Nasional Suara Pembaca

Mengenal FC UNY, Tim Ambisius dari Yogyakarta

Pernahkah Anda mendengar sebuah klub di Indonesia yang para pemainnya berasal dari universitas? Sekali lagi, bukan pemain, tapi para pemain. Artinya, semua pemainnya merupakan mahasiswa.

Jika tidak pernah mendengar, tentu bukan hal yang aneh. Karena memang tidak mudah bagi para pemain profesional harus membagi waktunya antara kuliah dan bermain sepak bola. Itu sebabnya tidak banyak pemain sepak bola yang mempunyai gelar sarjana di saat masih aktif bermain.

Namun setidaknya para pemain FC UNY bisa melakukan keduanya secara beriringan. Ya, selagi mereka masih aktif sebagai mahasiswa dari berbagai jurusan di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), mereka pun tergabung dalam klub sepak bola yang merupakan ‘level berikutnya’ dari unit kegiatan mahasiswa (UKM) sepak bola di UNY.

Saat ini mereka sedang bersiap untuk kembali mengikuti Liga 3 (nama baru dari Liga Nusantara) tahun 2017. Tahun lalu, yang merupakan musim pertama mereka berpartisipasi dalam kasta terendah kompetisi sepak bola nasional tersebut, mereka berhasil menembus semifinal regional Yogyakarta. Untuk tahun ini, tentu mereka mengincar posisi yang lebih baik.

Menyalurkan potensi yang terpendam

Pembentukan FC UNY terjadi pada tahun 2016, di mana kala itu coach Guntur Cahyo Utomo (saat ini asisten Indra Sjafrie di timnas U-19) beserta tim pelatih UKM sepak bola UNY merasa para mahasiwa yang tergabung dalam unit sepak bola mempunyai potensi untuk ‘naik kelas’, tidak hanya bertanding di kompetisi antarmahasiswa, namun bisa melawan pemain-pemain yang usianya jauh di atas mereka.

Kiprah unit sepak bola UNY selama ini yang sudah memiliki nama di dunia sepak bola mahasiswa tingkat nasional pun membuat mereka merasa tiba saatnya liga antarmahasiswa tak cukup lagi mengakomodir para pemain untuk meningkatkan kemampuan fisik, teknik, dan mental.

“Jadi untuk menyalurkan minat dan bakat para pemain, serta membawa mereka untuk naik level, maka dibentuk FC UNY ini,” ujar Tegar Satya Haprabu, penyerang FC UNY, kala ditemui di markas mereka di Asrama Mahasiswa Olahraga UNY di Jalan Cik Di Tiro, Yogyakarta, beberapa waktu lalu.

Penulis (kanan) bersama Tegar, pemain depan FC UNY.

Awal mereka memutuskan untuk mengikuti Liga Nusantara pada 2016 lalu pun hanya sekadar memberikan pengalaman dan jam terbang untuk para pemain agar merasakan bagaimana atmosfer kompetisi profesional sesungguhnya. Berbekal fasilitas yang tergolong baik, mulai dari tim pelatih yang cukup berpengalaman hingga lapangan sepak bola milik UNY yang kualitasnya cukup baik (sering dipakai oleh beberapa klub profesional dan juga timnas U-19  sebagai tempat berlatih), maka mereka pun memulai debut di kompetisi resmi Indonesia.

Di tahun 2017 ini, dipimpin oleh coach Qo’id Naufal Aziz yang menggantikan coach Guntur sebagai pelatih utama FC UNY, mereka sudah resmi menjadi anggota PSSI, sehingga tentu semakin memudahkan langkah mereka untuk berkompetisi di kancah sepak bola nasional.

Kawah candradimuka pemain-pemain profesional

Dengan sistem pelatihan yang bisa dibilang merupakan salah satu yang terbaik untuk kalangan UKM sepak bola di kampus-kampus negara ini, kualitas para pemain yang tergabung dalam FC UNY tentu bisa dibilang merupakan para pemain-pemain terbaik di kampus tersebut. Namun, Tegar dan coach Naufal sendiri mengatakan bahwa FC UNY belum sampai tingkat di mana pihak klub benar-benar mengawasi keseharian, gaya hidup, dan pola makan para pemain layaknya klub profesional.

