Teknologi dan sepak bola semakin lama semakin intim. Teknogi kini dipercaya mampu memperbaiki keburukan-keburukan yang ada dalam pertandingan sepak bola. Goal-line technology (GLT) merupakan inovasi pertama yang betul-betul menjadi pembeda. Di ajang Piala Dunia, GLT didesak penggunaannya oleh banyak orang setelah melihat apa yang terjadi di pertandingan antara Inggris dan Jerman di Piala Dunia 2010. Kala itu, tendangan dari Frank Lampard tidak disahkan oleh wasit padahal dalam tayangan ulang terlihat jelas bahwa bola sudah jatuh jauh dari garis gawang.
Piala Dunia 2014 menjadi ajang pertama yang menggunakan GLT dan terbilang sukses. Karim Benzema menjadi pemain pertama yang mendapat keuntungan dari teknologi tersebut ketika golnya ke gawang Honduras disahkah oleh wasit berkat GLT.
Penulis pun juga berpendapat bahwa GLT adalah inovasi terbaik di sepak bola saat ini. Namun, kesuksesan itu juga diiringi dengan pertanyaan dari banyak pihak. Apakah teknologi tersebut akan mengurangi drama yang terjadi sepak bola? Kesalahan manusia sendiri menurut beberapa orang adalah hal yang dibutuhkan sepak bola agar sebuah pertandingan tetap berjalan seru. Akan tetapi, perdebatan itu tidak membuat perkembangan teknologi di sepak bola terhenti begitu saja.
Piala Dunia 2018 yang akan dilangsungkan di Rusia nanti adalah Piala Dunia pertama yang akan menggunakan teknologi Video Assistant Referee (VAR). Sama seperti GLT, banyak orang yang berpendapat bahwa menggunakan VAR akan mengurangi bumbu drama yang suka tidak suka biasa terjadi di pertandingan sepak bola.
Berkurangnya drama, atau mungkin bisa hilang sepenuhnya, menurut orang-orang tertentu akan turut mengurangi keseruan sebuah pertandingan sepak bola, namun apakah benar VAR akan mengurangi drama di sepak bola?
Drama yang bisa dikurangi VAR
VAR diyakini mampu mengurangi insiden-insiden yang merugikan sebuah tim. Gol tangan tuhan yang diciptakan oleh Diego Maradona menjadi salah satu contoh yang paling mudah untuk disebut. Dengan VAR, gol kontroversial tersebut tentunya akan sulit terulang kembali. Hal yang sama juga berlaku terhadap asis kontroversial yang dilakukan oleh Thierry Henry di babak kualifikasi Piala Dunia 2010 yang mengubur mimpi Republik Irlandia.
Drama yang dibuat oleh pemain sendiri, seperti diving atau melakukan reaksi berlebihan, juga mampu dikurangi oleh VAR. Contoh paling mudah adalah reaksi berlebihan Rivaldo setelah menerima tendangan dari Hakan Unsal di Piala Dunia 2002. Padahal, bola tendangan Unsal hanya mengenai kaki dari legenda Brasil tersebut, namun si pemain memberikan reaksi berlebihan dengan memegangi kepalanya. Alhasil, Unsal diberikan kartu merah oleh wasit.
Masih ada banyak lagi kegunaan VAR di sebuah pertandingan, antara lain memberikan kartu merah yang seharusnya diberikan kepada seorang pemain, seperti tendangan berbahaya Nigel de Jong ke arah Xabi Alonso, dan mengurangi gol offside yang sering kali terjadi di sebuah pertandingan.
Hal-hal di atas lah yang membuat sebagian orang merasa bahwa lambat laun sebuah pertandingan sepak bola akan terasa sangat membosankan.
VAR juga memberikan drama
Pendapat mengenai VAR mengurangi drama dalam sepak bola tidak sepenuhnya benar. Penggunaan VAR di berbagai kompetisi sepak bola sejauh ini membuktikan hal tersebut.
Di final Piala Konfederasi 2017 yang mempertemukan Jerman dan Cile, terdapat sebuah insiden di mana Timo Werner menerima sikutan dari Gonzalo Jara. Protes yang diberikan para pemain Jerman memaksa wasit untuk menggunakan VAR. Sayangnya, meski terlihat jelas bahwa ada sikutan, Jara hanya dihadiahi sebuah kartu kuning saja.
Di Bundesliga, hal unik terjadi ketika Guido Winkmann, wasit yang memimpin jalannya pertandingan antara Mainz dan Freiburg, memanggil kembali pemain yang sudah kembali ke ruang ganti di jeda pertandingan. Hal ini dilakukan Guido setelah melihat rekaman video yang memperlihatkan sebuah handball yang dilakukan oleh seorang pemain Freiburg. Sang wasit pun meminta Mainz untuk mengeksekusi tendangan penalti.
Masih banyak drama-drama dan kontroversi mengenai penggunaan VAR di sebuah pertandingan. Tujuan penggunaan VAR adalah untuk mencegah dan mengurangi agar kejadian-kejadian tersebut tidak terjadi, namun nyatanya VAR memberikan sebuah drama serta kontoversi baru di cabang olahraga kesayangan kita ini. Kita sepertinya tidak perlu terlalu khawatir akan kehilangan bumbu penyedap rasa pertandingan di Piala Dunia 2018 nanti.