Para penggawa timnas usia muda Indonesia tergeletak di lapangan Stadion Nasional Bukit Jalil, Malaysia. Garuda-garuda muda yang semula perkasa seakan kehilangan semua kekuatannya. Di hadapan belasan ribu suporter, air mata tumpah sesaat setelah wasit meniup peluit panjang tanda pertandingan 8 besar Piala Asia U-16 antara Indonesia vs Australia berakhir.
Dapat dipahami, kekalahan 2-3 atas Australia terasa begitu menyakitkan. Bukan hanya untuk para pemain, tapi juga suporter yang datang dari Indonesia, atau mereka yang menatap dari layar kaca, dan yang menetap di Malaysia.
Kekalahan kali ini bukan hanya membuat timnas U-16 gagal melaju ke semifinal, tapi juga mengubur mimpi mencatatkan nama Indonesia sebagai kontestan Piala Dunia jenjang kelompok usia U-17.
Asa itu hadir setelah Garuda-garuda muda menjuarai Piala AFF U-16. Berbekal permainan atraktif dan munculnya bintang muda semisal Bagas Kaffa dan Bagus Kahfi, M. Supriadi, Andre Oktaviansyah, dan pemain-pemain lain yang melambung namanya. Bukan hanya karena performa menreka di lapangan tapi juga ada bumbu kisah di luar lapangan, yang membuat publik merasa Indonesia pantas berlaga di Piala Dunia.
Sayangnya di Piala Asia U-16 langkah Garuda Asia tidaklah mulus. Sebelum dipulangkan Australia pada babak 8 besar, di fase grup anak asuh Fakhri Husaini hanya sekali menang dan dua kali seri.
Kemenangan 2-0 didapat pada pertandingan awal menghadapi tim kuat, Iran. Kemudian hasil imbang 1-1 didapat saat berjumpa Vietnam, serta 0-0 saat melawan India.
Terlepas dari kekalahan dan kegagalan melaju ke Piala Dunia, anak-anak muda itu telah melakukan semua yang mereka bisa. Memang hasil kali ini mengecewakan, tapi perkembangan mereka jauh lebih penting dari gelar juara bahkan menembus Piala Dunia sekalipun.
Baca juga: Jerat dalam Prestasi Sepak Bola Usia Dini
Hal senada diungkapkan Fakhri Husaini usai pertandingan. Baginya, pencapaian timnas usia muda adalah berapa pemain yang dapat lanjut ke timnas jenjang berikutnya.
“Buat saya sepak bola usia muda bukan berapa piala yang kami dapat, tapi berapa banyak pemain yang lanjut ke timnas di atasnya.” dikutip dari Goal.com.
Dalam program PSSI pun demikian, kompetisi usia muda bukanlah mencari gelar juara. Bagi PSSI kompetisi usia muda adalah ruang belajar dan pengembangan individu dalam bermain sepak bola. Tujuan akhirnya adalah, menyiapkan para pemain muda menjadi manusia baik dan pesepak bola hebat di masa depan.
Namun bagi saya, ungkapan terima kasih yang hadir menghiasi bibir ketika bicara soal timnas Indonesia usia muda. Karena hingga kini, sepanjang usia saya, merekalah yang menghadirkan cerita gelar juara. Piala AFF U-16 2018 dan Piala AFF U-19 lima tahun sebelumnya.
Piala Dunia bukan impian tapi tujuan
Kegagalan Timnas U-16 menuju Piala Dunia tentu membuat saya kecewa. Tapi, untuk Indonesia kini Piala Dunia bukan hanya mimpi, melainkan tujuan yang sudah mulai diretas jalannya. PSSI sendiri telah menyusun target pencapaian prestasi sepak bola Indonesia dengan Piala Dunia sebagai puncaknya.
Tidak dalam waktu dekat memang. Dalam beberapa kesempatan PSSI menyampaikan puncak prestasi akan dicapai pada usia emas bangsa ini, atau tepatnya 2045, dan Jalan ke sana telah disiapkan.
Target terdekat adalah Olimpiade 2024, dilanjutkan harapan prestasi terus meningkat, hingga dapat berpartisipasi di Piala Dunia 2034. Tahap ini dinamakan tahap peningkatan performa, hingga akhirnya memasuki tahap kemenangan pada 2034-2045.
Dikatakan bukan mimpi karena selain target, PSSI juga telah mempersiapkan program yang dibutuhkan. Jalur-jalur pembinaan mulai digulirkan dari usia dini, contohnya Elite Pro Academy U-16 yang dikelola secara profesional.
Ada pula liga amatir yang diikuti beragam SSB. Kompetisi tersebut digulirkan Asprov masing-masing. Diharapkan jalur-jalur pembinaan yang dimuai sejak dini dapat memenuhi kebutuhan pemain timnas dengan kualitas terbaik di negeri ini.
Tidak lupa PSSI juga terus meningkatkan kualitas liga sebagai tempat para pemain mengasah kemampuan dan menambah jam terbang. Terakhir, PSSI juga terus meningkatkan kualitas pelatih dengan memperbanyak kursus-kursus kepelatihan.
Jika semua berjalan sesuai rencana, tentu sangat membanggakan suatu hari nanti nama Indonesia tercantum sebagai salah satu kontestan Piala Dunia, bukan hanya tercantum sebagai salah satu negara dengan jumlah penonton terbanyak.
Oleh karenanya, yang perlu terus diingatkan dan ditingkatkan adalah keseriusan menuju ke sana. Bukan hanya oleh PSSI, tapi semua pihak yang mengharapkan hal sama.