Suara Pembaca

Meracik Setan Merah dengan Pemuda ‘Kinyis-Kinyis’

Camp Nou, 26 Mei 1999. Tempat keajaiban itu terjadi. Manchester United (MU) yang sepanjang pertandingan tertinggal dari Bayern Muenchen oleh gol cepat Mario Basler di menit ke 6, tiba-tiba didatangi Dewi Fortuna di 3 menit terakhir pertandingan.

Teddy Sheringham dan manajer MU saat ini, Ole Gunnar Solskjaer, sukses membalikkan keadaan dan membantu The Red Devils merebut trofi Liga Champions yang sebelumnya sudah sempat dipasangi badge dari Bayern Muenchen.

Trofi tersebut melengkapi pencapaian MU sebelumnya yaitu Liga Primer Inggris dan Piala FA di musim yang sama. Pencapaian yang dikenal masyarakat dengan nama “Treble Winners” dan belum dapat diulang oleh MU sampai saat ini.

20 tahun berlalu dari malam keajaiban tersebut, dan kondisi MU sekarang tidak bisa dibilang lebih baik dari tahun 1999. Bahkan oleh fans MU sendiri diakui kondisi sekarang sedang dalam periode kekelaman.

Kebijakan transfer dan pembinaan pemain muda sejak Sir Alex Ferguson pensiun, berubah dan itu menjadi salah satu hal menurunnya prestasi MU di samping andil dari pemilik MU sekarang yang lebih condong mementingkan keuntungan bisnis dibandingkan prestasi MU sekarang ini.

“Yang penting cuan, prestasi belakangan!” Begitu kira-kira yang ada di benak The Glazers saat ini.

Baca juga: 12 Murid Sir Alex Ferguson yang Mengikuti Jejak Sang Guru

Periode ini dimulai saat David Moyes meneruskan tongkat estafet dari Sir Alex. Memang Moyes tidak genap 1 tahun menukangi MU, tapi dengan mengganti hampir seluruh staf peninggalan Sir Alex, separuh roh MU sudah hilang. Ditambah beberapa transfer yang gagal terealisasikan.

Tidak heran para fans MU yang saat bursa transfer terbuai nama-nama incaran seperti Toni Kroos, Thiago Alcantara, Gareth Bale, bahkan Cristiano Ronaldo,  akhirnya harus gigit jari karena realisasinya hadir dalam wujud Marouane Fellaini, yang mungkin perlu ditambahkan skill baru di game PES yaitu martial arts.

Berlanjut saat tongkat estafet kepelatihan berpindah ke Louis van Gaal. Sang meneer bahkan menghilangkan separuh roh MU yang tersisa dengan melakukan cuci gudang pemain peninggalan Sir Alex saat itu. Rafael, Jonny Evans, Luis Nani, Javier ‘Chicharito’ Hernandez, dan Robin van Persie, adalah beberapa nama di antaranya.

Kalau penggantinya lebih oke sih tidak masalah. Apesnya para pengganti pemain tersebut kualitasnya juga tidak beda-beda jauh dari mereka.

Apakah Matteo Darmian lebih baik dari Rafael? Apakah Marcos Rojo lebih baik dari Jonny Evans? Bahkan jumlah gol Falcao yang dipinjam dan digaji mahal saja tidak lebih baik daripada Chicharito.

Memang van Gaal mendatangkan beberapa pemain yang membuat para fans terhibur walau sejenak, seperti Memphis Depay yang digadang-gadang akan menjadi the next CR7, Bastian Schweinsteiger yang sudah teruji di level klub dan internasional, Morgan Schneiderlin yang sudah teruji di level Liga Primer Inggris, Angel Di Maria, Luke Shaw, dan Ander Herrera yang lumayan punya reputasi di klub sebelumnya.

Tapi harapan tinggal harapan, para pemain tersebut tidak mampu memenuhi ekspektasi fans yang merindukan trofi Liga Primer Inggris. FYI, sudah 6 tahun Setan Merah puasa gelar dan kalau permasalahan ini tidak segera dibenahi, bisa jadi MU puasa gelar liga seperti Liverpool.

Di saat klub rival seperti Liverpool, Manchester City, dan Chelsea sudah berbenah juga punya pola sendiri (maaf, Arsenal) , lalu klub kuda hitam seperti Tottenham, Wolverhampton, dan Everton semakin berkembang setiap musimnya, MU justru seperti hilang arah dan asal beli pemain sambil berharap hasil yang instan.

Kini menyambut musim 2019/2020, Setan Merah yang ditukangi salah satu legendanya, Ole Gunnar Solskjaer, sedang berbenah untuk hasil yang lebih baik dari musim sebelumnya. Ole pun hanya menargetkan hasil yang lebih baik, bukan juara karena dia menyadari sulitnya membangun ulang tim yang sedang porak-poranda.

Sebenarnya menarik melihat geliat MU di bursa transfer kali ini, di mana Ole fokus mencari pemain muda potensial dan beraroma British dibandingkan bintang internasional dengan harga wow seperti yang dilakukan manajer-manajer MU sebelumnya.

Baca juga: Jual Saja Paul Pogba, Manchester United!

Sampai artikel ini ditulis, Daniel James dan Aaron Wan-Bissaka sudah berhasil didapatkan. Keduanya masih berusia 21 tahun. Yang 1 dari Wales, yang 1 dari Inggris. Incaran berikutnya pun masih dari Inggris dan berusia muda, Sean Longstaff. Nama yang mungkin waktu pertama kali muncul membuat fans mengerutkan dahi karena jarang terdengar.

Tapi justru di sinilah menariknya. Menunggu hasil racikan Ole dengan skuat MU yang lebih muda, segar, dan bermain ngotot demi klub. Bukan ngotot di sosmed semata (ya, kami membicarakanmu, Mr. Pogboom & Mr. Atta HaliLingard). Tidak heran beberapa fans MU sempat berpesan kepada pemain baru agar jangan terlalu banyak berkumpul dengan mereka. Lebih fokuslah pada pertandingan, bukannya pada unggahan alay di media sosial.

Menarik kita tunggu geliat MU di bursa transfer kali ini. Siapa sajakah pemain yang akhirnya berhasil direkrut dan bagaimana hasil akhirnya.

26 Mei 2019 lalu para legenda MU 1999 melakukan Charity Match dengan Bayern Muenchen 1999, dan sambutan para fans bahkan lebih hangat daripada skuat MU saat ini. Beberapa berkata para legenda MU yang sudah masuk ‘usia om-om’ bahkan lebih baik ketimbang tim Setan Merah saat ini yang umurnya masih ‘kinyis-kinyis’. 

Well, apapun itu, kami para Manchunian selalu berharap hasil terbaik dari MU, terlepas dari siapapun manajernya dan pemainnya. At least give us something to cheer up when we’re talking about our Man United. Glory Glory Man United!

 

*Penulis adalah Manchunian sejak 1998 yang berharap bisa berfoto bareng David Beckham di Old Trafford.