Brigata Curva Sud (BCS) merupakan salah satu komunitas supporter pendukung PSS Sleman yang tersebar di berbagai wilayah tidak hanya Sleman dan sekitarnya, namun juga seluruh Indonesia.
BCS yang pada awalnya muncul sebagai Ultras PSS, identik dengan atribut serba hitam serta menempati tribun selatan Stadion Maguwoharjo. Sejak awal keterbentukannya sebagai ultras, BCS kurang begitu dikenal. Hal ini dikarenakan BCS hanya memiliki sedikit anggota saja, ditambah dengan tim yang didukung pun saat itu dapat dikatakan ‘nyaris bangkrut’.
Namun, demi asa mewujudkan mimpi untuk lebih berkontribusi pada PSS, BCS perlahan bangkit. Dengan semangat ultras dan kreativitas yang mereka miliki, mereka tetap solid dan konsisten.
BCS perlahan behasil mengkonversi asumsi negatif mengenai ultras yang kala itu santer terdengar menjadi support dan simpati. Seiring dengan bertambahnya anggota, BCS terus berinovasi, berkreasi, dan pada akhirnya diterima di hati masyarakat berkat kreatifitasnya di atas tribun.
Baca juga: 42 Tahun PSS Sleman: #SaatnyaJu42a
Pada akhirnya, kelompok supporter tribun selatan Stadion Maguwoharjo, BCS semakin berkembang, loyal dan total dalam mendukung PSS Sleman dengan slogannya, “Ora Muntir!”.
Kini, setelah delapan tahun berdiri, BCS telah memiliki lebih dari 250 komunitas. Mereka semakin berkembang dan memiliki tempat tersendiri di kancah supporter sepak bola Indonesia. Tribun selatan yang berkapasitas sekitar 8-10 ribu orang pun selalu dipenuhi BCS setiap PSS Sleman berlaga di Stadion Maguwoharjo. Bahkan, ada yang terpaksa menempati tribun timur karena penuh sesaknya tribun selatan.
Tak hanya di Indonesia, nama Brigata Curva Sud bahkan dikenal sampai ke mancanegara. Hal ini dibuktikan dengan dinobatkannya BCS sebagai The Best Ultras in Asia oleh media internasional Copa90 pada tahun 2017.
Dinobatkannya BCS di posisi puncak daftar ultras terbaik versi Copa90 tidak luput dari peran media official yang dikelola secara profesional oleh BCS. BCS sebagai wadah komunitas mempunyai berbagai akun media sosial resmi seperti YouTube, Twitter, Instagram, dan laman situsweb.
Media bertujuan untuk lebih mendekatkan BCS dengan sesama pendukung PSS Sleman melalui pemanfaatan teknologi, di mana pada masa sekarang ini teknologi merupakan hal esensial hampir di berbagai bidang termasuk informasi dan komunikasi. Di lain hal, BCS lahir dan berkembang di saat yang tepat yaitu di saat era Revolusi Industri 4.0.
Baca juga: Ironi Daerah Istimewa Yogyakarta di Liga 1
Apa itu Revolusi Industri 4.0?
Prof. Schwab, seorang ekonom terkenal dunia asal Jerman, pendiri sekaligus Ketua Eksekutif World Economic Forum (WEF), adalah tokoh yang menginisiasi konsep Revolusi Industri 4.0.
Dalam bukunya yang berjudul “The Fourth Industrial Revolution”, Prof. Schwab (2017) menjelaskan bahwa revolusi industri 4.0 telah mengubah hidup dan kerja manusia secara fundamental. Berbeda dengan revolusi industri sebelumnya, revolusi industri generasi ke-4 ini memiliki skala, ruang lingkup, dan kompleksitas yang lebih luas.
Kemajuan teknologi baru yang mengintegrasikan dunia fisik, digital, dan biologis telah mempengaruhi semua disiplin ilmu, ekonomi, industri, dan pemerintah.
Bidang-bidang yang mengalami terobosoan berkat kemajuan teknologi terbaru di antaranya (1) robot kecerdasan buatan (artificial intelligence robotic), (2) teknologi nano, (3) bioteknologi, (4) teknologi komputer kuantum, (5) blockchain (seperti bitcoin), (6) teknologi berbasis internet, dan (7) printer 3D.
Baca juga: Baju Baru Jelang Liga 1
Apa hubungannya dengan BCS?
Di era Revolusi Industri 4.0 ini, BCS telah memanfaatkan teknologi berbasis internet sebagai sarana untuk memperkenalkan sebuah term, “Iki lho PSS!” yang dalam bahasa Indonesia berarti “Ini lho PSS!” ke seluruh penjuru dunia.
Dalam media official-nya, BCS juga memiliki wadah untuk berbagi ide, ilmu, dan pergerakan (movement) yang nantinya akan bermuara untuk kemajuan PSS Sleman.
Media official yang digunakan oleh BCS ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap PSS Sleman. Contohnya, BCS menggunakan Youtube sebagai sarana untuk berbagi video dokumenter yang sering mereka sebut sebagai “Match Ambience”.
