Nasional Bola

Wajah Yogyakarta dalam Sepak Bola

Dalam sepak bola, barangkali nama Yogyakarta tak seharum Surabaya, di mana Surabaya begitu lekat dengan sepak bola. Berbicara mengenai sejarah sepak bola, Surabaya menyumbang cerita besar melalui tim kebesarannya, Persebaya Surabaya. Persebaya memang memiliki lintasan sejarah yang besar dan panjang, baik di  dalam maupun di luar lapangan.

Tak hanya itu, Surabaya juga menyumbang sejarah besar dalam perkembangan suporter sepak bola Tanah Air. Tentu saja melalui suporter Persebaya, Bonek. Memang, di Kota Pahlawan itu, sepak bola memiliki cerita yang takkan dimiliki kota-kota lain di Indonesia.

Namun, hal tersebut tidak berarti bahwa sepak bola Yogyakarta tak bergairah seperti sepak bola di Surabaya. Sejatinya, sepak bola juga sangat digemari di Yogyakarta. Dan di Yogyakarta-lah sejarah besar sepak bola Indonesia tercipta.

Sejarah besar itu tak lain merupakan berdirinya Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) pada 19 April 1930. Saat itu federasi sepak bola nasional berdiri dengan nama Persatoean Sepak Raga Seloeroeh Indonesia. Dengan semangat Sumpah Pemuda yang diikrarkan dua tahun sebelumnya, PSSI berdiri sebagai bentuk perlawanan terhadap penjajahan melalui bidang olahraga.

Saat itu dalam pendirian PSSI, bersama Soeratin Sosrosoegondo, ada tujuh kesebelasan yang turut ambil bagian, yaitu Voetbalbond Indonesische Jacatra (VIJ), Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond (BIVB), Perserikatan Sepakraga Mataram (PSM), Vortenlandsche Voetbal Bond (VVB), Madionsche Voetbal Bond (MVB), Indonesische Voetbal Bond Magelang (IVBM), dan Soerabaja Indonesische Voetbal Bond (SIVB).

Saat ini kita mengenal VIJ sebagai Persija Jakarta, BIVB sebagai Persib Bandung, PSM sebagai PSIM Yogyakarta, VVB sebagai Persis Solo, MVB sebagai PSM Madiun (yang tengah mati suri), IVMB sebagai PPSM Magelang, dan SIVB sebagai Persebaya Surabaya.

Catatan sejarah itu tentu menjadi penanda, bahwa sepak bola di Yogyakarta juga istimewa seperti kotanya. Dalam pendirian PSSI itu pun Yogyakarta tidak hanya sebagai penyedia tempat, tetapi juga memiliki delegasi, yaitu PSIM. Keberadaan PSIM yang sudah berdiri sejak 5 September 1929 juga mengindikasikan bahwa Yogyakarta bergairah pada sepak bola sejak dulu kala.

Sepak bola Yogyakarta kini

Seiring berjalannya waktu, sepak bola di Yogyakarta juga semakin berkembang. Jika awalnya Yogyakarta hanya memiliki PSIM, di masa berikutnya lahir kesebelasan yang hingga kini namanya familiar di kalangan penggemar sepak bola nasional. Adalah Persiba Bantul yang berdiri tahun 1967 dan PSS Sleman yang berdiri tahun 1976. Sepak bola Yogyakarta pun menjadi semakin berwarna.

Jika dulu atensi orang Yogyakarta hanya tertuju pada PSIM, hadirnya Persiba dan PSS tentu memberikan pilihan lain. Orang Bantul bisa mendukung tim lokalnya sendiri, yaitu Persiba. Pun dengan orang Sleman yang sudah memiliki PSS. Aroma persaingan di ketiga wilayah itu pun semakin tajam.

Namun, bau rivalitas yang tajam itu kalah dengan rivalitas klub-klub lain di luar Yogyakarta. Katakanlah rivalitas PSIM dan PSS yang sesungguhnya begitu panas, tetapi secara garis besar masih kalah tenar dengan rivalitas Persib dengan Persija. Hal ini lantaran sepak bola Yogyakarta memang sudah sangat lama tidak menjadi kontestan di kasta tertinggi sepak bola nasional. Di kompetisi musim 2017 pun PSIM dan PSS gagal promosi ke Liga 1, sementara Persiba justru terperosok ke Liga 3.

