Nasional Bola

Teknologi VAR dan Kinerja Wasit Asing yang Mulai Dipertanyakan

Permasalahan tentang buruknya kinerja wasit telah meradang selama bertahun-tahun di kompetisi sepak bola Indonesia. Untuk menjawab kritik terhadap kinerja wasit lokal, PSSI justru mendatangkan beberapa orang wasit asing.

Salah satu wasit asing yang ditugaskan oleh PSSI adalah wasit Australia, Shaun Evans. Kepada para wartawan Indonesia, Evans berkomentar, “Kami akan berbagi ilmu yang berbeda, sehingga mudah-mudahan akan memberi pelajaran yang berguna bagi wasit-wasit Indonesia.”

Mungkin komentar Evans itulah yang diamini Bonyadifard Mooud, wasit asing lain yang juga dipekerjakan PSSI di putaran kedua Go-jek Traveloka liga 1. Wasit asal Iran tersebut mungkin ingin menunjukkan kepada wasit-wasit Indonesia cara mengambil keputusan dengan tegas dan berwibawa.

Wibawa itu ditunjukkan Mooud ketika ia tanpa basa-basi memutuskan untuk menganulir gol Wiljan Pluim, ke gawang Persija. Ia menganggap marquee player PSM itu terlebih dulu menyentuh bola dengan tangannya sebelum melepaskan tendangan yang menjadi gol. Sayangnya, sang wasit berdiri di landasan yang salah. Siaran ulang jelas-jelas menunjukkan bahwa gol Pluim itu sah. Bola tidak menyentuh tangan sang pemain.

Anehnya, ketika diprotes oleh beberapa pemain, Mooud malah memberi kartu kuning kepada Pluim. Padahal, pemain Belanda itu sama sekali tak mendekati dirinya. Pluim hanya mengekspresikan kekesalan di tempatnya terakhir berdiri, reaksi yang wajar dilakukan siapa pun pemain yang dianulir golnya.

Wasit Iran ini kemudian menambah kontroversi dengan mengusir pelatih PSM, Robert Rene Alberts. Jika mengacu pada panduan Laws of the Game FIFA, ini memang haknya sebagai wasit, mengusir ofisial tim mana pun yang menginvasi area lapangan. Namun, yang terlihat adalah wasit ingin mengalihkan perhatian ke hal lain karena enggan terus dirongrong segenap pemain dan ofisial PSM yang memprotes keputusannya.

Dampaknya, pihak PSM melayangkan surat protes kepada PSSI terhadap keputusan Mooud yang menganulir gol mereka. Entah apa reaksi para pejabat di kantor PSSI setelah melihat solusi instan yang mereka tawarkan justru masih mengundang masalah.

Apakah Liga Indonesia Butuh VAR?

Pembahasan seputar kualitas wasit pun kembali diangkat setelah pertandingan Persija melawan PSM tersebut. Beberapa kali di Liga 1 musim ini memang para wasit mengeluarkan keputusan kontroversial dalam menganulir sebuah gol. Beberapa di antaranya adalah gol pemain Persela, Ivan Carlos, ke gawang Semen Padang, dua gol Persib dari Raphael Maitimo dan Michael Essien ke gawang Madura United, dan dua gol Barito Putera melalui Dandi Maulana dan Matias Cordoba ke gawang Pusamania Borneo FC semuanya dinihilkan oleh wasit.

Bedanya, para wasit yang memimpin jalannya ketiga pertandingan tersebut adalah wasit lokal. Kritik terhadap kualitas wasit lokal dijawab PSSI dengan mendatangkan beberapa orang wasit asing. Beberapa pertandingan pun telah dipimpin oleh para wasit yang bukan warga negara Indonesia.

Selain nama-nama di atas, yaitu Evans dari Australia dan Mooud dari Iran, ada juga wasit Rysbek Sherkerbekov dari Kyrgistan. Sejauh ini, memang performa Evans dan Sherkerbekov bisa dibilang cukup meyakinkan disbanding wasit-wasit lokal, terutama dalam hal ketegasan dan kejelian. Mungkin juga pemain-pemain di Liga 1 enggan memprotes karena keterbatasan bahasa dalam menyampaikan protes mereka.

Performa Mooud juga sebenarnya dipuji ketika memimpin Arema FC melawan Persib Bandung di Stadion Kanjuruhan, Malang. Namun, keputusan kontroversinya di pertandingan Persija melawan PSM akhirnya mengangkat kembali argumen bahwa sebenarnya akar masalah wasit di Indonesia bukanlah orang atau petugasnya, melainkan perangkatnya.

Pelatih PSM, Robert Rene Alberts sebenarnya sudah pernah menekankan pentingnya teknologi VAR di Liga Indonesia. “Kita tak butuh wasit asing. Tak masalah jika pertandingan dipimpin wasit lokal, tapi dibantu dengan teknologi VAR. semua manusia bisa melakukan kesalahan, tapi kesalahan dalam membuat keputusan bisa diminimalisir dengan melihat atau memutar ulang rekaman.”

Baca juga: Penalti yang Dianulir dan Urgensi Penerapan VAR

Ironisnya, Fariq Hitaba, satu-satunya wasit yang mengambil keputusan setelah melihat rekaman, justru memperoleh skorsing dari PSSI. Ketika memimpin PS TNI melawan Persija, wasit Fariq secara mengejutkan meminta kameramen untuk memutar tayangan saat kemelut di kotak penalti terjadi. Akhirnya, sang wasit pun menganulir keputusan penalti yang sudah dibuatnya sendiri.

Skorsing terhadap Wasit Fariq mungkin bisa dipahami, karena rekaman video yang digunakannya mengambil keputusan bukanlah perangkat resmi ofisial pertandingan. Mungkin akan beda cerita apabila kamera dan pemutar video memang milik wasit dan teknologi VAR memang digunakan di Liga Indonesia.

Pro-kontra tentang penggunaan teknologi VAR bahkan masih diperdebatkan di Eropa sana. Yang jelas, sebelum melangkah ke perdebatan tersebut, PSSI harus meyakinkan bahwa penggunaan wasit asing memang jalan keluar yang diinginkan.

Author: Mahir Pradana (@maheeeR)
Mahir Pradana adalah pencinta sepak bola yang sedang bermukim di Spanyol. Penulis buku ‘Home & Away’.