Perekaman video untuk match ambience tersebut dilakukan selama pertandingan berlangsung dan diunggah di YouTube setelah melewati fase pengeditan dan filtering. Nantinya, match ambiences tersebut diharapkan dapat membuat warganet tertarik untuk melihat aksi BCS di dalam stadion, dan secara tidak langsung memotivasi mereka untuk dapat melihat langsung pertandingan PSS Sleman di stadion.
Baca juga: Wajah Yogyakarta dalam Sepak Bola
Setali tiga uang, hal ini dapat menyokong keuangan PSS Sleman dari hasil penjualan tiket pertandingan. Begitu pula dengan Twitter, Instagram, dan laman situsweb resmi BCS yang dimanfaatkan untuk berbagi ide sesama pendukung PSS Sleman.
Revolusi Industri 4.0 ini membuka peluang yang luas bagi BCS untuk maju ke arah yang lebih baik melalui pergerakan yang positif. Teknologi informasi yang semakin mudah diakses hingga ke seluruh penjuru dunia menyebabkan masyarakat dapat terhubung di dalam sebuah jejaring sosial.
Dari pemanfaatan teknologi informasi tersebut, tentunya kreativitas dan pergerakan yang dilakukan BCS juga terdengar ke masyarakat luas. Sekali lagi, BCS pada masa sekarang ini telah mengubah stigma masyarakat mengenai pendukung sepak bola yang rusuh, rasis, dan negatif.
Kreativitas dan pergerakan yang dilakukan BCS ini terbukti berhasil untuk merangsang masyarakat untuk datang ke stadion, pada khususnya Stadion Maguwoharjo sebagai homebase dari PSS Sleman. Teknologi informasi di lain sisi juga memberi dampak positif bagi Sleman fans yang berdomisili di luar kabupaten Sleman. Sebagai contoh, dapat kita lihat dari pernyataan teman-teman Sleman Fans Pacitan:
Mulai berkeliaran anak-anak kecil memakai jersey PSS. Tidak original memang, tapi kami tak peduli untuk sementara ini. Ini jawa timur, basis supporter jelas mengarah tapi, menjatuhkan pilihan untuk mereka membeli jersey PSS bagi kami adalah suatu yg indah untuk dinikmati.
— SLEMAN FANS PACITAN (@coasteagle1976) August 12, 2018
Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa teknologi informasi sudah memberikan dampak bagi siapa pun mereka yang cinta kepada PSS sekalipun tidak bisa datang ke stadion secara langsung karena beberapa keterbatasan.
Setidaknya teknologi informasi sudah memberikan ruang untuk fans mengakses informasi tim yang dicintainya (baca: PSS Sleman). Hal ini senada dengan tagline BCSxPSS yaitu menyebarkan virus PSS ke seluruh dunia.
Revolusi Industri 4.0 membawa pengaruh yang cukup masif dalam tubuh BCS sendiri. Di antaranya, yang terbaru di tahun 2019 adalah adanya pendataan ulang komunitas BCS yang dilakukan secara online. Tujuan dari pendataan ulang itu sendiri adalah untuk merapikan keanggotaan BCS dan pembaruan jumlah anggota resmi serta komunitas yang tidak aktif maupun yang baru bergabung.
Ticketing juga menjadi sasaran pendataan dan verifikasi agar anngota resmi dapat mendapatkan tiket tribun selatan secara online dan pre-sale.
Baca juga: Menanam Perdamaian di Kawasan Joglosemar
Beberapa syarat-syarat pendataan ulang BCS sendiri di antaranya adalah mampu memanfaatkan teknologi informasi, yaitu dengan cara: memiliki e-mail komunitas, memiliki akun Twitter komunitas, dan mengisi Google Forms bagi yang sudah lolos verifikasi.
Syarat pendataan dan verifikasi ulang BCS tersebut adalah implikasi kemajuan teknologi yang didorong oleh Revolusi Industri 4.0
Revolusi Industri 4.0 telah banyak mengubah nilai-nilai dalam sepak bola dan segala hal yang mengikuti sepak bola. Hampir semua aspek dalam sepak bola mengalami makeover akibat hadirnya revolusi industri 4.0 mulai dari klub, suporter, dan bisnis dalam sepak bola.
Meskipun di Eropa banyak istilah against modern football yang berusaha menolak kemajuan dalam revolusi sepak bola, tapi dalam kenyataannya sepak bola dan segala hal yang mengikutinya tidak bisa lepas dari revolusi industri.
Dalam sepak bola, kita mengenal adanya Goal-Line Technologi dan VAR (Video Asisstant Referee) yang mencoba membantu kinerja wasit dan mengurangi kesalahan dalam sepak bola.
Dari sudut pandang suporter, revolusi industri membawa dampak yang berbeda, di antaranya adalah menciptakan tata kelola dalam suporter agar lebih efektif dan efisien. BCS sendiri adalah dampak nyata dari kemajuan supporter di era revolusi industri 4.0.
Contoh nyata seperti yang telah disebutkan adalah mempermudah verifikasi dan pendataan, membantu mengenalkan program, dan menunjang berbagai informasi secara real time serta dalam hal ticketing. Semua dampak revolusi industri 4.0 telah membawa BCS menjadi supporter yang adaptif dengan perubahan zaman.