Liga 1 Putri 2019 segera memasuki seri 2. Sayangnya masih ada saja catatan noda-noda yang menghiasi seri pertama yang sebaiknya mampu dan harus dihilangkan di seri kedua nanti. Khususnya tentang seksisme yang masih terjadi.
Di stadion, alih-alih memberi dukungan sepenuhnya, kata-kata cantik, manis, hingga candaan mengenai bentuk tubuh wanita masih saja ada. Fokusnya belum sepenunya sepak bola. Masih saja ada yang menjadikan wanita sebagai daya tarik utama.
Terparah ketika spanduk bertuliskan “Purel Dolly” hadir jelang pertemuan Arema Putri dengan Persebaya Putri. Begitu juga hinaan “Maung Lonte” yang mengotori perjumpaan Persija Putri dan Persib Putri untuk pertama kali. Rivalitas di luar batas masing-masing klub terbawa hingga menodai sepak bola wanita yang mungkin sebenarnya tidak ada kaitan apa-apa.
Terlebih di media sosial. Komentar-komentar yang hadir serupa sampah bertebaran. Meski tidak semuanya, tapi komentar kotor dengan mudah dapat ditemui. Dari mulai candaan putih, besar, logo tim yang menjadi berbeda ketika dikenakan wanita, hingga ajakan bersetubuh pun ada.
Terlihat jelas kita belum benar-benar siap dengan kehadiran sepak bola wanita. Masih ada sebagian kita yang melihat sepak bola wanita belum sepenuhnya sepak bola.
Baca juga: Sepak Bola Wanita Bukan Tentang Wanitanya
Peran media tidak kalah penting. Sangat disayangkan ketika masih ada media yang menyuguhkan “bahan” seksisme itu sendiri. Kata-kata pesepak bola manis atau pesepak bola cantik bahkan disajikan sebagai judul utama. Padahal manis atau cantik jelas bukanlah tentang sepak bola.
Tanpa malu ada yang menyajikan menu pesepak bola wanita tanpa kaitan sedikit pun dengan sepak bola. Kesendirian si pesepak bola misalnya. Atau tentang keseharian dan perawatan tubuh serta rambut yang dilakukan.
Dari sekian banyak pesepak bola wanita yang berlaga di Liga 1 Putri 2019 tahun ini, lampu sorot panggung utama juga rasanya masih diarahkan pada nama yang itu-itu saja. Persija, Anggita, Zahra.
Rasanya sejauh ini kita belum sekalipun berbicara tentang Persipura Putri yang menyapu bersih seri pertama dengan kemenangan. Juga dengan rekor hanya sekali kemasukan dan perbandingan 10 kali memasukkan. Atau secara tidak terduga Persebaya Putri yang selalu kalah dalam 4 pertandingan.
Bahkan 7 gol milik top skor sementara, Mayang ZP, seolah tertutup bumbu-bumbu pemanis semata. Padahal akan menyenangkan bila kita membahas kehebatan Mayang yang juga tumpuan gol tim nasional. Mungkin belum banyak yang tahu bahwa andalan Persija Putri ini lahir dari sepak bola putri negeri tetangga, Malaysia.
Tumbuh dan bersinar bersama Selangor FA, wanita yang juga bekerja di Dispora ini pernah ditawari berpindah kewarganegaraan dan memperkuat tim nasonal Malaysia.
Tidak ada salahnya kita berbicara tentang pesepak bola manis dan cantik, asalkan fokusnya tetap sama, sepak bola itu sendiri. Ketika kita berbicara tentang Zahra, yang hadir adalah prestasi di dalam maupun di luar lapangan.
Seperti prestasi pemilik akun Instagram @zahmuz12 yang sempat trial di salah satu klub raksasa Swedia, Rosengard. Atau prestasi ketika ia telah berkuliah di salah satu perguruan tinggi swasta melalui program akselerasi, padahal anak-anak seusianya masih menjalani jenjang SMA.
Begitu juga tentang idola baru publik sepak bola Jakarta, Anggita Oktaviani. Selain kecantikan dan keramahannya, gadis berusia 20 tahun yang memang bercita-cita menjadi atlet profesional ini memiliki cerita lain. Seperti prestasinya di olahraga yang jauh dari sepak bola, atletik, dan voli. Juga awal perjalanan di futsal sebelum akhirnya melompat ke sepak bola.
Seblum seri 2 Liga 1 Putri 2019 dimulai, ada baiknya kita kembali bersiap diri. Bersiap memperlakukan sepak bola wanita sepenuhnya sepak bola.