“(Sebagai mahasiswa), semua itu masih tergantung manajemen diri mereka sendiri, karena klub belum bisa memantau bagaimana keseharian mereka, makan mereka, istirahat mereka, dan segala yang menunjang kualitas mereka (sebagai pesepak bola),” ujar Tegar.

“Semua kembali ke mereka sendiri. Namun, para pemain yang tidak menjaga kondisi dengan baik biasanya terlihat dalam sesi latihan, bagaimana performa mereka,” jelas coach Naufal.

Namun, Tegar mengungkapkan bahwa kualitas antar pemain FC UNY tidaklah timpang, sehingga mereka yang tidak fit karena tidak disiplin menjaga kondisi tubuh tentu sangat mudah digantikan oleh pemain yang lain. Sebuah hal yang merugikan tentunya.

Apalagi pemain yang bermain baik di UKM sepak bola UNY (sebelum FC UNY terbentuk) ataupun FC UNY bisa saja terpantau oleh klub-klub profesional yang sering berlatih di kandang mereka, Stadion UNY.

Pada akhir Februari lalu saja, ada lima pemain FC UNY yang ikut berlatih bersama Pusamania Borneo FC. Selain itu, mereka juga sering menjadi lawan uji coba untuk banyak tim profesional, mulai dari PSS Sleman, Mitra Kukar, hingga timnas U-19. Sedikit banyak hal ini tentu memberikan banyak pengalaman dan pelajaran berharga untuk para pemain, belum lagi keuntungan bisa dipantau oleh klub-klub profesional.

Pemain-pemain alumnus UKM sepak bola UNY pun sudah ada yang bermain di klub-klub profesional liga Indonesia. Tegar menyebutkan contoh-contoh seperti Candra Lukmana (PSS Sleman), Wahyu Sukarta (PSS Sleman), Sunni Hizbullah (PSIM Yogyakarta), Hendika Arga (PSIM Yogyakarta), Ayub Antoh (PSIM Yogyakarta), dan masih banyak lagi.

Meski Tegar mengatakan bahwa UKM sepak bola UNY tidak seratus persen mendidik mereka menjadi pesepak bola profesional seperti sekarang, namun harus diakui UKM sepak bola UNY merupakan salah satu tempat mereka berproses hingga akhirnya menjadi pemain profesional.

Mempunyai akademi dan tim analis sendiri

Sebagai salah satu klub universitas yang masih berusaha menuju arah profesional, mereka pun membekali diri dengan membentuk tim analis tersendiri. Latar belakang pendidikan orang-orang yang berada dalam tim analis ini tidak semuanya berasal dari jurusan olahraga atau sepak bola, namun mereka memiliki pengalaman dan kemampuan yang baik dalam menganalisa pertandingan.

“Mereka dibagi dua, yaitu eksternal dan internal,” ujar Anantama Dewantoro, kepala departemen analisis pertandingan FC UNY. Sesuai namanya, mereka ada yang menganalisa permainan tim lawan, ada yang menganalisa permainan FC UNY sendiri.

Anantama juga mengatakan bahwa penggunaan tim analis ini jarang sekali dipakai di Indonesia, termasuk klub-klub Liga 1. Diketahui beberapa klub pernah mencobanya, seperti PSS Sleman dan Persija. Namun tak jelas apakah masih ada atau tidak sampai saat ini. Padahal peran ini sudah umum digunakan dalam dunia olahraga. Oleh karena itu, penggunaan tim analis ini diharapkan oleh FC UNY dapat menjadi salah satu senjata andalan mereka dalam mengarungi Liga 3 musim ini.

