukan JDT ini mengingatkan kita pada keputusan Stefano Cugurra menurunkan tim lapis kedua Persija di pertemuan pertama melawan JDT. Saat itu Persija menyimpan tim terbaiknya untuk Piala Presiden, dan hasilnya mereka kalah telak 0-3 di Johor.

Performa Persija saat itu juga tak kalah memalukan dari JDT semalam. Selain terlihat tanpa perlawanan berarti, juga diperparah dengan gagalnya Bambang Pamungkas mencetak gol, padahal sudah berhadapan dengan gawang kosong.

Ini berarti, dalam dua pertemuan Persija dengan JDT musim ini, tak ada satupun laga yang benar-benar mempertemukan keduanya. Tak ada satupun pertandingan yang menyajikan sebelas pemain terbaik setiap tim saling beradu di atas lapangan hijau.

Tak ada aksi-aksi duo Safiq Rahim dan Natxo Insa beradu menghadapi trio Rohit Chand, Ramdani Lestaluhu, dan Sandi Sute. Tak ada adu kecepatan antara Riko Simanjuntak dan Corbin-Ong. Juga tak ada momen pertarungan Rezaldi Hehanussa dengan Safawi Rasid, dua wonderkid Asia Tenggara saat ini.

Sangat disayangkan, karena JDT dan Persija adalah salah dua klub terbesar di Asia Tenggara. Sangat disayangkan, karena pertemuan mereka seharusnya bisa menjadi miniatur pertandingan Indonesia melawan Malaysia, yang memiliki sejarah rivalitas panjang di Asia Tenggara.