Suara Pembaca

Penalti di Laga Madura United vs Persib: Kebetulan atau Dipaksakan?

Persib Bandung kembali menelan kekalahan dalam lanjutan Shopee Liga 1 2019 saat melawat ke kandang Madura United. Sempat unggul cepat lewat tendangan Febri “Bow” Hariyadi, pertandingan justru berakhir dengan keunggulan tim tuan rumah dengan skor 2-1. Persib kembali gagal menang di Madura. 

Setidaknya sudah 4 musim Persib tidak berjaya di Madura. Hal yang sebenarnya biasa ketika sebuah tim superior dalam laga kandang melawan satu tim. Tapi sepertinya untuk kasus Persib versus Madura United tidak sesederhana itu.

Ada hal unik di balik kemenangan Madura United atas Persib. Ada satu momen yang anehnya pasti terjadi setiap Persib bertandang ke Madura, yaitu gol penalti. Ya, selama 4 musim beruntun, Persib selalu dihukum penalti di Pulau Garam. 

Dimulai tahun 2016 dalam ajang ISC (Indonesia Soccer Championship) A, lewat gol Fabiano di menit 22 saat skor 0-0 (skor akhir 2-1). Kemudian di Gojek Traveloka Liga 1 2017, gol Peter Odemwingie pada menit 20 saat skor 0-0 (skor akhir 3-1).

Sial bagi Persib karena wasit juga menganulir 2 gol Maung Bandung dalam laga ini. Kemudian di Gojek Liga 1 2018, (lagi-lagi) penalti Fabiano Beltrame menjebol gawang Persib di menit 37 saat skor 0-0 (skor akhir 2-1). Terbaru yang masih hangat, di Shopee Liga 1 2019 eksekusi penalti Beto Goncalves di menit 64 saat skor 1-1 (skor akhir 2-1).

Kebetulan yang luar biasa. Apa ini memang kebetulan (yang dipaksakan) atau memang sudah sebuah aturan tetap (tak tertulis)?

Baca juga: Kisah Tiga Penalti Andriy Shevchenko

Tidak ada yang salah dengan gol penalti. Tapi kalau terjadi tiap tahun dengan lawan yang sama (Madura United), status (tandang ke Madura) yang sama, dalam kondisi yang sama (skor sedang imbang) haruskah kita percaya ini sebuah kebetulan?

Kalau semua penalti terjadi saat dipimpin oleh wasit yang sama, mungkin akan mudah melihat titik masalahnya. Tapi masalahnya wasit dalam empat musim ini berbeda.

Sebagai penikmat sepak bola, tentu kita harus mengerti bahwa dalam olahraga 11 lawan 11 ini ada menang ada kalah. Tapi ketika tim yang Anda dukung kalah melawan tim yang sama dengan cara yang sama selama 4 musim beruntun, tentu itu persoalan lain.

Sepak bola Indonesia masih jauh dari kata “waras”. Terlalu naif bila kita merasa tim yang kita dukung bersih 100 persen dari “permainan non-teknis”. Lalu semua orang tahu buruknya kualitas wasit Indonesia. Semua orang tahu betapa “sakitnya” federasi sepak bola Indonesia. Tapi membiarkan hal “ajaib” seperti kasus Persib Bandung vs Madura United terjadi setiap tahun adalah sebuah kemunduran. 

Baca juga: PSMP: Raja Penalti yang Ditaklukkan Penalti

Tapi mau berteriak sekeras apapun, mengeluarkan sumpah serapah sebanyak apa pun tidak akan mengubah hasil pertandingan apa lagi membuat pertandingan diulang. Tapi tidak salah jika kita terus menekan para pihak-pihak yang menjalankan sepak bola Indonesia untuk segera waras dan benahi kebobrokan sepak bola Indonesia. 

Beberapa hari yang lalu diumumkan kandidat petinggi-petinggi PSSI. Sedih karena masih banyak orang-orang jadul kembali ingin menjabat di PSSI. Ketika atlet sepak bola melakukan regenerasi, PSSI malah mempertahankan para “dinosaurus”. 

Sepak bola Indonesia kembali ke jalan yang benar dan bersih dari segala kecurangan adalah harapan semua pencinta sepak bola Indonesia.  Seperti harapan Indonesia masuk Piala Dunia. Sesuatu yang mungkin terjadi tapi tidak tahu kapan akan terjadi.

Kita sebagai pencinta sepak bola Indonesia tidak pernah berhenti berharap (dan bersabar). Tapi mohon maaf, sabar ada batasnya.

 

*Penulis adalah lulusan Ilmu Pemerintahan yang lebih tertarik pada drama dunia sepak bola dibanding janji-janji dunia politik. Seorang Bobotoh & fans Man. United. Bisa ditemui di akun Twitter @rgivanca