AC Milan belum mampu bangkit dari tidur panjangnya. Klub berjuluk I Rossoneri tersebut terakhir mengikuti Liga Champions di musim 2013/2014. Bahkan mereka sempat absen selama beberapa tahun dari kompetisi Eropa, hingga pada akhirnya di musim lalu mereka kembali bisa kembali berlaga di kompetisi Eropa, walau hanya mengikuti Liga Europa.
Selama dua tahun terakhir mereka kembali berlaga di kompetisi Eropa, di mana dua-duanya hanya berlaga di Liga Europa. Namun prestasi mereka sangatlah tidak membanggakan, bahkan bisa dibilang mengecewakan para Milanisti di seluruh dunia.
Musim ini mereka bahkan tak mampu lolos fase grup yang ‘hanya’ dihuni Real Betis, Olympiakos, dan Dudelange. Il Diavollo Rosso hanya berhasil finis di peringkat 3 di bawah Real Betis dan Olympiakos. Ini lebih buruk dari musim lalu yang hanya bisa mencapai babak 16 besar saat tersingkir di kaki-kaki pemain Arsenal.
Mencari Rocco, Sacchi, dan Ancelotti baru
Raihan tersebut sangatlah berbanding terbalik dengan sederet prestasi dan sejarahtim yang dulu ditakuti tak hanya di Italia, Eropa bahkan dunia ini. Prestasi membanggakan diraih pendahulu-pendahulu Milan, baik itu pemain, seperti Paolo Maldini, George Weah, Franco Baresi, hingga Gennaro Gattuso yang saat ini menjadi pelatih Milan, maupun para pelatih hebat yang pernah menangani Milan melalui racikan strategi nya. Contohnya seperti Nereo Rocco, Arrigo Sacchi, Carlo Ancelotti, dan pelatih-pelatih lainnya.
Nereo Rocco merupakan pelatih Milan di era 1960-an. Rocco yang juga dikenal sebagai penemu sistem catenaccio mulai melatih Milan pada tahun 1961-1963. Di tiga musim awalnya, Rocco berhasil mempersembahkan dua gelar sekaligus, yakni 1 gelar scudetto dan juga 1 gelar Liga Champions.
Meskipun sempat hengkang ke Torino, Rocco kembali ke San Siro pada tahun 1967. Tak mampu persembahkan gelar di Torino, Rocco dan Milan seolah memang sudah ditakdirkan berjodoh, karena di periode kedua kerja sama mereka, Rocco dan ‘Rocco’-nerri berhasil meraih 1 scudetto, 2 trofi Coppa Italia, 2 Piala Winners, dan 1 Piala Interkontinental dari medio 1967-1973. Sempat hijrah ke Fiorentina, Rocco kembali ke Milan pada tahun 1977 sekaligus menutup kariernya juga dengan raihan trofi, yakni 1 gelar Coppa Italia.
Lalu bagaimana dengan Sacchi?
Meskipun di awal kedatangannya ke San Siro sempat menuai cibiran, Arrigo Sacchi yang tak pernah menjadi seorang pesepak bola profesional pun berhasil membungkam cibiran tersebut dengan langsung memberikan scudetto di musim pertamanya.
Di musim berikutnya malah lebih menakjubkan, karena pelatih kelahiran 1 April 1946 ini langsung memberikan 3 gelar bergengsi, yakni Liga Champions Eropa, Piala Super Eropa, dan Piala Interkontinental.
Raihan tersebut sekaligus menjadikan Milan menjadi tim terbaik di dunia pada saat itu. Selama masa baktinya di Milan dari tahun 1987-1991, & 1996-1997, Sacchi total mempersembahkan 8 gelar bagi Milan.
Sementara itu, Carlo Ancelotti merupakan pelatih terakhir yang berhasil mempersembahkan trofi Liga Champions bagi AC Milan, yakni pada musim 2006/2007. Don Carlo pastinya pelatih yang paling diingat dan dicintai Milanisti di era milenial ini.
Menjadi allenatore Milan dari tahun 2001-2009, pelatih yang juga pernah membela Milan sewaktu ia masih aktif bermain ini berhasil mempersembahkan setidaknya 8 trofi bergengsi untuk si Merah Hitam. Tiga di antaranya merupakan trofi internasional, yakni satu trofi Piala Dunia Antarklub, dan dua gelar Liga Champions yang hampir bisa menjadi tiga andai Milan tak ditaklukkan Liverpool lewat babak penalti pada musim 2004/2005.
Adakah Rocco, Sacchi, dan Ancelotti baru di Milan?
Nama-nama pelatih tersebut dan beberapa pelatih hebat lainnya yang pernah mempersembahkan trofi bagi Rossoneri pastinya sangat dirindukan oleh Milanisti. Sejak Ancelotti mundur dari kursi kepelatihan Milan, klub yang bermarkas di Stadion San Siro ini sudah banyak mencoba suksessor yang tepat dengan berganti-ganti pelatih. Setidaknya 8 pelatih telah mencoba peruntungan di San Siro.
Tercatat hanya Massimiliano Aleggri pelatih terakhir yang berhasil mempersembahkan gelar bergengsi, scudetto di musim 2010/2011. Sisanya, hanya Vincenzo Montella (2017/2018) yang berhasil memberikan sebiji gelar, yakni Supercoppa Italia. Empat mantan pemain Milan (termasuk Gattuso) pun sejauh ini belum mampu memberikan gelar atau setidaknya sekadar membawa Milan kembali berlaga di Liga Champions.
Baca juga: Gennaro Gattuso, (Bukan) Perusak Segalanya
Kini desakan agar Gattuso mundur pun sudah banyak digaungkan di media sosial, bahkan di stadion oleh para Milanisti. Ini dikarenakan ia gagal membawa Milan lolos fase grup Liga Europa, dan hanya bertengger di peringkat 5 klasemen (di luar zona Liga Champions). Jaraknya juga cukup jauh dengan pemuncak klasemen, Juventus, sampai artikel ini dirilis.
Namun Gattuso masih dipercaya dan diberikan kesempatan oleh manajemen Milan. Sang Badak pun harus bisa membuktikan bahwa ia layak dipertahankan sekaligus layak dipercaya sebagai sosok harapan para Milanisti untuk dapat mengembalikan kejayaan Milan.
Meskipun tak mungkin mengharapkan Nereo Rocco & Arrigo Sacchi melatih Milan kembali, atau bahkan Ancelotti yang saat ini membesut Napoli, tapi setidaknya para Milanisti di seluruh belahan bumi ini mengharapkan akan ada sosok yang mempunyai ‘tangan dingin’, yang mampu mendatangkan banyak trofi ke Casa Milan.
Mengharapkan adanya sosok Rocco, Sacchi, dan Ancelotti baru di kursi kepelatihan Milan, Semoga saja bisa terwujud!