Cerita

Setangkup Takzim untuk Gennaro Gattuso

Pada bursa transfer musim panas yang lalu, AC Milan membuat gebrakan luar biasa sehingga membelalakkan mata banyak pecandu sepak bola dengan menggelontorkan dana masif yang mencapai 200 juta euro.

Nominal tersebut dihabiskan I Rossoneri untuk merekrut sejumlah pemain papan atas seperti Lucas Biglia, Leonardo Bonucci, Andrea Conti sampai Andre Silva demi memperkokoh skuat. Di tangan pemilik baru asal Cina, Yonghong Li, Milan mencanangkan target untuk bangkit dari kesemenjanaan.

Periode kurang memuaskan yang dijalani Milan dalam kurun lima musim pamungkas selalu ditutup dengan finis di luar tiga besar klasemen akhir Serie A. Fakta tersebut memaksa mereka tak pernah lagi mencicipi Liga Champions kendati masih bisa ikut serta di ajang Liga Europa. Situasi muram tersebut juga berdampak pada kondisi finansial I Rossoneri yang tidak begitu baik.

Namun seperti kehidupan yang acapkali penuh misteri dan tak terduga, harapan klub yang berdiri pada 16 Desember 1899 ini pun sempat jauh panggang dari api di awal musim.

Bersama Vincenzo Montella yang duduk sebagai allenatore, performa Milan sangat tidak stabil, utamanya di Serie A. Dalam rentang sepuluh giornata perdananya, Milan cuma sanggup memetik 16 angka hasil dari lima kemenangan, sekali seri dan empat kali tumbang.

Menyikapi penampilan bobrok yang disajikan oleh Bonucci beserta kolega, amarah Milanisti pun terpantik. Montella menjadi sasaran utama karena dianggap tidak becus dalam menangani skuat yang di atas kertas, memiliki kekuatan lebih baik dibanding musim sebelumnya.

Performa inkonsisten I Rossoneri di atas lapangan dan tekanan bergelombang Milanisti terhadap Montella akhirnya membuat pihak manajemen sepakat untuk menyudahi kerja samanya dengan eks pelatih Fiorentina dan Sampdoria tersebut.

Sejumlah nama tenar seperti Carlo Ancelotti dan Thomas Tuchel masuk ke dalam bursa pelatih yang diisukan bakal merapat ke Stadion San Siro. Akan tetapi, pihak manajemen justru abai dengan hal tersebut seraya menunjuk pelatih tim Primavera, Gennaro Gattuso, sebagai pelatih anyar.

Walau berstatus sebagai legenda klub (Gattuso memperkuat Milan dari musim 1999/2000 sampai 2011/2012), banyak Milanisti yang sangsi akan kemampuannya dalam melatih. Terlebih, track record Gattuso bareng empat klub yang pernah ia tangani sebelumnya tidak terlalu mentereng.

Mungkin harus Milanisti sendiri akui bahwa ekspektasi selepas pemecatan Montella adalah kepulangan Ancelotti ke Milanello. Berbekal memori indah semasa menangani Milan di tahun 2001 hingga 2009 plus segudang pengalaman, Ancelotti dianggap sosok yang paling tepat untuk membangun fondasi di tubuh I Rossoneri yang baru.

Tapi nasi sudah menjadi bubur, asa manajemen Milan untuk sisa musim ini ditambatkan kepada Gattuso. Mau tidak mau, suka tidak suka, Milanisti pun harus menerima keputusan pihak manajemen.

Diiringi dengan ekspektasi rendah dan sedikit aroma skeptisme, perjalanan awal Gattuso menjadi allenatore bagi Bonucci dan kolega tidaklah enteng. Milan asuhan Gattuso kembali menjadi olok-olok akibat hasil-hasil negatif di sejumlah laga perdananya, termasuk saat ditahan seri Benevento dalam lanjutan laga Serie A yang diwarnai oleh gol penyeimbang dari kiper I Giallorossi, Alberto Brignoli.