Selain itu, FC UNY juga mulai merintis akademi sendiri yang terdiri dari tim U-15 dan U-17. Akademi ini pun dilatih langsung oleh Anantama. Tim akademi FC UNY ini juga dipersiapkan untuk mengikuti ajang Piala Suratin. Ketika ditanya mengenai status pemain-pemain muda ini dalam FC UNY, Tegar mengatakan bahwa mereka semua saat ini masih berstatus pemain akademi dan juga pelajar (bukan mahasiswa).

Namun tidak menutup kemungkinan bahwa di masa depan mereka yang kemampuannya menonjol akan direkomendasikan untuk bisa berkuliah di UNY, sehingga bisa direkrut oleh FC UNY.

Target yang tinggi dan perbaikan manajemen klub

Dalam sebuah wawancara, coach Naufal pernah mengatakan bahwa FC UNY memasang target menjadi juara Liga 3 regional Yogyakarta, kemudian mereka akan berusaha melaju sejauh mungkin di putaran nasional, dengan tujuan akhir promosi ke Liga 2. Hal ini pun diamini oleh Tegar. Meskipun terdengar cukup ambisius untuk sebuah klub amatir yang belum lama terbentuk, namun persiapan latihan yang mereka lakukan serta komposisi pemain yang ada membuat mereka cukup yakin dapat meraih target tersebut.

Hal ini juga dipengaruhi oleh kemungkinan diterapkannya regulasi batas usia pemain di bawah 23 tahun di Liga 3. Hal ini tentu merupakan keuntungan buat FC UNY yang semua pemainnya berusia muda (usia umum mahasiswa). Di saat klub-klub lain masih berusaha untuk membangun skuatnya kembali, FC UNY sudah punya kerangka skuat yang bagus karena mereka tak terhalangi peraturan tersebut.

Namun, Tegar juga mengakui bahwa akan muncul tantangan baru bila mereka melaju ke putaran nasional Liga 3 ataupun jika mereka berhasil promosi ke Liga 2. Hal itu adalah masalah pendanaan operasional klub. Mereka masih harus mencari sponsor yang bisa menutupi pengeluaran mereka seandainya harus melakukan pertandingan away di luar Yogyakarta. Dana yang dibutuhkan tidak cukup jika hanya meminta pada rektorat UNY.

Oleh karena itu, Tegar menegaskan bahwa FC UNY masih terus memperbaiki diri, tidak hanya di sisi teknis, namun juga manajemen pengelolaan klub. Mereka juga terus mencari sponsor agar operasional klub bisa berjalan lebih baik lagi dan bisa menunjang mereka untuk mengikuti Liga 3 musim ini dan musim-musim selanjutnya di kompetisi sepak bola nasional.

Meski baru seumur jagung, berbekal kedekatan mereka dengan dunia sepak bola profesional Indonesia (pernah dilatih pelatih berskala nasional, fasilitas latihan yang memadai, banyak klub profesional yang pernah berlatih di stadion UNY, sering beruji tanding dengan klub-klub profesional, hingga adanya beberapa pemain UNY yang berhasil direkrut klub-klub profesional), FC UNY mulai membangun fondasi untuk menjadi sebuah klub yang mampu dijalankan layaknya sebuah klub profesional.

Perbaikan sana-sini tentu masih harus dilakukan mereka agar bisa berumur panjang. Sebuah usaha yang tidak mudah pastinya. Namun, berbekal hasil diskusi dengan orang-orang di klub tersebut, ada semangat dan optimisme yang terpancar dari wajah mereka.

Ada sebuah keinginan untuk melakukan yang terbaik untuk FC UNY dan memberikan prestasi konkret yang bisa dibanggakan tidak hanya oleh orang-orang yang tergabung dalam FC UNY, namun juga civitas akademik UNY, dan mungkin masyarakat Yogyakarta di masa depan.

Mari kita nantikan bagaimana kiprah FC UNY di sepak bola nasional, khususnya di Liga 3 musim ini.

Author: Adhi Indra Prasetya (@aindraprasetya)
Penulis bola lepas di adhiiprasetya.wordpress.com