Suara Pembaca

Kebangkitan Chris Smalling di Tanah Gladiator

Hadirnya Harry Maguire ke dalam skuat Manchester United pada bursa transfer musim panas 2019 membuat lini belakang The Red Devils semakin padat.

Setidaknya ada enam bek tengah senior di skuat MU, ditambah kepulangan bek muda Axel Tuanzebe dari Aston Villa. Hal ini tentu mengancam menit bermain bek-bek lama MU, salah satunya Chris Smalling. 

Meskipun sudah 9 tahun memperkuat MU, posisi Smalling tidaklah aman. Menurunnya performa sepanjang musim 2018/2019 membuat posisinya rawan tergusur. Ia dianggap sering membuat blunder, bahkan dikambinghitamkan sebagai penyebab kegagalan Setan Merah lolos ke Liga Champions akibat gol bunuh dirinya pada laga melawan Wolves, 3 April 2019, yang berakhir dengan kekalahan 1-2.

Pada Juni 2019 seorang fan MU bahkan membuat petisi untuk meminta MU menyingkirkan Smalling, serta Ashley Young dan Phil Jones, akibat performa yang buruk. Petisi tersebut hingga kini telah ditandatangani setidaknya 10 ribu orang.  

Smalling akhirnya dilepas ke AS Roma dengan status pemain pinjaman hingga akhir musim 2019/2020. Ia sendiri menyambut kepindahan ini dengan antusias. Dalam sebuah wawancara ia mengaku bisa saja mengambil keputusan mudah dengan bertahan di MU, tapi dirinya ingin meningkatkan kualitas dengan mencari pengalaman dan petualangan baru.

Keputusan Roma meminjam Smalling sempat mengundang keraguan, apa lagi mengingat Roma punya pengalaman kurang menyenangkan saat mendatangkan bek Inggris. Ashley Cole, yang direkrut dari Chelsea pada Juli 2014. Cole gagal beradaptasi dengan baik, sehingga hanya tampil 11 kali di Serie A sebelum akhirnya hengkang ke LA Galaxy pada Januari 2016.

Baca juga: Ode untuk Erling Håland

Bangkit usai kalah dalam debut

Didatangkan seusai pekan pertama Serie A, Smalling baru mencicipi debutnya pada pekan kelima saat I Giallorossi menjamu Atalanta di Olimpico. Debut sang bek yang juga seorang vegan ini berakhir muram karena dalam laga tersebut Roma takluk 0-2 dari Atalanta, yang menjadi kekalahan pertama mereka di Serie A musim ini. Meski demikian, Smalling sebenarnya tampil bagus. Ia mencatat empat tekel sukses dan akurasi operan 92 persen. 

Kekalahan dalam laga debut di tim barunya ternyata tidak menyurutkan semangat Smalling. Bak gladiator yang terjungkal, Smalling bangkit.

Sejak laga melawan Atalanta, sang bek Inggris justru berhasil menyegel satu tempat di lini belakang Roma, menggusur Federico Fazio yang musim lalu menjadi andalan. Fazio kini harus rela bergantian tampil dengan Gianluca Mancini untuk menjadi partner Smalling di lini belakang Roma.

Smalling tampil penuh dalam 5 laga berikutnya di Serie A dan membawa Roma tak terkalahkan dengan catatan 3 menang dan 2 imbang, serta hanya kebobolan 2 gol. Pada Kamis (31/10) dini hari, ia  bahkan membawa timnya menaklukkan tuan rumah Udinese 4 gol tanpa balas, meski Roma bermain dengan sepuluh pemain sejak menit ke-31 akibat kartu merah Federico Fazio.

Mantan bek Fulham ini juga mencetak gol kedua Roma melalui situasi tendangan sudut, yang merupakan gol pertamanya bagi tim barunya ini.

Baca juga: Menanti Debut Thiago Motta dan Formasi 2-7-2

Adaptasi menjadi kunci

Salah satu kunci keberhasilan Smalling di Roma adalah besarnya kepercayaan dari manajer Paulo Fonseca. Dalam percakapan telepon sebelum bergabung ke Roma, Fonseca menyebut menyukai bentuk permainan Smalling dan sangat berharap sang bek Inggris mau bermain dalam tim asuhannya. 

Keberadaan keluarganya di Roma juga memudahkan adaptasi Smalling terhadap kehidupan di ibu kota Italia itu. Ia juga mampu beradaptasi dengan perubahan pola permainan yang dihadapinya.

Smalling menyebut di Inggris ia sering berhadapan dengan tim yang hanya memainkan satu striker, sedangkan di Italia tim-tim bermain dengan dua striker. Namun ia justru mengklaim hal itu sebagai tantangan baru yang sangat dinikmatinya.

Moncernya penampilan Smalling menggoda Roma untuk mempermanenkannya pada bursa Januari nanti. Namun keinginan ini menemui hambatan karena klausul peminjaman Smalling tidak melibatkan opsi pembelian permanen. Mereka harus membuka negosiasi dengan MU yang dikabarkan tertarik menggunakan kembali tenaga Smalling musim depan setelah melihat performanya di Italia sejauh ini. 

Smalling sendiri berharap penampilan bagusnya di Roma akan memicu Gareth Southgate untuk kembali memanggilnya ke timnas Inggris, setelah terakhir kali memperkuat The Three Lions pada Juni 2017. Jika ia bisa mempertahankan performanya saat ini, bukan mustahil hal itu terjadi.

Menarik ditunggu apakah Southgate akan memanggilnya untuk memperkuat Inggris dalam kualifikasi Piala Eropa 2020 melawan Montenegro dan Kosovo pada 15 dan 18 November, hanya seminggu sebelum Smalling merayakan ulang tahun ke-30 pada 22 November nanti. 

 

*Penulis adalah seorang editor buku dan penikmat sepak bola, baik di halaman komik maupun lapangan hijau sungguhan. Bisa ditemui di akun Twitter @ananggabayu