Sepak bola Yogyakarta: Tidak hanya PSIM, PSS, Persiba

PSIM, PSS, dan Persiba hanyalah contoh singkat dari gairah sepak bola Yogyakarta. Sebab, secara garis besar memang hanya tiga klub itu yang memiliki nama besar. Namun, jika kita menelisik Yogyakarta lebih dalam, kita akan menemukan begitu banyak gairah sepak bola di tanah Sultan itu.

Di Gunungkidul misalnya, di sana ada kesebelasan bernama Persig. Oleh karena masih amatir, musim lalu Persig hanya berkompetisi di Liga 3 Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Meskipun begitu, sebagai kesebelasan yang mewakili daerah, Persig kalah bersinar dibanding tiga tim tetangganya. Kesebelasan itu pun kalah terkenal dari potensi wisata daerah yang direpresentasikannya.

Bergeser ke Yogyakarta bagian barat, di sana ada dua kesebelasan yang mewakili Kulon Progo. Mereka adalah Persikup Kulon Progo dan Satria Adikarta yang bersama Persig berkompetisi di Liga 3 DIY musim lalu.

Selain Persig, Persikup, dan Satria Adikarta, masih ada kesebelasan-kesebelasan lain yang turut meramaikan kompetisi amatir Liga 3 DIY musim lalu. Ada Gama FC, Protaba Bantul, Jogja Istimewa Footbal (JIF), Tunas Jogja, PS Hisbul Wathan UMY, FC UNY, dan UAD FC.

Salah satu yang menarik memang kesebelasan seperti FC UNY, PS Hisbul Wathan UMY, dan UAD FC. Sebab, ketiganya merupakan kesebelasan yang merepresentasikan kampus di Yogyakarta, yaitu dari Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Muhamadiyah Yogyakarta, dan Universitas Ahmad Dahlan. Hal ini menunjukkan bahwa Yogyakarta memang antusias pada sepak bola.

Bahkan di kompetisi Piala Soeratin DIY, FC UNY juga mengirimkan wakilnya, yaitu FC UNY-U17. Kesebelasan amatir  bentukan akademi FC UNY ini pun berkompetisi bersama PSIM, PSS, Persig, Gama FC, JIF, Protaba U-17.

Yogyakarta sebagai tujuan wisata sepak bola

Tidak hanya memiliki kesebelasan yang cukup banyak dan tersebar di beberapa kompetisi, Yogyakarta juga memiliki stadion yang memadai. Salah satunya adalah Stadion Maguwoharjo Sleman yang tidak hanya sekali-dua kali dijadikan venue ­pertandingan tim nasional (Timnas).

Selain itu Yogyakarta juga sering dijadikan tujuan bagi timnas dan beberapa kesebelasan profesional untuk melakukan pemusatan latihan. Tempat yang sering menjadi langganan itu sendiri merupakan kandang FC UNY, yaitu Stadion UNY. Memang, Stadion FC UNY sering menjadi pilihan untuk menggelar training camp (TC). Selain timnas, Persija dan Mitra Kukar juga pernah TC di sana. Sementara di akhir tahun ini, giliran Persib yang menjajal rumput lapangan stadion kampus biru tersebut.

Sejatinya, wajah Yogyakarta dalam sepak bola memang bersinar. Yogyakarta tidak hanya menjadi saksi berdirinya federasi sepak bola, tetapi juga menjadi tempat hidup sepak bola itu sendiri. Meski terbilang kalah bersinar dibanding daerah lain, Yogyakarta tetaplah tempat yang ramah pada sepak bola.

Yogyakarta memiliki potensi yang cukup besar dalam kemajuan sepak bola. Stadion, tim, akademi, dan sekolah sepak bola (SSB) adalah hal-hal yang jamak ditemukan di sana. Bahkan, saking istimewanya, Yogyakarta juga menjadi opsi PS TNI sebagai kandang barunya.

Berkaca pada kondisi tersebut, semoga saja sepak bola Yogyakarta sinarnya semakin benderang.

Author: Riri Rahayuningsih (@ririrahayu_)