Ketika mendengar kata “Persipura” pasti publik sepak bola Tanah Air akan membayangkan kualitas sebuah kesebelasan papan atas yang selalu menakutkan bagi lawan-lawannya, dengan talenta-talenta lokal asli Papua yang begitu mumpuni.
Kekompakan tim yang didukung dengan gaya permainan dari kaki ke kaki yang begitu menghibur dan mematikan bagi lawan-lawannya, menjadi ciri khas permainan tim Mutiara Hitam. Namun dalam dua tahun terakhir tim yang bermarkas di stadion Mandala Jayapura ini mengalami penurunan prestasi yang sangat drastis.
Persipura merupakan tim yang ketika di era Indonesia Super League (ISL) sangat dominan dan berjaya dengan berhasil menjadi kampiun sebanyak tiga kali dan runner-up tiga kali. Saat itu mereka menjadi tim yang sangat kuat di kandang dan juga sulit dikalahkan ketika main tandang.
Selain itu Boaz Solossa dkk. juga mencatat sejarah setelah menembus semi-final Piala AFC 2014. Bahkan setelah Jacksen F. Tiago meninggalkan Persipura pada tahun 2014, tidak lantas membuat tim ini mengalami penurunan kualitas.
Pada tahun 2016, di bawah asuhan pelatih asal Argentina, Alfredo Vera, Persipura berhasil menjuarai Indonesia Soccer Championship (ISC), sebuah kompetisi darurat yang dibentuk setelah PSSI disanksi oleh FIFA pada tahun 2015. Padahal Vera saat itu tidak bergabung dari awal musim, karena menggantikan Jafri Sastra yang mundur akibat hasil yang buruk.
Baca juga: Sunyi Senyap Manuver Transfer Persipura
Akan tetapi setelah sanksi FIFA dicabut pada tahun 2017, kemudian kompetisi tertinggi di Tanah Air berganti nama menjadi Liga 1, Persipura mengalami penurunan prestasi yang begitu drastis. Alfredo Vera yang berhasil membawa Persipura menjadi juara ISC diberhentikan oleh manajemen, karena masalah lisensi yang dianggap belum memenuhi persyaratan.
Semenjak saat itu kursi kepelatihan Mutiara Hitam sering bergonta-ganti. Diawali dengan penunjukan eks pelatih Persegres Gresik United, Liestiadi, sebagai pelatih kepala. Namun di bawah Liestiadi Persipura tidak menunjukan permainan yang memuaskan, hingga akhirnya pelatih yang juga eks asisten pelatih timnas tersebut mengundurkan diri usai mengalami 2 kekalahan beruntun yaitu 1-5 dari PSM Makassar dan 0-2 dari Madura United.
Kemudian manajemen bergerak cepat dengan menunjuk mantan pelatih Perseman Manokwari asal Brasil, Wanderley Junior. Pengalaman melatih Perseman diharapkan akan memudahkan Wanderley untuk beradaptasi dengan sepak bola Indonesia, khususnya Papua. Akan tetapi di bawah komando Wanderley, Persipura hanya mampu mengakhiri kompetisi Go-Jek Traveloka Liga 1 2017 di posisi keenam, sehingga manajemen memutuskan tidak memperpanjang kontraknya yang habis di akhir musim.
Musim 2018 Persipura menunjuk pelatih asal Inggris Peter Butler. Eks pelatih Persiba Balikpapan ini dibebani target juara oleh manajamen. Namun lagi-lagi karena hasil minor dalam beberapa laga, Butler akhirnya dipecat oleh manajemen. Padahal di bawah asuhannya, Boaz dkk sempat menduduki puncak klasemen di awal-awal kompetisi, tetapi karena hasil minor dalam beberapa laga klub asal Papua tersebut harus melorot ke peringkat 5 dengan mengumpulkan 19 poin dari 13 laga.