Baca juga: Alberto Brignoli, Kiper Sekaligus Pencetak Sejarah bagi Benevento

Tapi selayaknya ia pada saat aktif bermain dahulu, Gattuso memperlihatkan determinasi luar biasa dalam menangani krisis di tubuh Milan. Tanpa banyak bicara, lelaki kelahiran Corigliano Calabro ini memperlihatkan sentuhan midasnya secara perlahan tapi konsisten dari waktu ke waktu.

Grafik jeblok di awal rezimnya ibarat momen-momen pencarian Gattuso tentang komposisi terbaik yang bisa ia ramu dan maksimalkan dari tim ini karena seperti yang semua orang tahu, Milan diberkahi skuat yang nyaris lengkap dan sempurna.

Benar saja, begitu menemukan racikan strategi terbaik, Milan di bawah arahan Gattuso pun melaju kencang bak sebuah mobil balap Formula 1 bermodal tren positif akibat tak sekalipun kalah dari 13 partai terakhir yang mereka lalui di seluruh ajang. Fantastis? Sudah pasti!

Berkat hasil-hasil brilian itu, Milan berhasil merangkak naik di papan klasemen Serie A. Sampai tulisan ini dibuat, Bonucci dan kolega bertengger di posisi tujuh dengan 44 angka, tapi cuma berselisih tujuh poin dengan Internazionale Milano yang duduk di posisi empat alias tempat terakhir buat meraih tiket lolos ke Liga Champions.

Sementara di ajang Coppa Italia, Milan secara heroik berhasil membungkam lawan-lawannya (Hellas Verona, Inter dan Lazio), guna melaju ke final untuk bersua Juventus.

Baca juga: Gagalkan Dua Penalti, Gianluigi Donnarumma Bawa Milan ke Final Coppa Italia

Terakhir, mereka juga sanggup menempatkan kakinya di fase 16 besar Liga Europa setelah menyudahi perlawanan wakil Bulgaria, Ludogorets Razgrad, di sepasang laga babak 32 besar lalu.

Tak berhenti sampai di situ, Gattuso pula yang berhasil membantu para pemain muda Milan seperti Davide Calabria, Patrick Cutrone, Franck Kessie, dan Alessio Romagnoli untuk tampil sesuai potensi yang mereka punyai.

Alhasil, suasana muram yang lekat dengan Milan di awal musim pun berganti kulit dengan optimisme yang terus menyeruak. Dengan aksi-aksi menawan yang sejauh ini berhasil ditunjukkan I Rossoneri di bawah komando Gattuso, suara-suara lantang agar manajemen memberinya kontrak dengan durasi lebih lama pun terus mengemuka. Milanisti yang sempat meragukan kapabilitas pria berumur 40 tahun itu juga semakin percaya kepadanya.

Setidaknya sampai saat ini, Gattuso yang kehadirannya di bangku pelatih Milan diikuti dengan pandangan remeh telah berhasil memutarbalikkan segala ketakutan yang ada. Maka jangan ragu untuk memberinya setangkup takzim sebagai penghargaan atas determinasi dan kecakapannya dalam mereparasi Milan sehingga kini lebih kompetitif.

Mungkin saja, Gattuso adalah satu dari sekian pelatih muda berkualitas dan hebat yang saat ini tengah berusaha keras untuk membuktikan dirinya di kasta teratas sepak bola Italia.

Sebuah hal yang dahulu pernah dilakukan oleh figur seperti Ancelotti, Antonio Conte, Marcello Lippi, dan Giovanni Trapattoni sebelum akhirnya berhasil mengukir namanya sebagai pelatih kondang yang bermandikan banyak titel juara.

Barangkali juga Gattuso adalah sosok yang selama ini dicari Milan untuk menduduki bangku pelatih dan membuat mereka jadi tim yang lebih bagus sehingga bisa mengembalikan kejayaan Milan di Italia maupun Eropa.

Author: Susy Campanale

Penerjemah: Budi Windekind (@Windekind_Budi)