Cerita

Ode untuk Erling Håland

Rabu (6/11) dini hari tadi striker muda Erling Håland kembali unjuk gigi meski gagal menang bersama Red Bull Salzburg. Namun sebuah ode untuk dirinya layak dikumandangkan, terlebih sang pemain mampu memecahkan rekor pemain muda yang mencetak gol terbanyak di ajang kontinental tersebut.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ode berarti sajak atau lirik yang digunakan untuk menyatakan pujian terhadap seseorang, benda, peristiwa yang dimuliakan. Wajar penyerang berusia 19 tahun tersebut layak diberikan sebuah ode, sebab hingga matchday keempat Liga Champions ia sudah mengemas tujuh gol, dan itu baru tercipta di babak grup saja.

Håland yang kini menjadi top skor sementara Liga Champions (bersama winger Dinamo Zagreb, Mislav Oršić) melewati pencapaian dua penyerang muda lainnya, Raul Gonzalez dan Kylian Mbappe, sebagai pemain muda yang mencetak gol terbanyak di satu musim Liga Champions. Baik Raul dan Mbappe keduanya hanya mampu menjaringkan enam gol saja.

Tak berhenti sampai di situ, golnya ke gawang Alex Meret lewat tendangan penalti di menit ke-11 menjadikan dirinya pemain keempat yang selalu mencetak gol dalam empat pertandingan perdana di Liga Champions. Sebelum Håland sudah ada nama Ze Carlos, Diego Costa, dan Alessandro Del Piero yang menorehkan prestasi ini.

Sayangnya, Håland yang baru resmi bergabung dengan Red Bull Salzburg awal Januari ini kemungkinan besar akan mengakhiri petualangannya di Liga Champions lebih cepat.

Baca juga: 5 Kandidat Pengganti Niko Kovac di Allianz Arena

Pasalnya hasil seri yang diraih anak asuh Jesse March dini hari tadi membuat mereka kini bertengger di posisi ketiga dengan empat poin di grup E, sementara Liverpool (peringkat pertama, 9 poin) dan Napoli (peringkat kedua, 8 poin) berpeluang besar melangkah ke fase gugur.

Namun bukan berarti kegemilangannya di Eropa akan berakhir. Bersama klub asal Austria tersebut, Håland harus mengamankan posisi ketiga agar lanjut berlaga di babak 32 besar Liga Europa. Bahkan bukan tidak mungkin dengan kualitas pesaing yang jauh lebih mudah, ode untuk Erling Håland akan semakin nyaring terdengar.

Merah-Biru Manchester untuk The Manchild dan upaya lewati rekor Ada Hegerberg

Namun jauh sebelum ode untuk Erling Håland terdengar di kompetisi antarklub Eropa, seluruh mata telah memandang talenta fantastis The Manchild di ajang Piala Dunia U-20 di Polandia beberapa bulan lalu. Penyerang bertinggi 194 sentimeter ini mencetak sembilan gol saat Norwegia menggasak Honduras 12-0. Berbekal satu pertandingan saja, Håland berhasil menahbiskan dirinya menjadi top skor turnamen.

Håland muda yang juga menggemari golf, atletik, dan bola tangan pada 2006 memutuskan untuk fokus menekuni sepak bola, mengikuti jejak sang ayah, Alf-Inge Håland, di klub tempat kelahirannya, Bryne, kendati sang pemain lahir di Inggris tepatnya di kota Leeds. Sang ayah yang bermain untuk Leeds pada waktu itu pun membuat Håland muda tumbuh sebagai fans Leeds United.

Kepada surat kabar lokal, Aftenposten, ia bahkan sempat mengatakan bahwa dirinya memiliki mimpi untuk menjuarai Liga Primer Inggris bersama The Peacocks suatu hari nanti. Namun tawaran untuk bermain di liga paling elite sejagad itu justru datang dari sudut kota Manchester. Sejak bursa transfer musim lalu, Ole Gunnar Solskjær memang ingin memboyong mantan anak asuhnya di Molde itu.

Baca juga: Meracik Setan Merah dengan Pemuda ‘Kinyis-Kinyis’

Namun rencana tersebut nampaknya akan sulit bagi The Red Devils, karena pihak Red Bull Salzsburg mematok harga 100 juta euro kepada siapa saja yang ingin meminang Håland. Kontraknya di Salzburg bahkan baru berakhir lima tahun mendatang sejak didatangkan dari Molde.

Selain itu Håland mungkin tak akan mendapat restu sang ayah yang sempat membela Manchester City selama tiga musim. Bukan urusan sepele memang, tapi Håland senior punya cerita buruk saat melawan Manchester United dan harus menepi dari sepak bola selama 8 bulan usai mendapat tekel keras dari Roy Keane yang hampir membunuh kariernya.

Tapi dari pada berandai-andai membela sisi merah atau biru Manchester ataupun Leeds United suatu hari nanti, Håland harus fokus menjaga asa agar posisi Red Bull Salzsburg tak digeser wakil Belgia, KRC Genk, di klasemen Grup E Liga Champions. Kedua klub hanya berjarak tiga poin dan akan bertemu di matchday kelima beberapa waktu mendatang.

Maka satu-satunya cara agar tetap punya kans bermain di babak 32 besar Liga Europa dan agar ode untuk Erling Håland terus berkumandang di langit Eropa, adalah terus mencetak gol sebanyak mungkin dan mengikuti jejak seniornya, Ada Hegerberg. Meski berada di “dunia berbeda” Ada merupakan top skor dua kali Liga Champions Wanita dan berhasil mengantarkan Lyon menjadi juara ajang tersebut empat kali berturut-turut.

Baca Juga: Erling Haaland, di Antara Cinta kepada Sang Ayah dan Kesempatan Meningkatkan Karier

Rekor tertinggi penyerang berusia 24 tahun itu adalah 15 gol yang dicetak di musim 2017/2018. Sama seperti Håland, Ada pun kini tengah bersaing mengejar defisit satu gol dari tiga pemain yang menjadi top skor sementara Liga Champions Wanita.

Dengan usia yang masih belia, bukan tak mungkin Håland akan mengikuti kisah manis yang ditorehkan Ada di sepak bola Eropa. Bukan tak mungkin pula ode untuk Erling Håland akan semakin nyaring berkumandang di seluruh dunia ketika ia berhasil menyabet gelar Ballon d’Or seperti Ada.