Nasional

Tidak Pernah Mudah Jadi Pawang Macan Kemayoran

Julio Banuelos akhirnya mengalami hal serupa pendahulunya, Ivan Kolev. Julio secara resmi lengser dari jabatan pelatih kepala Persija Jakarta usai timnya kalah di kandang, Kamis (19/9) sore. Catatan mentereng milik pelatih asal Spanyol itu nyatanya tidak menjamin ia sukses menjadi pawang Macan Kemayoran.

Dalam jumpa media usai pertandingan, CEO Persija Jakarta, Ferri Paulus, menyatakan pihaknya telah mengambil keputusan untuk tidak lagi melanjutkan kerja pelatih Julio Banuelos dan asistennya, Eduardo Perez.

“Persija sudah memutuskan tidak melanjutkan kerja pelatih Julio dan Edu. Baru saja kita berkonsultasi dan berkomunikasi dengan kedua pelatih tersebut dengan hasil yang kurang baik dan juga sudah diberikan kesempatan dua kali. Mau tidak mau kita ambil keputusan tersebut,” ujar pria asal Manado.

Harapan sempat dibawa Julio Banuelos yang kenyang pengalaman menangani tim-tim Eropa. Baik sebagai manajer ataupun asisten manager. Alaves, APOEL, bahkan Leads United pernah menjadi persinggahan pelatih berusia 48 tahun tersebut.

Baca juga: Ketika JakMania Seolah Kehabisan Cara

Jakarta dan sepak bola Indonesia sendiri seharusnya tidaklah asing baginya. Sebelum dipinang klub kebanggaan Jakmania, ia telah lebih dulu berkenalan dengan sepak bola negeri ini ketika menjadi asisten Luis Milla di tim nasional.

Kedatangan pria Spanyol lengkap dengan asistennya diharapkan membawa perubahan setelah Ivan Kolev dirasa gagal total. Gagal mempertahankan gelar juara turnamen pra-musim, bahkan gagal di kancah Asia.

Nyatanya menangani klub sebesar Persija Jakarta tidaklah pernah mudah. Bukan hanya  untuk Kolev, tapi juga untuk Julio yang dirasa memiliki kelas lebih baik. Segala pengalamannya dan catatan dalam CV seolah tidak berarti lagi ketika harus mengarahkan pasukan Macan Kemayoran.

Dari 13 pertandingan di Shopee Liga 1 2019, Julio dan segala harapan besar yang menyertainya hanya berhasil meraih 3 kemenangan dan 4 kekalahan. Jumlah hasil seri menjadi yang terbanyak, 7 pertandingan. Julio yang dibebani mengangkat performa Andritany dan kawan-kawan jelas gagal melakukannya. Sang juara bertahan masih berkutat di papan bawah bahkan zona degradasi.

Baca juga: Bunda Temmy, Tentang Tribun Tanpa Asap di Jakarta

Yang paling menyakitkan tentu saja kekalahan di leg ke-2 final Piala Indonesia 2018/2019. Setelah lebih dulu unggul pada leg pertama di Jakarta, dengan segala drama semua berbalik di Stadion Andi Mattalatta.

Sebelum resmi diakhiri masa baktinya, Julio telah lebih dulu menerima kritik keras dari pendukung setia Persija Jakarta. Tidak hanya itu, kabarnya ultimatum telah diberikan. Seolah hanya menunda takdir, kemenangan atas PSIS Semarang tidak benar-benar membuatnya aman. Hanya jeda beberapa hari, semua diputuskan usai kembali kalah di pertandingan berikutnya.

Kini tugas kembali beralih. Coach Sudirman dan Ismed Sofyan telah ditunjuk menjadi pawang sementara Macan Kemayoran. Namun Ferri Paulus mewakili Persija tidak lupa mengucap terima kasih kepada Julio dan Edu yang banyak memberi warna baru dan pengenalan baru serta metode sepak bola modern.

“Persija mengucapkan terima kasih kepada Julio dan Edu di mana banyak warna baru dan pengenalan baru dan metode sepak bola yang kedua pelatih ini berikan,” ujarnya.