Nasional Bola

Peter Butler dan Romansa Paul Cumming di Tanah Papua

Meskipun mengalami kegetiran yang sangat luar biasa di tanah Papua, Paul Cumming sempat melakukan banyak hal hebat untuk surga kecil di timur Indonesia tersebut. Kisah paling legendaris tentu ketika Cumming membawa Perseman Manokwari promosi dari divisi satu ke kompetisi utama, Perserikatan. Bahkan ia nyaris membawa Perseman ke tangga juara kompetisi Perserikatan tahun 1986. Sayangnya, skuat asuhan Cumming dikalahkan oleh Persib Bandung di partai final.

Cumming kembali membuat keajaiban sekitar dua dekade kemudian, ia kemudian menangani Persewon Wondama. Ia berhasil membawa tim asal Papua Barat tersebut melaju dari divisi tiga ke divisi dua Liga Indonesia. Di saat yang sama, di Persewon ia juga “menemukan” bakat mengilap dari seorang Patrich Wanggai. Ia juga membawa tim provinsi Papua meraih medali perak di PON Kalimantan Timur tahun 2008.

Kisah menakjubkan tentang Cumming di tanah Papua kini coba diulangi kembali oleh pelatih asal Inggris lain, Peter Butler. Seperti yang diketahui bahwa Butler baru saja diumumkan menjadi pelatih baru Persipura Jayapura. Sebelumnya, ada lima kesebelasan yang dikabarkan hendak mendaratkan Butler, termasuk Persib Bandung yang kemudian menjatuhkan pilihan mereka kepada mantan pelatih Johor Darul Ta’zim, Roberto Carlos Mario Gomez.

Pekerjaan terakhir Butler adalah menangani tim peserta Liga Afrika Selatan, Platinum Stars. Ia berhenti dari pekerjaanya pada 9 September 2017 lalu, setelah gagal mengangkat tim dari dasar klasemen. Sebelumnya, pelatih berusia 51 tahun ini menangani tim nasional Bostwana.

Butler punya banyak pengalaman di wilayah Asia Tenggara. Klub asal Malaysia, Sabah FA, menjadi pelabuhan pertama Peter Butler di wilayah yang terkenal dengan produksi berasnya ini. Ia sempat berkeliling negara-negara lain mulai dari Malaysia, Singapura, Thailand, dan Myanmar, termasuk Indonesia juga tentunya.

Kiprah Butler dikenal ketika ia menangani Persiba Balikpapan. Prestasi terbaiknya adalah ketika berhasil membawa Beruang Madu ke babak delapan besar Liga Indonesia tahun 2006, di waktu yang sama ketika bakat seorang Talaohu Abdul Musafri mulai mekar. Ia juga berjasa membawa Persiba lolos untuk bertanding di kompetisi Liga Super pertama pada tahun 2008.

Kisah sukses Paul Cumming tentu menjadi inspirasi tersendiri bagi Peter Butler. Ia tentu terdorong untuk melakukan keajaiban yang sama bersama Persipura Jayapura. Butler tersohor dengan tangan dinginnya memoles bakat-bakat muda. Hal ini dibutuhkan karena tim Mutiara Hitam tengah berada di masa transisi dari generasi emas yang dipimpin oleh Boaz Solossa ke generasi baru di mana Osvaldo Haay adalah sosok yang paling menonjol.

Butler dan Persipura boleh jadi memang berjodoh. Butler ingin kembali ke Indonesia, sementara Persipura membutuhkan pelatih baru setelah mereka melepas Wanderley Silva dan butuh pelatih yang andal menangani bakat-bakat muda. Tren yang terjadi sebelumnya bahwa Boaz Solossa dan kawan-kawan memang selalu tampil lebih baik ketika ditangani oleh pelatih asing.

Apakah Butler akan bisa membawa Persipura kembali menjadi juara? Tim Mutiara Hitam punya siklus selang satu musim untuk menjadi juara. Maka, sepertinya Butler memang akan membuat keajaiban di musim ini, serupa seperti yang dilakukan oleh Cumming berpuluh-puluh tahun lalu.

Author: Aun Rahman (@aunrrahman)
Penikmat sepak bola dalam negeri yang (masih) percaya Indonesia mampu tampil di Piala Dunia