Cerita

Apakah VAR yang Dibutuhkan Liga Indonesia?

Liga baru saja bergulir tapi sudah banyak kontroversi yang terjadi. Terutama kepemimpinan wasit yang menjadi sorotan di beberapa pertandingan.

Mulai dari penalti yang dipertanyakan pada pertandingan PSS Sleman menghadapi Semen Padang, handball pemain PSIS Semarang yang tidak diberi hukuman, hingga keputusan-keputusan wasit pertandingan Arema melawan Persela yang dirasa kurang tepat.

Seperti diketahui bersama, penalti untuk PSS Sleman diberikan wasit Armyn Dwi Sryathin usai salah seorang pemain Super Elang Jawa terjatuh di tepi kotak penalti ketika melakukan penetrasi. Namun dari layar kaca dan melalui tayangan ulang, jelas jika Kushedya Hari Yudo terjatuh tanpa sentuhan pemain lawan.

Untuk itu PSSI melalui Komisi Wasit akan mengevaluasi pertandingan yang dipimpin oleh wasit Armyn Dwi Sryathin, yang dibantu oleh asisten wasit 1 Fuad Qohar dan Dedek Duha sebagai asisten wasit 2, dan berkesudahan dengan skor 1-1.

Baca juga: Menembus Batas Bersama VAR

“Kami akan mengumpulkan laporan teknis dari penilai wasit (referee assessor PSSI) dan dari wasit serta asisten wasit itu sendiri. Kami akan analisis kondisi kesehatan dan kebugarannya, penerapan pasal-pasal permainan, pengambilan keputusan selama pertandingan dan cara membaca situasi pertandingan,” tutur anggota Komite Wasit PSSI, Purwanto, dikutip dari laman resmi federasi.

Tidak berhenti di sana. Di pekan yang sama, kala pertandingan PSIS Semarang menghadapi Persija Jakarta, keputusan wasit kembali dirasa merugikan salah satu tim.

Bola jelas terlihat mengenai tangan pemain PSIS Semarang yang berniat menghalau serangan. Namun nyatanya wasit yang berdiri tepat di depan kejadian memilih bergeming. Tentu saja keputusan tersebut merugikan Macan Kemayoran.

Begitu juga yang terjadi dalam pertandingan Arema menghadapi Persela Lamongan. Keputusan-keputusan wasit dirasa banyak merugikan tim tamu. Bahkan usai pertandingan, pelatih kepala Persela mengungkap kekecewaannya. Baginya wasit telah merusak pertandingan dan banyak merugikan timnya.

Baca juga: VAR di Piala Dunia 2018: Mengurangi atau Menambah Drama?

“Wasit parah, wasit merusak pertandingan. Ini puasa malah lebih parah. Kami banyak sekali dirugikan. Saya mengakui kekalahan, tapi saya tidak puas, wasit ini sudah berkali-kali (membuat keputusan kontroversial).” Aji Santoso, dikutip dari Goal.com.

Nampaknya untuk minimalisir kejadian serupa dan untuk meningkatkan kualitas liga, Komite Eksekutif PSSI bersepakat untuk menggunakan Video Assistant Referee (VAR). Kesepakatan ini didapat usai rapat Komite Eksekutif PSSI yang berlangsung di Jakarta pada akhir pekan lalu.

Mengutip PSSI.org, terkait dengan hal tersebut, PT. Liga Indonesia Baru (LIB) sebagai operator kompetisi, diminta untuk segera membuat kajian dari sisi anggaran dan infrastruktur.

Perlu diketahui metode VAR merupakan metode baru yang pertama kali diimplemantasikan FIFA pada Piala Dunia 2018 di Rusia. Perlu diingat, metode ini tidak sesederhana wasit dapat melihat tayangan ulang suatu kejadian untuk membantu membuat keputusan.

Baca juga: Begini Cara Kerja VAR di Piala Dunia 2018

Nantinya wasit di lapangan akan dibantu wasit-wasit yang bekerja di belakang layar. Wasit-wasit inilah yang akan memberi masukan pada wasit utama bila dirasa terdapat kejadian yang perlu ditinjau ulang. Untuk itu sumber daya wasit yang khusus bekerja di balik layar juga perlu diperhitungkan.

Belum lagi infrastuktur VAR itu sendiri. Nantinya wasit-wasit akan bekerja di ruangan khusus dengan sudut pandang kamera dari berbagai arah. Untuk memaksimalkan kinerjanya, tayangan yang didapat juga harus dengan kualitas terbaik.

Pun dengan wasit yang bertugas di lapangan. Nantinya harus tersedia monitor layak untuk mereka meninjau tayangan ulang. Bukan sekadar melihat melalui monitor kamera di tepi lapangan.

Dalam penerapannya, tidak semua pelanggaran memerlukan bantuan VAR. Kalau wasit merasa pelanggaran yang terjadi sudah dianggap jelas dan yakin dengan keputusan yang diambilnya, VAR tidak diperlukan lagi. VAR digunakan manakala wasit merasa ada kejanggalan dalam pengambilan keputusannya.

Baca juga: VAR di Serie A: Banyak Hasil Positif, tapi Tak Luput dari Sisi Negatif

Wasit kemudian berkomunikasi melalui sistem cek ke VAR. Setelah itu baru ditampilkan tayangan ulang VAR. Bukan permintaan pemain atau tim, tapi langsung keputusan wasit.

Perlu digaris bawahi, nantinya keputusan tetap mutlak di tangan wasit di lapangan.

Lantas apakah memang VAR yang benar-benar dibutuhkan dan layak diterapkan di Liga Indonesia? Jangan sampai VAR hanya diterapkan untuk memenuhi keinginan publik dan dengan segala keterbatasan penerapannya justru akan menimbulkan polemik lainnya.

Alangkah baiknya selama VAR belum siap diterapkan, kualitas wasit yang terus diperhatikan dan ditingkatkan. Seperti yang dilakukan PSSI dengan memanggil tujuh wasit yang memimpin pertandingan di pekan pertama dan kedua.

“Pada pekan ini kami memanggil tujuh wasit yang sudah bertugas pada pekan ke-satu dan ke-dua Shopee Liga 1 2019. Evaluasi kami akan lakukan bersama Komite Wasit. Kami juga mengumpulkan laporan teknis dari penilai wasit (referee assessor PSSI) sebagai salah satu bahan dari evaluasi,” kata Sekjen PSSI, Ratu Tisha, melansir PSSI.org.

Baca juga: Ketika VAR Tidak Berguna Karena Terhalang Bendera

Selain mengevaluasi wasit yang telah memimpin pertandingan, PSSI juga akan mendirikan badan wasit independen guna terus meningkatkan kualitas perangkat pertandingan.

PSSI berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas perangkat pertandingan di semua kompetisi. Selain itu, pada tahun ini kami juga akan mendirikan badan wasit independen. Untuk itu kami tidak akan mentolerir setiap pelanggaran peraturan permainan apabila terbukti telah terjadi kesalahan,” tambahnya.