Selanjutnya manajemen menunjuk pelatih asal Brasil, Amilton Silva, yang juga eks pelatih tim U-21 Persipura. Lagi-lagi, hanya berselang tiga bulan Amilton harus mengakhiri kebersamaannya bersama Persipura. Kondisi tim yang kurang harmonis dan hasil yang kurang memuaskan disebut sebagai faktor utama.
Di bawah asuhannya Mutiara Hitam memenangkan 4 laga, imbang sekali, dan kalah 4 kali. Posisinya digantikan pelatih fisik yang juga kompatriotnya asal Brasil, Oswaldo Lessa hingga akhir musim. Ini berarti di musim 2018 Persipura mengalami rekor pergantian pelatih sebanyak 3 kali.
Selama dilatih Lessa, performa Persipura juga tidak kunjung membaik dan mengakhiri kompetisi Liga 1 2018 di posisi 12, yang merupakan posisi terburuk sejak era liga Indonesia digulirkan.
Menurunya prestasi Persipura dalam beberapa tahun terakhir mulanya disebabkan oleh permasalahan finansial yang sempat menjerat tim ini pada awal 2018, karena alotnya negosiasi dengan sponsor utama mereka yaitu PT Freeport Indonesia. Namun akhirnya mereka mendapat lampu hijau setelah perusahaan tersebut bersedia menjadi sponsor utama tim ini.
Kemudian permasalahan yang lain yang belum teratasi adalah sulitnya tim ini menemukan pelatih yang tepat. Penunjukan beberapa juru taktik baik asing maupun lokal patut dipertanyakan. Dari Jafri Sastra, Wanderley, Amilton, Peter Butler, hingga Oswaldo Lessa tidak ada yang memiliki rekam jejak mentereng. Khusus Lessa, ia memang sempat menjadi bagian dari kejayaan Persipura di era ISL tapi sebagai asisten pelatih Jacksen F. Tiago.
Hengkangnya beberapa pilar utama seperti bek naturalisasi, Bio Paulin, penjaga gawang utama asal Korea Selatan, Yoo Jae Hoon, pemain muda potensial seperti Osvaldo Haay, serta menurunnya performa pemain lama seperti Boaz, Ian Kabes, dan Ricardo Salampessy, semakin membuat tim ini tidak sekuat beberapa tahun lalu.
Para pemain muda yang diharapkan menjadi penerus Boaz dkk seperti Gunansar Mandowen, M Tahir, dan Todd Ferre, performanya juga masih inkonsisten karena masih minimnya pengalaman mereka. Perekrutan pemain asing macam Hilton Moreira, Marcel Sacramento dan Abdulaye Maiga juga tidak banyak meningkatkan permainan Mutiara Hitam.
Kini Persipura memulai persiapan musim kompetisi 2019 dengan merekrut juru taktik asal Brasil lain yang pernah menjadi legenda di sepak bola Indonesia sebagai pemain, yakni Luciano Leandro. Walapun sebagai pemain sangat disegani dan melegenda, tapi kariernya sebagai pelatih justru berbanding terbalik.
Terakhir dia dipecat dari PSM Makassar pada kompetisi ISC 2016 karena hanya memperoleh 3 poin dari 3 laga. Bahkan dalam debutnya di Persipura ketika melakoni babak 32 besar leg 1 Piala Indonesia ketika bertandang melawan tim kasta ketiga, Persidago Gorontalo, Luciano harus menelan pil pahit karena tim asuhannya dipermalukan dengan skor 1-0.
Walaupun mengalami hasil yang buruk di awal kepelatihannya bersama Mutiara Hitam, Luciano masih memiliki banyak waktu untuk beradaptasi dan menemukan pola yang tepat. Akankah dia akan hanya akan menjadi pelatih “Brazilian” lain yang gagal bersama Persipura? Atau menjadi pelatih Brasil yang membawa Persipura kembali berjaya seperti kompatriotnya, Jacksen Tiago?