
Setelah melihat para pemain Asia Tenggara yang tampil impresif di 2018, kali ini para penulis Football Tribe di Asia Tenggara akan beralih membahas para pelatih Asia Tenggara yang tampil impresif di 2018. Siapa saja mereka?

Stefano Cugurra (Persija Jakarta – Indonesia)
Di musim keduanya bersama Macan Kemayoran, pelatih asal Brasil berusia 44 tahun ini berhasil membawa gelar juara kembali ke ibu kota setelah 17 tahun. Dia menjadi satu dari tiga pelatih yang tetap berada di empat besar sejak debut kompetisi Liga 1 2017 silam bersama Simon McMenemy (Bhayangkara FC) dan Robert Rene Alberts (PSM Makassar)
Musim ini Persija menjadi tim dengan pertahanan terbaik, hanya kebobolan 36 gol, dan menjadi tim terproduktif kedua dengan 53 gol terpaut empat gol dari tim terproduktif, PSM Makassar. Sosok yang pantang menyerah ini berhasil mengubah masa-masa sulit yang dihadapi di Thailand bersama Royal Thai Navy menjadi mimpi indah di ibu kota Indonesia, bahkan di awal musim 2018 ia juga mampu persembahkan dua gelar pra-musim Piala Presiden dan turnamen BoostFix Cup kontra sejumlah tim asal Malaysia dan Thailand.

Mehmet Durakovic (Perak FA – Malaysia)
Eks pemain dan pelatih Selangor asal Montenegro ini berhasil membawa Perak FA menjadi juara Piala Malaysia dan menempati peringkat kedua klasemen Liga Super Malaysia musim ini. Pencapaiannya bersama Bos Gaurus menjadi yang terbaik selama satu dekade perjalanan klub yang bermarkas di stadion Perak ini. Pun musim ini adalah musim perdananya membesut Perak FA.
Bagi pelatih berusia 53 tahun ini prestasi terbaiknya bersama Perak juga melebihi capaiannya bersama Selangor dari musim 2013-2015. Di bawah bayang-bayang Johor Darul Ta’zim yang menjadi juara sejak musim 2014, Selangor menjadi runner-up di musim 2014 dan hanya mampu sampai ke perempat-final Piala Malaysia.
Foto: Berita Harian Malaysia

Thawatchai Damrong-Ongtrakul (Prachuap FC – Thailand)
Thawatchai menjadi pelatih paling impresif di antara keempat sosok yang kami hadirkan meski sama sekali tak memberikan gelar bagi Prachuap. Lantas apa yang membuatnya spesial? Eks pemain internasional Thailand ini mampu membawa Prachuap, tim promosi Thai League 1 musim ini ke enam besar liga.
Awalnya pelatih berusia 44 tahun ini ditunjuk sebagai pelatih Bangkok United pada 2014 tapi dipecat di tengah musim. Sisa kariernya dihabiskan di divisi dua dan lebih sering gagal. Namun itu berubah sejak menangani Prachuap di musim 2017, ia mampu membawa The Wasps ke posisi ketiga Thai League 2 dan promosi ke kasta tertinggi.
Foto: Facebook Thai League

Nguyen Duc Thang (FLC Thanh Hoa – Vietnam)
Tak banyak yang berharap pada sosok pelatih berusia 42 tahun ini kala menangani Thanh Hoa di musim 2018. Apalagi sebelum Duc Thang datang klub telah melakukan dua kali pergantian pelatih. Nyatanya di tangannya klub yang sempat mengancam Bali United di Piala AFC awal musim ini mampu tampil fantasis.
Di bawah Duc Thang mereka bahkan mampu mencatatkan tujuh pertandingan tanpa kekalahan dari Mei hingga Juli 2018. Lam Son Warrior berhasil menjadi runner-up liga Vietnam di bawah Ha Noi FC dan runner-up Piala Vietnam usai kalah 3-1 dari Becamex Binh Duong.
Foto: VNBongda