Cerita

Mana Hukuman untuk Aksi Pelemparan?

Entah sudah berapa waktu berlalu. Entah sudah berapa sidang Komisi Disiplin terlewati. Nyatanya untuk aksi pelemparan seolah masih luput dari hukuman.

Tahun ini kejadian serupa telah terjadi dua kali. Teror terhadap pemain dan anggota tim bahkan sudah sampai mengancam keselamatan. Bukan hanya kata-kata, teror juga berupa penyerangan secara langsung. Tidak tanggung-tanggung, bukan lagi kemasan air mineral, kini batu mereka lemparkan.

Kejadian pertama dialami Persija Jakarta. Usai official training jelang pertandingan leg 2 final Piala Indonesia di Stadion Andi Mattalatta, Makasssar, bus yang ditumpangi pemain dan seluruh anggota tim menerima serangan. Kaca sebelah kiri pecah tidak mampu menahan batu yang dilemparkan. Seorang ofisial tim terluka di sekitar mata, sedangkan beberapa pemain tergores serpihan kaca.

Kejadian tersebut sempat membuat final Piala Indonesia antara PSM Makassar dan Persija Jakarta tertunda. Meski demikian partai tersebut akhirnya terlaksana beberapa hari kemudian di tempat yang sama. Dengan tingkat pengaman yang ekstra tentunya.

Belum tuntas dengan kasus penyerangan pertama, hal serupa kembali terulang dan menimpa Persib Bandung. Kali ini pelemparan terjadi setelah Maung Bandung menahan imbang PS TIRA-Persikabo di kandangnya, Stadion Pakansari.

Dalam perjalanan menuju penginapan, di jalan yang sepi dan gelap, tiba-tiba saja lemparan batu menerobos kaca bagian kanan. Febri Hariyadi dan Omid Nazari menjadi korban. Terparah untuk Nazari, mantan gelandang Ceres-Negros FC itu menderita sembilan jahitan di wajahnya.

Baca juga: Dan Terjadi Lagi, Lemparan Batu yang Terulang Kembali

Menurut Nazari yang baru saja bergabung dan baru menjalani dua laga bersama Maung Bandung kala itu, kejadian yang menimpanya sangat tidak layak dalam sepak bola. Sudah seharusnya hal-hal serupa dijauhkan dari dunia sepak bola.

“Saya hanya ingin bermain bola, bermain bagus dan membuat penonton menikmati permainan. Saya tidak suka. Ini sangat tidak layak di sepak bola. Hal seperti ini harus dijauhkan dari dunia sepak bola,” tegas Nazari, melansir laman persib.co.id.

Kini waktu telah berlalu. Anehnya aksi-aksi yang telah terjadi seolah dibiarkan. Belum ada kabar yang menyebutkan telah dijatuhkan hukuman untuk pihak-pihak terkait. Padahal dalam Regulasi Liga 1 2019 terdapat pasal yang khusus membahas perihal ini. Tepatnya di Pasal 4 Regulasi Liga 1 2019.

Dalam pasal tersebut menyebutkan bahwa klub tuan rumah harus menjamin keamanan dan kenyamanan semua orang yang terlibat dalam pelaksanaan pertandingan. Bukan hanya saat pertandingan, tetapi sebelum dan sesudah pertandingan. Bukan hanya di stadion, bahkan hingga lapangan latihan dan hotel tempat klub tamu dan perangkat pertandingan menginap.

Hingga kini masih dinanti  tindakan tegas pihak-pihak terkait, entah itu oleh PSSI, operator liga, bahkan kepolisian. Karena bila terus dibiarkan, dikhawatirkan apa yang menimpa Persija Jakarta dan Persib Bandung akan terus berulang dan menimpa tim-tim lain.

Baca juga: Penalti di Laga Madura United vs Persib: Kebetulan atau Dipaksakan?

Bukan yang pertama dialami kedua tim

Bagi Persija Jakarta dan Persib Bandung, apa yang dialami tahun ini bukanlah yang pertama kali. Mereka sama-sama telah mengalami tragedi serupa sebelumnya. Macan Kemayoran telah mengalami di tahun 2011, sedangkan Maung Bandung merasakannya di tahun 2013.

18 Maret 2011, aksi pelemparan terhadap bus Persija membuat hampir seluruh bagian kacanya hancur berantakan. Aksi pelemparan tersebut terjadi pada saat iring-iringan rombongan Persija Jakarta memasuki Stadion Si Jalak Harupat, Soreang, Kabupaten Bandung.

Beruntungnya, sebelum kejadian, seluruh pemain klub ibu kota telah berpindah ke kendaraan taktis milik Polda Jawa Barat. Di dalam bus hanya menyisakan tiga orang ofisial tim yang akhirnya terluka ringan di bagian tangan akibat serpihan kaca.

Hal serupa dirasakan Persib Bandung saat tandang ke Jakarta, Sabtu (22/6/2013). Bus yang membawa rombongan tim Persib yang terdiri dari pemain dan ofisial diserang oleh sekelompok orang tidak dikenal dalam perjalanan menuju Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) untuk melaksanakan pertandingan melawan Persija Jakarta, pada kompetisi Indonesia Super League 2012/2013.

Baca juga: Hubungan Marko Simic dan Bosman Rules

Melansir laman persib.co.id, serangan terjadi pada pukul 13.45 WIB sesaat setelah meninggalkan penginapan. Bukan hanya batu, hingga bom molotov menghancurkan kaca-kaca bus dan melukai pemain serta anggota tim.

“Kejadian tidak terduga ini berlangsung di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, sesaat bus keluar dari pelataran parkir hotel Kartika Chandra. Tentu saja ini sangat mengejutkan bagi Persib, karena pihak panpel Persija sudah memberikan jaminan keamanan bagi tim itu untuk masuk dan keluar SUGBK. Serangan sporadis berupa pelemparan batu dan bom molotov, menghancurkan kaca bus bagian depan dan samping kiri, serta melukai pemain dan ofisial Persib.”

Dalam kondisi tidak ada kepastian dan jaminan keamanan dari panpel Persija, manajer Persib, H. Umuh Muchtar yang juga mengalami luka, memutuskan agar bus yang membawa mereka langsung kembali ke Bandung.

Sementara di Stadion Utama Gelora Bung Karno, panpel Persija dan Pengawas Pertandingan dari Liga Indonesia masih menggelar kick off walaupun Persib tidak hadir pada pertandingan tersebut.

Buntut dari kejadian tersebut Persija Jakarta dijatuhi hukuman denda Rp 50 juta dan hukuman berupa percobaan di lima pertandingan kandang. Komisi Disiplin menilai panitia pelaksana pertandingan Persija tidak mampu memberikan rasa aman kepada skuat Maung Bandung. Selain itu pihak Persija Jakarta diharuskan mengganti seluruh kerugian Persib Bandung selama di Jakarta.